Oleh: Lestari Ningsi
(Akademi Menulis Kreatif)
Mediaoposisi.com-Visi misi menjadi acuan sekaligus pedoman rakyat untuk memilih pemimpin. Sayangnya visi misi kedua calon presiden ini masih menjadi misteri. Pasalnya rencana sosialisasi visi dan misi pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak akan difasilitasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Seperti dilansir dari Kompas.com (5/01/2019) keputusan tersebut diambil berdasar kesepakatan antara KPU dengan tim kampanye pasangan calon melalui rapat bersama yang digelar pada Jumat (4/1/2019) malam.
Sosialisasi tetap akan dilakukan, tetapi oleh masing-masing tim kampanye.
"Sosialisasi visi-misi tadi malam juga sudah diputuskan, silakan dilaksanakan sendiri-sendiri tempat dan waktu yang mereka tentukan sendiri. Jadi, tidak lagi difasilitasi oleh KPU," kata Ketua KPU Arief Budiman saat ditemui di Hotel Mandarin, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1/2019).
Kerepotan menjadi alasan KPU meniadakan penyampaian visi misi capres. Alasan yang lemah bagi sebuah lembaga negara penyelenggara pemilu. Padahal penyampaian visi misi ini harusnya mendapatkan porsi yg besar dalam tahapan pemilu.
Penyampaian visi misi menjadi hal penting karena dengan mengetahui visi misi, rakyat sebagai pemilih akan mudah menjatuhkan pilihannya. Penyampaian visi misi akan menjadi bahan bagi rakyat untuk muhasabah sebelum memilih pemimpin mereka. Namun bila faktanya seperti ini bisa jadi rakyat akan enggan memilih.
Hal ini berbanding terbalik dengan Islam. Pemimpin yanga akan mngurus urusan umat ini diwajibkan untuk menyampaikan apa yang akan dia lakukan bila terpilih sebagai pemimpin. Dan tentu saja harus amanah dan tanggung jawab terhadap apa yang telah disampaikan di depan publik. Bukan hanya isapan jempol apalagi amnesia terhadap apa yang pernah dijanjikan dulu.
Pemimpin dalam Islam pun harus memiliki karakter yang ditetapkan syariat. Seorang pemimpin harus berkepriadian kuat, bertakwa dan dicintai rakyatnya.
Pemimpin seharusnya menepati janji dan bertanggung jawab dalam menjaga kedaulatan dan kemandirian negara. Selain itu seorang pemimpin harus mampu menasehati rakyatnya, tidak mengambil hak rakyat serta menerapkan syariah secara kaafah.
Sayangnya sifat pemimpin seperti ini sulit ditemukan di sistem politik demokrasi saat ini. Pemimpin ideal yang memiliki kesadaran ruhiyah yang tinggi akan mudah ditemukan dalam sistem yang berdasarkan wahyu Ilahi yang kaya visi misi mewujdkan peradaban Islami. Bukan pemimpin yang minus visi misi hingga rakyat pun enggan memilih.[MO/ge]