Oleh : Ade Noer Syahfitri
(Aktivis Muslimah Jakarta Utara)
Mediaoposisi.com- Tentu saja kami menolak atau (ingin) mencegah pelanggaran hak asasi manusia. Namun, kami tidak ingin campur tangan dalam urusan domestik negara lain, Jusuf Kalla dikutip dari The Jakarta Post pada Senin (17/12/2018).
Umat kembali memanggil
Kebenciaan terhadap Islam oleh para musuhnya pun semakin memanas. Setelah Barat dengan intervensinya di negeri-negeri Arab, kali ini agenda Counter Terorism yang dicanangkannya pun menjadi legalitas bagi Rezim Komunis Cina untuk melakukan kebiadaban terhadap muslim Uyghur, di Xianjiang Cina bagian barat.
Pada bulan Agustus, sebuah panel hak asasi manusia PBB melaporkan bahwa hampir 1,1 juta muslim Uyghur ditahan di kamp-kamp konsentrasi di Xianjiang. Sigal Samuel dari The Atlantic melaporkan bahwa para tahanan dipaksa untuk meninggalkan Islam, mengkritik keyakinan Islam mereka sendiri dan orang-orang dari sesama tahanan, dan membaca lagu propaganda partai komunis selama berjam-jam setiap harinya. ( Aljazeera)
Di dalam Kamp konsentrasi yang mereka sebut dengan kamp pendidikan ulang atau yang lebih tepatnya tempat penyanderaan oleh para teroris komunis tak bertuhan itu, sangat banyak hal-hal mengerikan yang mereka lakukan kepada para tahanan.
Mulai dari dicuci otaknya untuk melupakan Islam dengan dipaksa untuk menyanyikan lagu pro Cina dan dilarang untuk membaca ataupun mengikuti apa yang ada di dalam Alquran, mereka dilarang untuk melakukan sholat, dipaksa untuk memakan daging babi dan meminum khamr, merekapun digantung berjam-jam dan dipukuli, lalu mereka direndam di dalam air yang kotor dan bau hingga leher selama 5 hari.
Tak hanya itu, para wanita muslim diperkosa dan diberi pil anti hamil. Para penyiksa itu pun menempatkan 40 sampai 50 orang wanita di satu ruangan yang kecil, dan 5 sampai 10 orang wanita tersebut dikeluarkan secara teratur menghilang begitu saja dan tidak pernah kembali. (Media Umat edisi 232, Mancanegara)
Nasionalisme adalah penyakit
Nasionalisme itu adalah penyakit kekanak kanakan, itu adalah campak umat manusia.
(Albert Einstein)
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal. (Wikipedia)
Bila rezim komunis dengan kebiadabannya tega menyiksa saudara kita, ternyata nasionalismepun ikut andil di dalamnya, bahkan paham ini bisa dikatakan memberikan imbas kepada saudara-saudara muslim kita yang hingga saat ini terus mendapat penindasan oleh musuh-musuh Islam. Seolah permasalahan saudara kita di belahan negeri yang lain adalah urusan domestik yang tak semestinya dicampur tangani oleh kita.
Di saat umat memanggil, di mana para penguasa negeri muslim? apakah mereka belum mengakses berita sampai hari ini, ataukah mereka masih menimbangnimbang keuntungan apa yang akan mereka dapat bila membantu muslim Uyghur?
Disaat Uni Eropa dan PBB mengecam kamp-kamp konsentrasi tersebut yang sangat tidak manusiawi, justru mereka para penguasa negeri muslim masih terdiam. Ketika mereka para penguasa negeri muslim lantang dengan agenda Counter Terorism, mereka justru menutup mata terhadap para teroris sebenarnya.
Apakah mereka yang justru akan menjadi teroris selanjutnya? Menciptakan ketegangan, menyiksa kaum muslimin yang merupakan saudaranya sendiri? Ataukah mereka para penguasa negeri-negeri muslim yang notabene adalah muslim, justru ikut meyakini bahwa ketaatan seseorang terhadap agamanya adalah sebuah tindakan radikal?
Ataukah mereka para penguasa negeri-negeri muslim yang sudah sangat mencintai negerinya terlupa dengan tujuan tatkala negeri ini merdeka? Kemana perginya tujuan bangsa yang termaktub dalam konstitusi untuk menjaga ketertiban dunia saat muslim menjadi pihak yang teraniaya? Di mana para tentara mereka yang hebat dan kuat itu? Apakah seragam kebanggaan mereka yang akan menumpaskan para musuh hanya untuk apel atau berjaga diperbatasan negeri?.
Sembuhlah dan bersikaplah !
Allah Swt berfirman :
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ}
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (Al-Hujurat: 10)Rasulullah saw bersabda :
“orang orang beriman itu seperti satu tubuh, jika matanya sakit, seluruh tubuhnya terasa sakit, dan jika kepalanya sakit seluruh tubuhnya terasa sakit” (HR.Muslim)
Dalam riwayat dari Abdullah bin Umar ra, ia menuturkan: “Aku melihat Rasulullah SAW thawaf mengelilingi Ka’bah dan beliau bersabda: Alangkah baiknya engkau dan alangkah harumnya aromamu, alangkah agungnya engkau dan agungnya kehormatanmu, dan demi Zat yang jiwa Muhammad ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin lebih agung di sisi Allah darimu, hartanya, darahnya dan agar kami hanya berprasangka baik kepadanya)”. (HR Ibnu Majah)
Sudah saatnya para penguasa negeri-negeri muslim menyembuhkan diri dari ketidakperduliannya dengan alasan tidak mau campur tangan. Satu-satunya pilihan yang harus dilakukannya adalah dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki saat ini untuk menyelamatkan muslim Uyghur. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menghisab sekat -sekat itu, tetapi Allah akan senantiasa menghitung setiap amal perbuatan yang kita lakukan bahkan bila hanya sebesar biji sawi.
Dan bila kita kembali pada sejarah, bahwa awal keterpurukan umat yaitu dimulai dari runtuhnya Kekhilafahan Utsmani di Turki pada tahun 1924 hingga saat ini umat terpecah belah adalah karena dianutnya paham nasionalisme. Sehingga umat pun tidak memiliki kekuatan yang kokoh, masing-masing disibukkan dengan kepentingan dalam negerinya. Di sisi lain para musuh Islam, baik mereka para Asing ataupun Aseng, Kapitalisme ataupun Komunisme saling melengkapi perannya untuk memerangi Islam. Maka sudah saatnya umat pun bersatu untuk kembali memperjuangkan sistem Islam.
Bagaimana hanya dengannya Islam Rahmatan Lil Alamiin akan tercipta, ketertiban, hidup damai berdampingan dalam keberagaman pun menjadi nyata bukan teori belaka seperti saat ini, diskriminasi dan intimidasi pun dihapus secara merata tidak ada pihak yang akan menjadi bulan-bulanan seperti Islam saat ini yang terus ditindas. Tidak ada lagi minoritas tertindas ataupun minoritas tirani.[MO/sr]