Oleh: Siti Sulistiyani
Mediaoposisi.com- Sektor terpenting ketiga jika bicara dalam negeri Kerajaan Arab Saudi adalah industri hiburan dan pariwisata. Mungkin akan terasa biasa didengar, apalagi memang industri pariwisata dunia terus berkembang.
Tapi terasa luar biasa karena yang mengucapkannya adalah Muhammad bin Salman al-Saud, sang Putra Mahkota, Wakil Perdana Menteri, sekaligus Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan Arab Saudi.
Dunia saat ini sedang mengikuti bagaimana Arab Saudi . Ada banyak perubahan yang dilakukan. Salah satunya, pada September lalu, saat mereka mengeluarkan dekrit agar perempuan bisa menyetir mobil sendiri. Pembangunan kota hiburan melengkapi terobosan Raja Salman yang semakin akomodatif terhadap dunia hiburan.
Sebelumnya Raja Salman membolehkan warganya menonton bioskop, pameran fashion atau menikmati sejumlah fasilitas hiburan lain. Tapi sebenarnya, bukan perubahan ini yang benar-benar menandai awal perubahan besar. Semua bermula pada April 2016
Saat itu, Pangeran Salman mengumumkan tentang rencana Saudi Vision 2030. Ini adalah rencana jangka panjang, 15 tahun, melibatkan 80 proyek lebih. Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan terhadap minyak, diversifikasi ekonomi, serta mengembangkan sektor pelayanan public. Maka, demi menggaet setidaknya 50 persen dana hiburan untuk dibelanjakan di dalam negeri hingga 2030 kelak, Pangeran Salman mendorong agar industri hiburan tumbuh pesat di negaranya.
Salah satu caranya adalah membentuk lembaga yang menangani sektor ini: General Entertainment Authority (GEA). HE Ahmed Al Khateeb, penasihat utama Pangeran Salman, ditunjuk untuk mengepalai lembaga ini. Ada pula nama Dr. Lama Al Sulaiman, anggota Kamar Dagang Jeddah, satu-satunya perempuan dalam jajaran pengurus. Ada dua warga asing yang turut masuk dalam jajaran ini, yakni Joe Zenas yang pernah bekerja untuk Universal Studios dan Walt Disney; dan Jonathan Tétrault, Direktur Operasional perusahaan hiburan Cirque du Soleil.
Operator taman hiburan berbasis di Amerika Serikat (AS), Six Flags telah melakukan perundingan dengan pemerintah Saudi sejak 2017 terkait rencana membangun sejumlah taman hiburan di kerajaan itu. Pangeran Mohammed juga telah berada di AS untuk mengunjungi PR blitz dan bertemu sejumlah raksasa Silicon Valley serta para pemimpin perusahaan termasuk CEO Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Disney Bob Iger.
Pada Rabu (4/4), General Entertainment Authority dari Kerajaan Arab Saudi mengadakan pertemuan puncak di Four Seasons di Beverly Hills. Para menteri dan investor, baik dari sektor publik dan swasta, akan berbicara tentang pengalaman selama bekerja di industri hiburan. Mereka juga akan memberikan pandangan untuk mengembangkan industri di Saudi yang selama beberapa dekade tertutup.(Republika.co.id)
Arab Saudi merupakan kerajaan monarki yang memiliki nilai historis penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai tempat suci umat Islam, hingga sekarang ini Saudi masih menjadi salah satu negara yang mempunyai pengaruh besar bagi dunia Islam.
Sekalipun KSA bukan Negara Islam namun KSA masih menjadi acuan pandangan bagi ummat Islam secara Umum.Perubahan-perubahan yang terjadi di KSA ini tidak lepas dari tata dunia kapitalistik sekuler yang juga telah merambah KSA.
Kesan kemoderenan barat nampaknya menjadi kiblat berikutnya atas perubahan yang terjadi di Arab Saudi. Kehidupan barat yang bebas/liberal teruji menjadi rujukan KSA dalam menjalankan VISION 2030.
KSA yang mendeklarasikan menerapkan hukum Islam nampaknya telah kehilangan arah sesuai dengan paradigm historis sebelumya. Sehingga perubahan yang muncul justru banyak bertentangan dengan Islam.Proses sekulerisasi yang telah berjalan lama,nampaknya menemukan angin segar saat ini. Opini massif tentang modernisasi telah membius KSA.
Padahal makna moderrnisasi yang menempatkan nilai nilai barat sebagai standar, jelas akan bertentangan dengan Islam sebagaimana yang selama ini diakui secara formal. Sekalipun telah bergeser hanya nilai nilai normative,karena gerakan sekulerisasi yang massif.
Perubahan besar besaran yang terjadi di KSA saat ini sebenarnya tidak lepas dari kepentingan ekonomis idiologis atas sekutu sekutu KSA. Barat yang selama ini dianggap lebih modern ibaratnya telah menjadi penasehat seutuhnya atas perubahan perubahan yang terjadi di KSA.Padahal justru dengan inilah jalan mulus akan penguasaan aset-aset KSA oleh sekutunya akan dimainkan.
Dalih investasi yang dimainkan akan terus berjalan di negri yang sebelumnya di kenal dengan negri kaya minyak ini.Setelah menguasai minyaknya maka investasi merambah ke sector hiburan dan pariwisata.
Mengenai minyak mungkin tidak usah kita bicarakan saat ini,karena masalah ini telah menjadi cara pandang kepentingan atas politik di timur tengah.Justru perubahan akhir akhir ini akan menghantarkan Barat pada pengendalian dunia islam pada umumnya.
Liberalisasi yang terjadi di KSA akan tetap menjadi cermin bagi negeri-negeri muslim lainnya.Ketika KSA sudah di aruskan untuk menerapkan nilai nilai barat maka ini jelas akan memudahkan juga bagi negeri-negeri muslim lain dalam menentukan arah pandangnya sesuai dengan nilai nilai barat.Ini terjadi karena di negri negri muslim saat ini telah terjadi kemunduran berfikir yang sangat.
Sehingga kemunduran pemikiran inilah yang menjadikan begitu mudahnya barat dengan sekulerisasi liberalismenya akan mudah di terima di negri negri muslim.Baik dengan topeng mdernisasi atau yang lain.Padahal justru kaum muslimin ini akan maju dan akan bangkit ketika berpegang teguh pada Islamnya.
Ditunjang bagaimana pemikiran tersebut diemban dalam sebuah tata kenegaraan yang akan menjadikan pemikiran tersebut secara aplikatif akan menyeleseikan seluruh persoalan kehidupan.
Modernisasi yang ditandai dengan kemajuan fasilitas dan teknologi, tidak kita pungkiri.
Namun ternyata ini dikuti dengan kemunduran yang luar biasa pada peradapan manusia.Berkuasanya kolonialisme dan idiologi sekuler kapitalis juga menandakan hilangnya identitas peradapan ummat islam.
Peradapan barat yang memusnahkan wahyu menjelma menjadi musuh dalam selimut ummat islam yang menggerogoti keimanan dan identitas umat. Sehingga sudah saatnya kaum muslimin segera sadar atas perangkap kapitalis sekuler bergerak di negri negri muslim.[MO]