Oleh: Nasrudin Joha
Anda, lantas memviralkannya diberbagai jejaring sosial media. Anda, tak pernah menanyakan ihwal Nasjo, reputasi dan kredebilitasnya. Anda, sepenuhnya percaya apa yang ditulis Nasjo adalah kebenaran, dan mengharapkan semua umat mendapat pencerahan karenanya.
Tapi, begitu Nasjo mengkritik Prabowo, manusia biasa yang bisa salah, bahkan Prabowo juga tidak pernah menyatakan berjuang untuk Islam dan syariatnya, Anda kebakaran jenggot.
Anda mulai, mencari dalih agama untuk membenarkan panggung Lebak Bulus, sampai mencari pembenaran siroh dari Rasulullah SAW.
Anda mulai mempertanyakan kredebilitas Nasjo, keberadaan dan kiprahnya. Anda, mulai menghembuskan api keraguan umat terhadap Nasjo.
Anda meminta berprasangka baik, padau satu peristiwa yang secara zahir jelas mengecewakan dan menyakitkan.
Anda, buru-buru mencari dalih dan pembenaran, padahal sebelumnya Anda tidak pernah bicara itu, kecuali setelah kritik dan kekecewaan umat meluas. Lantas, Anda ini sebenarnya siapa ? Manusia macam apa ? Mau membenarkan apapun ? Mau ikut melegitimasi tindakan yang membuat perih batin umat ?
Sekali lagi ini bukan soal Prabowo atau Jokowi. Jika, Nasjo memiliki waktu untuk mengkritik Jokowi, maka sejak saat ini Nasjo memiliki lebih banyak waktu mengkritik Prabowo, juga mengkritik keduanya.
Nasjo tidak pernah menyatakan setia pada Jokowi, ataupun Prabowo. Nasjo, hanya setia kepada syariat Islam. Kritik Nasjo, terhadap Jokowi maupun Prabowo semata karena Islam.
Jadi, jangan anggap kami akan merasa rikuh apalagi ewuh pakewuh untuk mengkritik Prabowo. Tidak. Posisi Prabowo sama seperti Jokowi, hanya makhluk biasa yang tdk lepas dari salah dan dosa.
Bahkan, siapapun yang lebih taat dari Prabowo, jika ia berlepas diri dari syariat dan mencoba menyakiti hati umat, maka mudah saja bagi kami untuk berlepas diri.
Penderitaan kami, pengorbanan kami, jauh melebihi apa yang kalian sebut sebagai pengorbanan dan sikap kenegarawanan.
Kepedihan kami nyata, tak mungkin bisa mengindera apapun kata dibalik kesakitan yang diakibatkan tontonan yang memuakan. Kami, tidak kenal apa itu strategi. Yang kami kenal, terus berjuang hingga kami menjemput apa yang dijanjikan Tuhan seru sekalian alam.
Jika mau merunduk, jika tak sanggup untuk terus bertempur, tak perlulah dahulu ikut menyuarakan narasi curang, yang itu membuat umat bergerak dan membela keadilan, hingga berujung pengorbanan.
Cukup strategi senyap, akui kekalahan sejak pengumuman KPU, setelah itu silahkan jalankan apa yang kalian sebut sebagai strategi, manuver, atau apalah itu.
Kami hanya paham, bahwa sejak awal kami berjuang demi agama ini, demi pertemuan kami dengan Allah SWT, bukan karena hamba, siapapun itu.
Lantas, jika Anda berbuat sekehendak hati, tanpa mengabaikan jerit dan pilunya hati kami, lantas kenapa sekarang kami diminta mengindahkan Anda ?
Kami adalah putera-putera Islam, lahir dari rahim para muslimah ksatria. Kami, telah mengumumkan perang kepada segenap umat dan bangsa, hingga kebenaran itu ditegakan, hingga agama yang hak ini, kemuliaan ini hanya untuk Allah dan Rasul-Nya, serta segenap kaum muslimin yang Istiqomah dijalan-Nya.
Apa yang kami lakukan adalah demi agama, bangsa dan negara. Demi anak cucu kelak, yang mewarisi negeri ini. Jadi, jangan anggap remeh nilai perjuangan, meskipun kami bukanlah elit yang selalu disorot media.
Kami, telah terbiasa dengan ujian dan pengorbanan. Pujian tdk akan membuat kami melambung, cercaan tidak akan membuat kami terhina. Kami, telah bertekad untuk tetap berdiri kokoh di jalan perjuangan ini.
Kepada siapapun, yang dahulu merasa berkoalisi dan satu visi dengan Nasjo. Saya sampaikan : selamat datang di era politik baru, Anda harus terbiasa saling serang dengan Nasjo jika Anda mengubah haluan dan mengambil peran membebek kepada rezim.
Kepada rezim dan seluruh begundalnya, saya sampaikan : bertambahnya lawan tidak akan mengurangi militansi kami untuk terus mengkritik kalian.
Kami, memiliki banyak waktu dan energi untuk melakukan banyak pertempuran. Selamat datang dibabak baru, kami akan tetap setia melawan. Allahu Akbar.[MO/ad]