Umar Syarifudin
(Pengamat Politik Internasional)
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, melontarkan pernyataan di tengah konflik pemilu Israel, pada Selasa (9/4/2019) "Yang kami harapkan hanya ada jalan, jalan yang benar menuju perdamaian. Kami tidak ingin ada pemerintahan yang tidak percaya perdamaian," ujar Abbas, sebagaimana dikutip AFP. Abbas berharap pemerintahan Israel yang baru dapat memahami "perdamaian merupakan kepentingan kami, mereka, dan dunia."
Pernyataan Otoritas Palestina ini tampaknya mewakili pasukan keamanan bagi orang-orang Yahudi untuk menindas rakyat Palestina dan memaksa mereka untuk menyerah dan tunduk pada proyek-proyek konsesi dan pengabaian yang diberlakukan oleh kekuatan kolonial, yang dipimpin oleh Amerika, dan komitmennya terhadap koordinasi keamanan.
Sikap Abbas hingga hari ini adalah merawat solusi dua negara; sebuah solusi yang akan melegitimasi pendudukan sebagian besar Tanah Suci oleh entitas penjajah dan menjadikan masa depan demiliterisasi "abadi" negara Palestina sebagai pelindung entitas Yahudi dan jembatan menuju normalisasi dengannya.
Sikap Abbas adalah sikap mengakui keberadaan penjajah Israel, dalam upaya untuk mengendalikan umat Islam dengan menyebarkan frustrasi politik dan keputusasaan perubahan melalui berbagai metode, dengan tidak mempercayai Islam, merusak kepercayaan umat itu sendiri dan membatasi perubahan dalam orang-orang tanpa membicarakan perubahan rezim dan struktur intelektual dan politik mereka, dan yang paling penting adalah pengakuannya atas entitas penjajah Israel.
Problem Palestina adalah problem terbesar bagi umat Islam di mana metode frustrasi dan penyebaran keputusasaan dan ketidakmampuan untuk mencapai pembebasan dan penyerahan kepada proyek-proyek Barat dalam likuidasi masalah tersebut, mengingat Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas dan praktik-praktiknya adalah bagian dari masalah dan bukan solusi.
Terlepas dari pernyataan khianat Abbas dan kroni-kroninya, hari ini PBB dan Dewan Keamanannya gagal mencapai "perdamaian" dan implementasi resolusi internasional yang relevan, namun dunia muslim masih berpegang teguh pada organisasi kolonial ini dan loyal kepada Amerika dan negara-negara Barat, dan penguasa negeri-negeri muslim telah menerima mereka sebagai mediator dan penguasa.
Bagaimana dengan Abbas? Ia terikat pada tali keputusan yang tidak adil dari organisasi internasional, sebaliknya, ia malah melihat solusi imperialis barat sebagai "puncak piramida”, entitas tertinggi di mana orang-orang di dunia mencari perlindungan. Maka kami menyerahkan masalah kami kepada Allah SWT, bukan kepada Abbas dan seluruh penguasa khianat![]
from Pojok Aktivis