Oleh: Nasrudin Joha
Mediaoposisi.com-Hihihi, setelah kesandung di reklamasi dan Meikarta, tak berdaya menghadapi Anis pada kasus reklamasi dan OTT KPK di Meikarta, opung mulai tak kuasa menghadapi kritik publik.
Kritik publik dibahasakan hoax, sementara hoax penguasa diklaim selalu berbasis data. Lantas, katanya BUMN Ga rugi itu dimana ? Katanya Oktober SMK diproduksi itu apa ? Katanya ribuan pesanan SMK itu apa ? Katanya buy back Indosat itu faktanya apa ? Tidak impor ? Klo impor sedih sekali ? siapa yang ngomong ?
Uniknya proteksi tak berdaya menghadapi hujan deras kritik, bahkan banjir bandang di semua lini, opung mulai menggunakan tangan kekuasaan. Opung mulai gunakan kekuatan alat negara untuk merealisir ambisi berkuasa.
Tidak bisa, tidak mempan, umat sudah putus urat takutnya. Sekarang rezim lah yang ketakutan kehilangan kekuasaan. Semua alat negara disalahgunakan untuk menyelamatkan kekuasaan, seandainya saja bisa.
Ingat, TNI Polri itu alat negara, bukan alat kekuasaan untuk membungkam suara umat. Umat cuma bersuara, tidak bisa menggarong anggaran seperti penguasa. Bersuara saja mau disensor ? Ditakut takuti ? Tidak bisa !
Semua yang ada dibawah, termasuk TNI Polri juga sudah muak. Siap ndan di mulut, dihati semua berdoa segera terjadi perubahan. Di hati, semua berdoa segera berganti komando dari tirani menuju keadilan.
Mereka bukan robot, mereka lahir dan dibesarkan dari rahim umat. Tidak mungkin, mereka meneror dan mengancam umat yang tidak lain ibunya, ayahnya, adiknya, kakaknya, iparnya, saudaranya, dan keluarganya sendiri.
Tenang saja, umat dan militer sedang berada di jalur yang benar. Menunggu datangnya Nasrulloh untuk memuliakan agama Islam. Sebentar lagi, kemuliaan hanyalah untuk Islam dan kaum muslimin.
Berbuatlah, sebisanya dan sesukanya di waktu tangguh. Tapi ingat, setiap perbuatan akan mendapatkan balasan. Dan .... pembalasan lebih kejam dari perbuatan.
Sudahlah, tidak ada yang sanggup mengubah takdir perubahan. Musim kemarau itu telah berlalu, musim penghujan telah tiba. Dan setiap benih perlawanan yang tersemai, sedang mengalami tumbuh kembang di ladang subur yang kalian ciptakan.
Kami sedang menunggu masa panen. Apa yang kalian perbuat, tidak merusak kebun melainkan mematangkan buah untuk dipetik pada musimnya. Ingat ! Kemenangan hanyalah dari Allah SWT, diperuntukkan kepada orang yang beriman dan menolong agama-Nya. [MO/ge]