Oleh: Ummu Shofa
(Aktivis Dakwah Islam)
Mediaoposisi.com-Tahun 2018 adalah tahun di mana orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Demikian yang disampaikan Oxfam. Sebanyak 26 orang terkaya mempunyai aset setara dengan separuh populasi termiskin dunia.
Di Indonesia, situasi serupa juga terjadi. Badan yang sama, Oxfam menyatakan 4 orang terkaya memiliki aset setara dengan 40 persen penduduk miskin (100 juta orang).
Indonesia termasuk dalam enam besar negara dengan kesenjangan ekonomi tertinggi. Disebutkan, 1 persen orang terkaya memiliki aset setara dengan 49 persen populasi, pada tahun 2016.
Kegagalan Kapitalisme
Fakta di atas menggambarkan bagaimana ketimpangan kekayaan nyata adanya. Slogan SDG/Sustainable Development Goal’s nomor wahid yang disepekati dunia yakni “No poverty” (Tidak adanya kemiskinan) hanyalah tinggal slogan semata. Jika dicermati, hal semacam ini bukanlah peristiwa baru, selama peradaban masih dipimpin oleh ideologi kapitalisme.
Definisi kapitalisme diambil dari kamus merriem Webster adalah “an economic system characterized by private or corporate ownership of capital goods, by investments that are determined by private decision, and by prices, production, and the distribution of goods that are determined mainly by competition in a free market”
Dari definisi di atas, kapitalisme yang sesungguhnya menempatkan manusia dalam kompetisi sebagaimana teori evolusi, yang kalah akan punah. Maka, dikenal kebebasan kepemilikan. Juga pasar bebas. Bisa ditebak, yang kaya semakin kaya.
Yang miskin semakin tersingkir. Jika konsep ini didengungkan apa adanya, sudah barang tentu akan ditolak oleh umat. Oleh karena itu di gincu sedemikian rupa untuk menutupi borok kapitalisme.
Beberapa contoh misalnya, pemberian bantuan bagi si miskin, beasiswa bagi kalangan tidak mampu, subsidi asuransi kesehatan, termasuk kampanye oleh kapitalis yang seakan memihak pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Semacam SDG’s yang diuraikan di depan.
Bagaimanapun tebalnya bedak, tetap saja akar merusak itu tampak. Ide dasar kapitalisme adalah materialisme. Yang memihak pada para pemilik modal. Yang dengan segala cara turut menggandeng penguasa untuk melancarkan syahwat materi. Akibatnya, lagi-lagi yang kaya akan semakin kaya, yang miskin semakin tersingkir.
Kesalahan Konsep Kapitalisme Dalam Distribusi Kekayaan
Sistem ekonomi kapitalis hanya mengarah pada satu tujuan: meningkatkan kekayaan negara. Selanjutnya mereka berharap, kekayaan tadi mampu menetes pada seluruh lapisan masyarakat. Yaitu ketika terdapat penambahan pendapatan nasional (national income) dan kenaikan produksi suatu negara.
Yang sedemikian dilakukan dengan mendorong masyarakat untuk memperoleh kekayaan. Caranya adalah dengan membiarkan mereka sebebas-bebasnya dalam bekerja untuk memproduksi dan mengumpulkan kekayaan tersebut.
Jika diamati dari konsep di atas, ekonomi kapitalis bukan dibentuk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan secara individual dan mencukupi kebutuhan masing-masing orang secara menyeluruh.
Ini jelas sangat keliru, bertentangan dengan realitas, tidak menghasilkan kenaikan taraf hidup individu secara keseluruhan dan tidak akan pernah menghasilkan kemakmuran secara individual (orang perorang).
Dunia dengan GNP tinggi tidak otomatis masyarakatnya sejahtera. Data yang dicantumkan di awal artikel ini malah menunjukkan sebaliknya.
Artinya ekonomi kapitalis secara konsep memang melanggengkan kesenjangan ekonomi. Yang terpenting adalah total kekayaan negara akumulatif, bukan terpenuhinya kebutuhan tiap individu.
Lagi-lagi, program pengentasan kemiskinan adalah lip service yang sangat bertolak belakang dengan ide dasar ekonomi kapitalis itu sendiri.
Islam Mengatasi Kemiskinan
Problem ekonomi yang sesungguhnya adalah kemiskinan yang menimpa individu bukan kemiskinan yang menimpa negara secara umum (kemiskinan kolektif). Meski masalah kemiskinan negara terpecahkan, problem kemiskinan orang perorang belum tentu terpecahkan.
Namun, dengan terpecahkannya masalah kemiskinan orang perorang dan terdistribusikannya kekayaan negara secara merata, itulah yang justru akan mendorong rakyat serta warga suatu negara untuk bekerja meningkatkan pendapatan nasional (national income).
Inilah ekonomi Islam yang mempunyai konsep masalah ekonomi yang paling mendasar tidak lain adalah bagaimana memenuhi seluruh kebutuhan primer setiap anggota masyarakat secara menyeluruh, kemudian membantu masing-masing individu tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan skunder atau tersiernya.
Selanjutnya diperlukan kajian sistem ekonomi islam yang komprehensif tentang pandangan islam terhadap ekonomi, jenis-jenis kepemilikan, sebab-sebab kepemilikan, mekanisme pengelolaan harta, hukum seputar tanah, perdagangan dan industri, hukum seputar perseroan, cara-cara terlarang dalam pengembangan harta, kepemilikan umum, kepemilikan negara, industri, baitul mal, distribusi kekayaanriba, mata uang serta perdagangan luar negeri.
Kitab Nidzomul Iqtishadi fil Islam dapat menjadi rujukan untuk pembahasan di atas. Pengkajian dan implementasi sistem ekonomi islam sesuai nash mampu menyelesaikan problem ketimpangan kekayaan dunia, sekaligus mengatasi kemiskinan individu.
Adopsi ekonomi islam secara total menuntut adanya Khilafah yang akan menerapkan semua hukum Allah berdasarkan Al qur’an dan Sunnah.[MO/ad]