Oleh : Dwi Condro Triono, P.hD
Dulu saya selalu beranggapan bahwa dalam menjalani hidup di dunia ini yang penting adalah banyak berbuat baik kepada sesama manusia dan jangan sampai saya berbuat jahat (berbuat buruk) kepada orang lain. Prinsip hidup ini senantiasa saya pegang dari sejak kecil. Namun seiring waktu berjalan, semakin banyak saya mengaji dan mengkaji agama Islam, ternyata prinsip hidup seperti itu tidak-lah sepenuhnya benar. Bahkan, kalau boleh dibilang, itu prinsip hidup yang berbahaya, jika diterus-teruskan. Mengapa?
Jika kita mau membuka Al-Qur’an, yaitu: QS. Al-Baqarah: 216, kemudian mau merenungkan secara lebih dalam, maka persangkaan seorang manusia terhadap amal perbuatannya, apakah itu baik atau buruk, ternyata nilainya sangat relatif di sisi Allah. Hal itu dapat kita renungkan dari firman-Nya:
وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾
“Boleh jadi kamu membenci (menganggap buruk) sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai (menganggap baik) sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).
Agar penjelasan dari Al-Qur’an di atas dapat difahami secara lebih mendalam, maka kita dapat menambahkannya dengan merenungkan ayat-ayat yang lain. Dalam QS. Al-Kahfi: 103-106, ditunjukkan bahwa akan ada banyak manusia yang mengalami nasib yang tragis di akherat. Siapa mereka itu? Mereka adalah manusia yang banyak melakukan amal kebaikan, bahkan seluruh hidupnya di dunia dipenuhi dengan berbagai perbuatan yang baik, namun ketika dia datang menghadap Allah SWT di akherat, semua amalnya tidak ada yang diterima, semua tertolak, semua amalnya menjadi sia-sia. amalnya terhapus, amalnya tidak dinilai sama sekali oleh Allah. Na’udzubillahi min dzalik! Allah SWT berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً ﴿١٠٣﴾
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً ﴿١٠٤﴾
أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْناً ﴿١٠٥﴾
ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُواً ﴿١٠٦﴾
103. Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
105. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
106. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
Pertanyaannya: mengapa sampai terjadi hal yang demikian? Jawabnya hanya satu, yaitu: semua amal kebaikan yang dia lakukan tidak didasarkan pada ayat-ayat Tuhannya. Ayat-ayat tersebut tiada lain adalah yang sudah tertuang dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Lebih tegas lagi, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan, yang tidak melalui urusanku (jalanku), maka amalan itu tertolak” (HR. Imam Bukhori).
Inilah yang seharusnya kita perhatikan secara mendalam, agar kita tidak menyesal dalam kehidupan di akherat kelak. Wallahu a’lam (Bersambung).