Oleh : Azizah Nur Hidayah
(Pelajar, member Akademi Menulis Kreatif)
Diketahui, artis berinisial VA ditangkap polisi terkait kasus prostitusi online di Surabaya beberapa waktu yang lalu. VA merupakan artis sekaligus publik figur yang sering membintangi beberapa FTV di Indonesia. Namanya sangat familiar bagi masyarakat Indonesia.
Kasus prostitusi online ini bukan pertama kalinya terjadi di kalangan artis dan publik figur. Sebelum kasus VA, sederet nama artis-artis dan publik figur lain telah lebih dulu terseret ke dunia prostitusi online ini. Tercatat ada 45 artis dan 100 model yang terseret ke dunia prostitusi online. Itu pun belum bisa dipastikan angka tetap dan pastinya.
Dunia prostitusi, terlebih prostitusi online, laksana gunung es di tengah laut. Permukaannya terlihat kecil dan sedikit, tetapi di bawahnya menggelembung dan tidak terkira banyaknya. Catatan 145 perempuan yang terseret ke dunia prostitusi online, hanyalah permukaan atau penampakan luarnya saja. Bisa jadi, masih ada ratusan atau bahkan ribuan perempuan-perempuan lain yang terseret ke dunia kelam ini.
Dampak negatif terseretnya artis-artis dan publik figur sangat mempengaruhi masyarakat. Dimana posisi mereka sebagai publik figur yang tentunya merupakan role model atau contoh bagi masyarakat sangatlah besar. Setiap harinya, mereka ditampilkan ke masyarakat sebagai contoh, namun apa jadinya jika seseorang yang kita contoh malah melakukan hal yang amat menjiikkan? Bisa jadi, banyak masyarakat, terutama anak-anak muda mencontoh perilaku buruk mereka tersebut.
Dengan bayangan akan mendapatkan banyak uang dan bisa merasakan hidup mewah seperti dolanya. Hal ini terjadi akibat gaya hidup mereka yang mahal, hedon. Apapun yang mereka miliki atau dapatkan haruslah barang-barang yang mewah nan mahal. Dengan harga yang tentunya tidak kecil. Ditambah kebutuhan mereka lainnya yang harus dipenuhi. Tuntutan gaya hidup mahal inilah yang mengakibatkan mereka rela melakukan apapun. Bahkan rela menjual harga diri. Apa semurah itukah harga diri seorang wanita?
Beginilah jadinya ketika sistem kapitalisme dijadikan asas bernegara. 4 pilar kebebasan sebagai pondasi bernegara telah mendorong umat ke jurang kehancuran. Salah satunya adalah kebebasan bertingkah laku. Bebas untuk melakukan apapun yang diinginkan. Entah itu baik atau buruk, semua dilakukan. Sampai-sampai bebas menjual harga diri. Tanpa ada rasa malu sedikit pun. Negara memiliki peran penting untuk mendidik dan mempersiapkan generasinya.
Terutaman wanita. Karena wanita sejatinya adalah kaum Ibu. Dimana kelak generasi-generasi Muslim yang hebat lahir dan dididik. Wanita harus dididik dan dipersiapkan untuk menjadi seseorang yang kuat, tangguh lagi hebat. Memiliki Iffah dan Izzah di dalam dirinya.
Tidak seperti sekarang. Negara abai dengan kondisi rakyatnya. Negara tidak bisa dan tidak mampu dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin rakyat. Padahal sudah menjadi keharusan bagi mereka untuk memimpin, mengayomi, dan mendidik umatnya sebagai generasi penerus bangsa.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist, bahwasanya “Wanita adalah tiang suatu Negara. Apabila wanitanya baik, maka Negara akan baik. Dan apabila wanita rusak, maka Negara pun akan rusak”. Sungguh sangat penting sekali posisi dan kedudukan wanita, bahkan dalam tatanan bernegara. Di dalam Islam, wanita merupakan makhluk yang sangat tinggi derajatnya.
Berkat dirinyalah generasi-generasi bertaqwa nan hebat lahir. Sebut sayaMuhammad Al Fatih, Thoriq bin Ziad, Imam Syafi’i dan masih banyak sekali para pemuda hebat yang lahir dan dididik oleh wanita-wanita yang selalu menjadikan hukum Allah sebagai pegangan, Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai pedoman.
Islam sangat menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan wanita. Islam merupakan satu-satunya perisai bagi seluruh wanita di muka bumi. Hanya Islam-lah yang bisa dan mampu menjaga wanita dari hal-hal yang buruk dan tidak bermoral.
Maka sudah saatnya kita mencampakkan sistem rusak ini dan menggantinya dengan sistem Islam. Satu-satunya sistem yang menjaga dan melindungi wanita sepenuhnya. Islam wajib diterapkan secara menyeluruh, tidak boleh hanya setengah-setengah(Parsial). Karena hanya Islam-lah perisai bagi kaum wanita. [MO/vp]