Oleh: Dini Azra
Mediaoposisi.com-Keputusan KPU membatalkan sosialisasi visi misi dari masing-masing capres -cawapres,mengecewakan banyak pihak . Acara yang seharusnya digelar jelang debat Pilpres tanggal 9 Januari 2019 itu, resmi dibatalkan setelah pihak KPU mengadakan rapat dengan kedua tim dari kedua pasangan calon, sebagaimana disampaikan oleh Arif budiman.
“Soal sosialisasi visi misi, tadi malam sudah diputuskan, silakan dilakukan sendiri-sendiri, tempat dan waktu yang mereka tentukan sendiri, jadi tidak lagi difasilitasi oleh KPU,” kata Arief Budiman, Sabtu (5/1/2018) di Jakarta Pusat.(Nusantaranews.com)
KPU beralasan,bahwa pihaknya tidak dapat mengakomodir keinginan dua pasangan capres -cawapres yang berbeda. Tim Kampanye Nasional (TKN)Jokowi-Ma'ruf menghendaki, penyampaian visi-misi bisa diwakilkan oleh timses,sedang Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandi mengatakan bahwa penyampaian visi misi harus disampaikan oleh masing-masing capres-cawapres. Bahkan sampai beberapa kali mengadakan rapat,tidak juga ada titik temu dari kedua kubu.
Direktur eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono wibowo menyayangkan sikap KPU yang tidak jadi memfasilitasi penyampaian visi misi tersebut ,dia menganggap hal ini justru sangat penting dilakukan ,dalam perhelatan pemilihan presiden dan wakil presiden.
"Penyampaian visi misi justru sangat penting dalam pertarungan politik modern,karenanya penyampaian visi misi seharusnya mendapat porsi terbesar dalam tahapan pemilu."tegas Karyono wibowo kepada Tribun news.com(6/1/2019)
Begitupun masyarakat yang sudah menunggu-nunggu,apa saja visi misi yang akan diusung oleh pasangan capres -cawapres mereka. Ibarat akan membeli suatu barang ,bukankah wajar jika kita ingin mendapat penawaran terbaik,dan juga iklan yang menarik untuk menggambarkan barang yang akan dibeli? Namun semenjak diumumkan nama-nama paslon yang akan maju pada pilpres 2019,rakyat hanya disuguhi jargon-jargon dan pencitraan belaka.
Juga kegaduhan yang sering terjadi.Ruang publik menjadi penuh dengan caci-maki antar pendukung,masyarakat dijejali informasi hoax yang belakangan marak. Hatespeech,serta propaganda seolah hal biasa, kedua kubu saling serang dan menjatuhkan. Sehingga substansi dari pemilu itu sendiri menjadi hilang .
Tak hanya itu, KPU juga membuat publik heran dengan keputusannya yang akan memberikan kisi-kisi pertanyaan kepada kedua paslon , seminggu sebelum digelarnya debat capres -cawapres. Dengan dalih supaya tidak ada kandidat yang nantinya bisa dipermalukan,dengan pertanyaan-pertanyaan diluar kepentingan . Karena itu banyak kalangan temasuk masyarakat jadi meragukan netralitas KPU, dan menganggap langkah ini sebagai kemunduran demokrasi di Indonesia. Pemilu kali ini dinilai lebih buruk dari pemilu yang pernah ada sebelumnya.
Tugas KPU sebagai penyelenggara pemilu,seharusnya bisa mengakomodir keinginan rakyat , bukan melayani keinginan elite politik dari tim paslon. Agar rakyat bisa menentukan pilihan secara selektif,tidak seperti memilih kucing didalam karung. Dengan menyajikan pemilu yang bermutu dan menarik,dimana kedua paslon harus mengerahkan segala upaya,memaparkan visi misinya,dan berani beradu kecerdasan serta wawasan sehingga bisa meyakinkan rakyat sebagai pemilih. KPU sebagai badan independen,wajib membuat aturan sendiri tanpa harus membuat kesepakatan dengan para kandidat.
Aspek kepemimpinan juga termasuk bagian penting dalam agama Islam ,karena itu memilih calon pemimpin juga harus memakai standar agama. Seorang pemimpin seharusnya memiliki sifat individu yang baik,diantaranya mempunyai pribadi yang kuat secara pemikiran,cerdas,dan memahami soal ketatanegaraan dan hubungan internasional. Dia juga harus memiliki ketakwaan, punya rasa takut kepada Allah, sehingga akan menjalankan tanggung jawab dengan benar dan amanah.Terlebih dia harus mencintai rakyat,selalu mendahulukan rakyatnya,menggembirakan,dan berusaha memudahkan semua urusan rakyat,bukan malah mempersulitnya.
Sedangkan sebagai pemimpin,sifat yang harus dimiliki yaitu selalu menepati janji,mampu melaksanakan tugas,mampu menjaga kedaulatan dan kemandirian negaranya. Dan secara umum pemimpin juga bertanggung jawab,untuk membawa umat pada ketakwaan, merawat akidah dan menutup pintu kemaksiatan. Bisa menjaga harta rakyat,artinya tidak korupsi dan mengelola harta negara secara tepat dan benar. Dan yang paling penting adalah menerapkan syariah bukan dengan Undang-Undang selainnya.
Memang berat tanggung jawab seorang pemimpin,karenanya Allah subhanahu wataala menjamin,dengan imbalan luar biasa di akhirat kelak bagi pemimpin yang adil.
Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (HR.Muslim)
Namun Allah subhanahu wataala ,juga memberi peringatan keras pada pemimpin yang dzalim dan para pendukungnya,seperti yang disabdakan Nabi shalallahu alaihi wassalam :
“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Karena setiap pilihan yang kita ambil akan ada tanggung jawabnya,maka jadilah muslim yang cerdas ,yang selalu berusaha menerapkan syariat Nya,didalam semua aspek kehidupan termasuk dalam hal kepemimpinan. Baik sebagai pemimpin ataupun orang yang akan memilih pemimpin. Wallahu a'lam bishawab.[MO/sr]