Oleh : Nasrudin Joha
HEI KAU, YANG DUNGU
Hei kau,
Sepagi dan secepat ini
Mungkin saja ribuan nama ikan
Jutaan ejaan telah kau hafalkan
Tapi, Kau tak akan melupakan perbendaharaan kata wajib
Anu, apa, anu, apa, anu, apa dan BUKAN URUSAN SAYA,
Sepagi dan secepat ini
Mungkin saja ribuan nama ikan
Jutaan ejaan telah kau hafalkan
Tapi, Kau tak akan melupakan perbendaharaan kata wajib
Anu, apa, anu, apa, anu, apa dan BUKAN URUSAN SAYA,
Hei kau,
Tak mungkin kau mengunduh buah,
Pada belantara duri yang kau tanam,
Mungkin saja kaktus yang kau dapat,
Tapi mustahil apel dan Delima akan kau terima,
Tak mungkin kau mengunduh buah,
Pada belantara duri yang kau tanam,
Mungkin saja kaktus yang kau dapat,
Tapi mustahil apel dan Delima akan kau terima,
Hei kau,
Tanganmu berlumuran darah,
Entah berapa ulama kau kriminalisasi,
Entah berapa pengajian kau persekusi,
Entah berapa ormas akan kau bubarkan lagi,
Tanganmu berlumuran darah,
Entah berapa ulama kau kriminalisasi,
Entah berapa pengajian kau persekusi,
Entah berapa ormas akan kau bubarkan lagi,
Hei kau,
Tanganmu berlumuran darah bukan menolong bayi lahir,
Tapi kau merampas tugas malaikat maut,
Dosamu tak tertampung langit, kesalahanmu terhampar di setiap sudut bumi,
Maka sia sia saja semua ucapan,
Sia sia saja semua janji,
Sia dia saja semua persiapan,
Tanganmu berlumuran darah bukan menolong bayi lahir,
Tapi kau merampas tugas malaikat maut,
Dosamu tak tertampung langit, kesalahanmu terhampar di setiap sudut bumi,
Maka sia sia saja semua ucapan,
Sia sia saja semua janji,
Sia dia saja semua persiapan,
Uangmu tdk akan menutup mulut,
Pedangmu tak akan menciutkan nyali,
Janjimu tak akan menghasilkan empati,
Yang tersisa untukmu : perhitungan, pembalasan dan dendam.
Pedangmu tak akan menciutkan nyali,
Janjimu tak akan menghasilkan empati,
Yang tersisa untukmu : perhitungan, pembalasan dan dendam.
Kau, hei kau boneka pinokio,
Hidungmu telah memanjang ratusan kilometer
Sepanjang dustamu pada bangsa ini,
Pada ibu pertiwi
Hidungmu telah memanjang ratusan kilometer
Sepanjang dustamu pada bangsa ini,
Pada ibu pertiwi
Kau unggah kalimah paling Pancasila dan NKRI
Tapi barisan partaimu yang paling rajin korupsi,
Kau tuduh pihak lain memecah belah dengan dakwah khilafah,
Padahal khilafah adalah ajaran Islam,
Tapi barisan partaimu yang paling rajin korupsi,
Kau tuduh pihak lain memecah belah dengan dakwah khilafah,
Padahal khilafah adalah ajaran Islam,
Hei kau,
Ambillah tangguh dari sisa kekuasaan yang ada,
Teruslah berpesta pora diatas bangkai penderitaan umat,
Tapi ingat, malam kian larut, fajar kian dekat,
Teruslah berpesta pora diatas bangkai penderitaan umat,
Tapi ingat, malam kian larut, fajar kian dekat,
Dan mimpi Indah untuk terus dua periode, akan segera sirna.
Kolonglangit, 7/2.