-->

Ulama Dalam Kubangan Lumpur Demokrasi

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen


Oleh: Kartiara Rizkina Murni

Mediaoposisi.com-Kampanye pilpres 2019 mempertaruhkan dan melakukan segalanya. Keterlibatan ulama menjadi sorotan yang dianggap ampuh untuk menarik suara masyarakat

 Kedua calon pilpres tak mau kalah dalam memeberikan momen tersebut. Jika prabowo melakukan ijtima ulama, maka jokowi menarik KH.Ma’aruf Amin sebagai wapresnya. KH Ma’aruf Amin adalah ulama dan politisi Indonesia. Tak di ragukan mengenai ke ulamaannya karena jabatannya, sejak 2015 ia menjabat sebagai Rois Aam Syuriah pengurus besar Nahdlatul Ulama dan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kemudan ini yang menjadi peluang dari kubu Jokowi untuk mendapatkan suara.

Namun yang terjadi sebaliknya, sebelum berangkat ke kantor komisi pemilihan umum, pasangan calon presiden dan wakil presiden jokowi-Ma’aruf Amin berkumpul bersama dengan para pendukungnya di tugu Proklamasi, Jakarta. Ada momen yan sangat di sayangkan oleh kubu Jokowi, mereka  justru malah menghilangkan marwah seorang ulama. Di mana ada pertontonan kiai Ma’aruf Amin  di goyang penyanyi dangdut di atas panggung. Ma’aruf Amin merespon dengan menepuk-nepukkan tangannya. Kejadian ini membuat heboh warganet dan menjadi perbincangan panas di media sosial, di berita, media cetak yang membuat orang-orang geleng-geleng kepala. ( Kantor Berita Politik RMOL.CO 22/9/2018).

Presidium persatuan pergerakan, Andrianto menilai, sikap warganet itu merupakan resiko yang harus di tanggung oleh seorang kiai yang masuk pusaran politik praktis. Namun, seharusnya koalisis partai pendukung paham akan posisi kiai Ma’aruf Amin sebagai pemuka agama. ( Kantor Berita Politik RMOL.CO 22/9/2018).

Dengan ini masyarakat di buat bingung siapakah yang dapat di sebut sebagai ulama? Bukan hal yang heran di sistem sekarang hal seperti itu dapat terjadi

 Jika sistemnya salah maka yang menganutnya juga salah. Jika ada seseorang yang ingin berkuasa di sistem demokrasi namun, dengan kuasanya tersebut ia ingin menerapkan hukum Islam, maka itu adalah hal yang sangat mustahil, karena Islam tidak akan pernah bisa bersatu dengan Demokrasi. Ini yang di pahami salah oleh orang banyak.

Bukan justru hukum Islamnya yang terterapkan tetapi justru paham Demokrasinya yang tertancap pada orang tersebut, karena mau tidak mau ia pasti ikut tergerus dalam sistem itu dan mau tidak mau ia akan di atur oleh sistem Demokrasi.

Ibarat kata seseorang yang bersih suci lalu kemudian masuk kedalam kubangan lumpur, apa yang akan terjadi, bukan lumpur tersebut yang berubah menjadi bersih tetapi orang tersebut yang akan ternodai oleh lumpur. Bahkan, satu dari tiga hal yang dikhawatirkan  Nabi Muhammad SAW adalah umat Islam akan menelantarkan dan tak mempedulikan alim ulama, itulah yang terjadi sekarang runtuhnya kemuliaan seorang ulama karena sistem Demokrasi.

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.(QS. Al Baqarah:120)

Mungkin kiai Ma’aruf Amin tidak berniat untuk ikut dalam acara panggung tersebut, Karena acara tersebut merupakan bentuk kampanye pada masayrakat. Sehiingga beliau terpaksa untuk berada di situ mempromosikan dirinya dan Jokowi. Maka hal yang demikian merupakan suatu bukti bahwa Islam tidak akan berdiri selama sistemnya masih sistem yang bukan Islam. Jatuhnya kehormatan seorang ulama jatuhnya kemuliaan seorang ulama jika ia ikut masuk dalam sistem yangg tidak berlandaskan IslamUlama seharusnya berpihak kepada umat bukan pada penguasa

 Maka perlunya kita untuk menerapkan sistem Islam. Sebab dalam Islam ulama bukan alat untuk melegetimasi kepentingan penguasa atau kelompok tertentu. Islam menempatkan ulama sebagai sosok yang mulia. Ulama itu sebagai pewaris nabi memiliki peran untuk mencerdaskan umat dan mengajak umat pada kebaikan dan mencegah dari kebatilan. Serta sosok yang berada dibaris terdepan dalam dakwah Islam.



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close