Umatuna.com, JAKARTA - Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Bachtiar Nasir membantah memuji Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bertemu di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada hari pertama Lebaran, Minggu 25 Juni 2017. Adapun dalam pertemuan itu, Bachtiar bersama jajaran GNPF MUI lainnya.
"Pertemuan itu lepas dari puja-puji, kesannya Bachtiar Nasir memuja-muji," ujarKetua GNPF MUI Bachtiar Nasir, dalam jumpa pers di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Selasa (27/6/2017).
Dirinya mengklaim bersikap objektif kepada Presiden Jokowi. "Masa iya presiden salah semua? Mesti ada benarnya juga dong, kalau kita mau objektif," paparnya.
Bachtiar pun menjelaskan bahwa dirinya memanggil Jokowi dengan sebutan yang terhormat karena presiden merupakan simbol negara. Karena itu, penyebutan yang terhormat kepada Presiden Jokowi itu dalam rangka menghormati simbol negara.
"Kalau kita tidak menghargai simbol negara berarti kita telah melecehkan simbol negara kita sendiri," imbuhnya.
Sekadar informasi, aktivis dan penulis, Mohammad Guntur Romli, berkomentar pedas terkait pertemuan sejumlah aktivis GNPF MUI dengan Jokowi itu, melalui akun twitternya, @GunRomli. "Pertemuan GNPF (yg tdk diakui MUI) dgn Jokowi masing2 pake strategi, GNPF pake "jilat ludah" klu Jokowi (konon) lawan yen dipangku mati," tulis Romli.
Romli menebak-nebak mana strategi yang paling efektif ke depan. Strategi "jilat ludah" GNPF MUI atau strategi "pangku-pangkuan" versi Jokowi. "Bachtiar Nasir Wahabi itu kan sedang diperiksa kasus pencucian uang, kok bisa diterima di Istana, bawa label silaturahim jg, ini masalahnya," lanjutnya.
Dia juga melihat ada masalah dengan para pembisik Jokowi di Istana. "Rizieq uda dihindari tokoh2 Islam, GNPF sdah tdk diakui MUI, kok malah dikasi panggung & diterima."
Kemudian dia juga mengatakan agar tidak memanfaatkan kenaifan, dengan politisasi Idul Fitri dan silaturahim untuk menerima sejumlah pihak, dalam hal ini GNPF MUI yang sedang terkena kasus di Istana. "GNPF gak diakui MUI, ketuanya diperiksa kasus pencucian uang, ketua pembinanya kena kasus cabul, mau kompromi dgn siapa? Tegakkan hukum!" ujar Romli. (sindonews)
"Pertemuan itu lepas dari puja-puji, kesannya Bachtiar Nasir memuja-muji," ujarKetua GNPF MUI Bachtiar Nasir, dalam jumpa pers di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Selasa (27/6/2017).
Dirinya mengklaim bersikap objektif kepada Presiden Jokowi. "Masa iya presiden salah semua? Mesti ada benarnya juga dong, kalau kita mau objektif," paparnya.
Bachtiar pun menjelaskan bahwa dirinya memanggil Jokowi dengan sebutan yang terhormat karena presiden merupakan simbol negara. Karena itu, penyebutan yang terhormat kepada Presiden Jokowi itu dalam rangka menghormati simbol negara.
"Kalau kita tidak menghargai simbol negara berarti kita telah melecehkan simbol negara kita sendiri," imbuhnya.
Sekadar informasi, aktivis dan penulis, Mohammad Guntur Romli, berkomentar pedas terkait pertemuan sejumlah aktivis GNPF MUI dengan Jokowi itu, melalui akun twitternya, @GunRomli. "Pertemuan GNPF (yg tdk diakui MUI) dgn Jokowi masing2 pake strategi, GNPF pake "jilat ludah" klu Jokowi (konon) lawan yen dipangku mati," tulis Romli.
Romli menebak-nebak mana strategi yang paling efektif ke depan. Strategi "jilat ludah" GNPF MUI atau strategi "pangku-pangkuan" versi Jokowi. "Bachtiar Nasir Wahabi itu kan sedang diperiksa kasus pencucian uang, kok bisa diterima di Istana, bawa label silaturahim jg, ini masalahnya," lanjutnya.
Dia juga melihat ada masalah dengan para pembisik Jokowi di Istana. "Rizieq uda dihindari tokoh2 Islam, GNPF sdah tdk diakui MUI, kok malah dikasi panggung & diterima."
Kemudian dia juga mengatakan agar tidak memanfaatkan kenaifan, dengan politisasi Idul Fitri dan silaturahim untuk menerima sejumlah pihak, dalam hal ini GNPF MUI yang sedang terkena kasus di Istana. "GNPF gak diakui MUI, ketuanya diperiksa kasus pencucian uang, ketua pembinanya kena kasus cabul, mau kompromi dgn siapa? Tegakkan hukum!" ujar Romli. (sindonews)