Oleh: Novita Sari Gunawan
(Mentor Opini Akademi Menulis Kreatif)
x
Mediaoposisi.com-Perang tak selamanya dengan mengangkat senjata. Perang nyatanya bisa terjadi secara tak kasat mata. Inilah yang dinyatakan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), yang menyebut dunia dan Indonesia saat ini memasuki perang generasi kelima.
Perang generasi kelima ini yang didefinisikan sebagai perang tak kasat mata. Kepala BSSN Hinsa Siburian menjelaskan perang tak kasat mata ini adalah perang informasi dan propaganda, perang ekonomi, hingga serangan siber. (m.cnnindonesia.com/2019/07/11)
Markas besar TNI memaparkan berbagai bentuk jenis perang dalam sebuah tulisan yang berjudul "Kajian Perang dari Generasi ke Generasi : Strategi TNI dalam Menghadapi Ancaman Terkini".
Pergeseran generasi perang yang terjadi akibat adanya perubahan lingkungan strategis dan teknologi. Sehingga sifat dan karakteristik perang bergeser seiring perkembangan teknologi. Jenis-jenis perang tersebut yakni:
Perang generasi pertama, yang terjadi era 1648-1860 menggunakan senjata tajam seperti panah, sangkur dan lain-lain hingga pengembangannya menjadi senjata mesin.
Perang generasi kedua, memiliki strategi manuver. Bersembunyi tidak berhadap-hadapan dengan musuh, bahkan menggunakan alat tembak jauh.
Perang generasi ketiga, seiring berkembangnya teknologi alat persenjataan semakin meningkat hingga menembus lintas cakrawala. Contohnya senjata dengan teknologi mutakhir seperti bom, peluru kendali dan drone.
Perang generasi keempat, lahir dari perang generasi ketiga yakni perang teror dengan senjata-senjata yang dihasilkan di peperangan tersebut, contohnya teror bom.
Perang generasi kelima, inilah yang disebut perang tak kasat mata. Karena perang ini bersifat perang propaganda. Pertempuran opini dengan memanfaatkan media sebagai instrumennya. BSSN juga menyebutkan di era ini adanya perang siber.
Perang tanpa senjata dengan menggunakan teknologi saat ini. Mengalihkan perang dari fisik menuju non fisik. Perang siber berkaitan dengan penguasaan data dan sumber informasi.
Hal ini bisa juga dikatakan untuk mencegah perkembangan penyebaran ideologi Islam melalui dunia siber. Bagaimana tidak, dengan teknologi mutakhir yang ada saat ini bisa menjangkau data dan informasi orang per orang.
Sehingga memudahkan untuk pemantauan mereka terhadap upaya kebangkitan ideologi Islam yang tengah terjadi dan menjadi ancaman bagi penguasa peradaban dunia saat ini.
Jika menelaah mengenai apa yang menjadi penyebab terjadinya perang dari waktu ke waktu. Tak lain karena adanya ideologi-ideologi dunia yang sifatnya ingin menguasai dunia.
Keniscayaan benturan antar ideologi tersebut bertujuan untuk mendominasi dan menentukan ideologi mana yang pantas memimpin dunia. Peperangan dari generasi pertama hingga kelima adalah bukti dari persaingan tersebut.
Perang yang terjadi di antara ketiga ideologi yakni kapitalisme-sekularisme, sosialisme-komunisme dan Islam. Saling mengukuhkan eksistensinya untuk memenangkan dunia dan memimpin peradaban. Ideologi Islam pernah menjadi penguasa dunia hingga melebarkan wilayahnya hingga 2/3 dunia. Kemudian digantikan dengan kemenangan kapitalisme-sekularisme yang masih eksis hingga saat ini.
Indonesia dan negara-negara mayoritas berpenduduk muslim lainnya yang memiliki kekayaan sumber daya alam terbesar. Hal ini menjadikannya pasar sekaligus penyuplai bahan baku untuk eksistensi negara-negara besar seperti AS kapitalisme barat dan China kapitalisme timur untuk menyokong ideologi mereka.
Perang generasi kelima, yang diwacanakan oleh para kapitalis tersebut bahwa pelakunya adalah pengemban ideologi Islam. Adalah upaya defensif untuk mencegah kebangkitan ideologi Islam yang akan menghancurkan mimpi dan proyek mereka.
Dengan mengkambing hitamkan kaum muslim dan ajarannya sebagai pelaku perang propaganda. Umat Islam seolah menjadi bulan-bulanan dan primadona konflik yang harus dibenahi. Menggunakan narasi usang membenturkan Islam dengan Pancasila.
Mereka menutupi masalah sebenarnya yakni kebobrokan dan ketidakbecusan penguasa meriayah umat. Mereka justru menjadi boneka dan antek-antek para kapitalis dunia yang ingin terus melanggengkan kekuasaannya.
Dengan melempar secuil saja kenikmatan ke dalam mulut-mulut para boneka-boneka tersebut. Penguasa antek itu rela mengorbankan kesejahteraan rakyatnya demi tuannya.
Mereka membuat kebijakan yang sama sekali tidak pro kepada rakyat. Hingga rakyat lupa dan kebal bahwa sesungguhnya hak mereka telah dirampas. Dibutakan terhadap ideologi Islam yang sesungguhnya akan menjadi penyelamat dan membawa rahmat.
Bahkan kapitalis penjajah yang notabenenya sebagai pelaku perang generasi kelima yang sebenarnya inilah yang telah melakukan propaganda.
Propaganda yang mereka lakukan adalah memunculkan Islamofobia di kalangan umat Islam sendiri agar umat tidak kenal Islam sebagai ideologi dan masih memeluk erat ideologi kapitalisme-sekularisme yang sebenarnya telah menyayat-nyayat tubuh mereka.
Ajaran Islam yang membawa rahmat dikebiri, diberikan stigma yang buruk sehingga kaum Muslimin takut ketika ingin berislam secara kaffah.
Salah satu hal yang membedakan dan menjadi kemuliaan dari ideologi Islam yang bersumber dari Pencipta alam semesta yakni sifatnya yang memberi rahmat bagi seluruh alam. Ideologi Islam dengan diterapkannya semua aturannya akan memberikan penghidupan tak hanya bagi kaum muslimin tapi juga manusia secara keseluruhan.
Lain halnya dengan ideologi-ideologi lainnya yang bertujuan untuk menjajah. Mengeruk keuntungan dari negara-negara lainnya demi kepentingan mereka semata.
Oleh karena itu, pada peperangan ini, selayaknya kita sebagai umat Islam dapat menentukan sikap. Dimana seharusnya kita merapatkan barisan, ikut terbawa arus oleh propaganda yang dibangun oleh penjajahan gaya baru pelaku kapitalisme ini atau ikut mendukung perjuangan penegakan ideologi Islam yang akan mengulang sejarah emas akan kegemilangannya dalam memimpin peradaban dunia.
Wallahu a'lam bishawab. [MO/sg]