Oleh: Widya Rhomadhona
(Aktivis Back to Muslim Identity Community)
Mediaoposisi.com-Setiap muslim adalah saudara. Bila satu terluka, menyebarlah sakit pada semuanya. Bila satu dilanda bencana, berbondong-bondong yang lain membantunya. Minggu, 2 Desember 2018 kita semua terhenyak kagum dengan semangat persatuan yang begitu besar.
Pemandangan luar biasa dengan berkumpulnya jutaan muslim di satu titik ibu kota. Adanya reuni akbar 212 menjadi bukti rindunya umat ini akan persatuan. Ikatan akidah islam yang indah dan tak bisa dibeli karena hati setiap insannya sudah terpantik oleh keimanan, laa ilaha illallah muhammadur rasulullah.
Gelora kebangkitan Islam semakin membara tak terpadamkan. Cahaya kemenangan bak fajar yang akan terbit dengan segera. Sayangnya, jika kita melihat jauh ke arah barat laut Indonesia, masih satu akidah dengan kita, umat Islam di Yaman dirundung duka berkepanjangan. Menurut UNICEF Yaman mengalami bencana kelaparan terparah selama 100 tahun ke belakang.
Raga yang bernyawa tapi penampakannya hanya tulang. Dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (20/10/2018), UNICEF menyatakan jumlah warga yang tidak mendapatkan sumber makanan, kini mencapai 18,5 juta orang dan kemungkinan akan melonjak drastis. Jutaan keluarga dan anak-anak hidup tanpa makanan, air bersih dan sanitasi.
Save the Childern juga memaparkan data memprihatinkan berkaitan dengan bersarnya angka penderitaan Yaman. Pertempuran dan blokade parsial oleh koalisi telah menyebabkan 22 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, menciptakan keadaan darurat keamanan pangan terbesar di dunia dan menyebabkan wabah kolera yang telah mempengaruhi 1,2 juta orang (Liputan6, 11/18).
Bom bardir atas nama kedamaian malah menghancurkan sumber kehidupan. Target pengeboman adalah objek-objek sipil, termasuk kamp pengungsi, mobil-mobil sipil, kawasan permukiman sipil, fasilitas medis, sekolah, masjdi, pasar, pabrik, gudang makanan, airport dan pelabuhan.
Kondisi yang memilukan dialami oleh Yaman. Sementara pemerintah dunia seolah diam dibalik kekuasaan. Sekat-sekat kebangsaan menghalangi pertolongan yang paling krusial. Bahkan lebih parahnya diantara mereka ada yang menjadi agen permasalahan. Jika kita menilik sedikit konflik di Yaman, tak hanya berhenti pada perang saudara saja. Ada tangan-tangan kapitalis yang mendamba sumber daya minyak dengan potensi besar bagi kepentingan mereka.
Aktor asing terkuat di Yaman, tentu saja AS dengan sekutunya yang sejak 2001 menggelontorkan ratusan juta dollar dan berbagai pasokan senjata mematikan. Ketika pemerintahan boneka terbentuk, perusahaan-perusahaan AS bersama sekutunya pula yang dipastikan akan mendapatkan berbagai kontrak infrastruktur dan minyak (seperti yang terjadi di Libya dan Irak). Memang halnya negeri kaum muslimin yang satu ini memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah kemudian menjadi rebutan.
Terbukti jelas sabda Rasulullah saw, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Ketidakberdayaan umat islam ada dirinya dan saudaranya seiman tidak lepas dari lemahnya kekuatan umat ini. Bantuan mungkin bisa kita kirimkan, tapi belum tuntas masalah tercabut dari akarnya, yakni tidak adanya kepemimpinan Islam yang melindungi darah, tanah, jiwa dan kehormatan kaum muslimin. Namun sekali lagi, janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah tak akan pernah kita lupakan, selalu menjadi energi dalam setiap perjuangan. Kembalinya kepemimpinan, kemuliaan serta kemenangan Islam.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (An-Nur:55)
Bersatulah kaum muslimin, kelak kalian akan dimenangkan. Itulah janji Allah pada orang-orang beriman. Semoga kemenangan Islam terwujud di masa kita dan atas perjuangan kita. Maka di tengah heroik persatuan, tidak ada pilihan bagi kita selain terus berjuang mewujudkan satu-satunya perisai umat, Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah[MO/sr]