Oleh: Jayanti, S Pd
(Pendidik dan Pemerhati Masalah Sosial)
Mediaoposisi.com-Keindahan Indonesia telah memukau dunia. Dengan garis pantai yang yang dimilikinya sepanjang lebih dari 88 ribu kilometer.
Tak heran jika Indonesia terpilih sebagai negara yang memiliki pantai-pantai terbaik untuk bersantai. Kata santai di sini dalam artian positif yang berhubungan dengan relaksasi dan cocok sebagai destinasi liburan.
Negeri ini juga tergolong hijau karena punya lebih dari 186 ruang hijau. Suhu rata-rata 25 derajat Celsius membuat Indonesia menjadi tempat tinggal yang nyaman. Tidak kelewat dingin, juga tak terlalu panas. Indonesia yang berjuluk surga tropis juga punya 66 spa dan retret kesehatan. Semuanya menawarkan pengalaman bersantai terbaik. Tak salah jika kemudian Indonesia dinobatkan sebagai negara paling santai di dunia.
Hal ini yang menyebabkan perlunya perhatian lebih disektor pariwisata negeri ini. Karena sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha mandiri yang begitu variatif bagi penduduk destinasi wisata setempat.
Hal tersebut tentunya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Selain itu yang tidak kalah penting adalah meningkatkan penerimaan devisa negara.
Sektor pariwisata Indonesia sendiri diproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15 persen, Rp 280 triliun untuk devisa negara, 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara dan menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019.
Dengan besarnya pemasukan melalui sektor pariwisata, tak pelak mendatangkan peluang investasi yang menjanjikan.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menyampaikan, selama tahun 2018 investasi PMA (Penanaman Modal Asing) didominasi oleh Singapura, Tiongkok dan Korea Selatan.
Dengan jenis usaha di bidang hotel berbintang, akomodasi jangka pendek lainnya, serta restoran, sedangkan tempat investasi terkonsentrasi di destinasi Bali, DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau.
Sedangkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) lebih banyak berinvestasi pada usaha hotel bintang, taman rekreasi tematik, dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia dengan sebaran tempat investasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur hal ini sesuai dengan sumber dan tujuan wisata bagi wisnus di Tanah Air.
Destinasi wisata di Indonesia sejumlah 40% merupakan wisata budaya. Pemerintah mengharapkan untuk memupuk kesadaran menghargai budaya, terjadi dialog antar budaya dan membantu penyebaran pengetahuan tentang kebudayaan dunia. Hal ini akan memudahkan masuknya budaya asing ke Indonesia.
Dengan tameng pariwisata, masyarakat mengetahui fakta gaya hidup bebas yang ditunjukkan oleh wisman. Dengan pakaian yang amat minim membalut tubuhnya. Seakan ini menjadi pemakluman demi menghormati “tamu” yang berkunjung kenegara kita yang menguntungkan secara materi.
Terlupa akan rusaknya generasi karena gencarnya budaya asing dengan liberalismenya. Selain itu atas nama budaya lokal, banyak aktivitas yang mengandung unsur kesyirikan. Hal ini sangat membahayakan aqidah umat.
Investasi asing dibidang pariwisata merupakan bentuk penjajahan secara halus dibidang ekonomi. Ini dapat dipastikan bahwa sumber pembiayaannya adalah hutang. Secara tidak langsung asset yang seharusnya mampu dikelola oleh Negara untuk kepentingan rakyat telah diambil alih asing.
Kebijakan untuk asing menanamkan investasinya dinegeri ini merupakan bukti keberpihakan kepada pihak pemilik modal. Inilah bukti pemberlakuan sistem kapitalis.
Islam memandang bahwa berkunjung ke tempat wisata seperti pantai, gunung, air terjun dan sebagainya dalam rangka mengagumi ciptaan Alloh. Sebagai bentuk pengakuan akan kebesaran Alloh. Tetapi tidak mentolerir kemaksiatan yang ada di tempat wisata tersebut.
Untuk tempat wisata yang mengarah kepada kesyirikan tentu dilarang. Sebagai bentuk penjagaan aqidah umat. Termasuk tempat peribadatan agama selain Islam tidak selayaknya menjadi tujuan wisata. Cukuplah penganut agama tersebut yang melakukan peribadatan ditempat tersebut.
Saatnya menyadari bahwa dibalik pujian akan keindahan alam Indonesia yang menjadi tempat paling santai di dunia, ternyata terdapat upaya-upaya perusakan aqidah dan akhlaq.
Terlebih di bidang ekonomi, negeri ini diperdaya oleh sang pemilik modal. Saatnya untuk kembali kepada aturan Alloh. Syariat Islam yang menjaga aqidah dan akhlak serta mensejahterakan seluruh umat manusia.[MO/ad]