-->

Revolusi Industri Bikin Gigit Jari

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh: Eriga Agustiningsasi, S.KM

Mediaoposisi.com-Perubahan dalam kehidupan pasti terjadi. Perkembangan manusia dalam menciptakan alat -alat untuk mempermudah pekerjaan manusia pun dilakukan. Melalui Revolusi Industrilah masyarakat dunia menganggap bahwa kehidupan manusia akan jauh lebih mudah dijalani. Benarkah demikian?

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi industri generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin uap pada abad ke-19.

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik yang memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi komputer, internet dan digital yang tidak saja mengubah dunia industri namun juga budaya dan habit generasi secara mendasar.

Revolusi industri tersebut iyang akhirnya mendorong lahirnya Revolusi Industri keempat atau lebih dikenal dengan sebutan Revolusi Industri 4.0.

Perubahan dunia era revolusi industri 4.0 dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia.

Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.

Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.

Manusia Bersaing Dengan Teknologi Canggih

Secara konsep, manusia menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaannya melalui kemajuan teknolgi saat ini.

Orang dengan mudah mengirim pesan dengan kecepatan seper sekian detik tanpa harus mengeluarkan energi banyak, karyawan pabrik tidak perlu mengeluarkan tenaga yang banyak karena akan digantikan dengan mesin.

Pertanyaannya adalah benarkah kemajuan teknologi saat ini mampu mempermudah pekerjaan manusia? Atau sebaliknya?

Data menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah pengangguran. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menyatakan bahwa dalam satu tahun terdapat kenaikan jumlah pengangguran sebesar 7,04% pada 2017 lalu.

Penyebabnya, diakui Sri Mulyani, ‎karena terjadi otomatisasi penggunaan robot dengan biaya lebih murah. Selain itu, perubahan digital ekonomi yang menyebabkan seluruh efisiensi, diantaranya biaya transaksi.

Masih hangat dalam ingatan kita ketika terjadi konflik antara ojek online dengan sopir angkot konvensional yang menganggap banyak pelanggannya yang beralih ke serba online dibanding konvensioanl yang mengakibatkan turunnya penghasilan mereka.

Padahal pihak yang serba online tersebut, pemasukannya sebagian besar akan masuk ke dalam kantong kantong pemilik aplikasi online tersebut, bukan penduduk ini. Rakyat hanya sebagai user (pengguna), bukan maker (pembuat/pemilik).

Di dunia pendidikan pun demikian. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan bahwa tantangan revolusi industri 4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan(Kemenristekdikti).

agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global. Hal senada dengan pernyataan Rektor di salah satu Universita di Indonesia mengatakan bahwa tantangan pendidikan ke depan adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang tidak akan tergantikan dengan mesin tersebut.

Agenda Barat Penjajahan Gaya Baru

Syaikh Fathi Muhammad Salim. Ulama dan pemikir terkemuka menganalisa secara mendalam dan akurat mengenai globalisasi yang terjadi termasuk di dalamnya adalah revolusi industri yang semakin berkembang.

Beliau memfokuskan globalisasi dalam dua dimensi, yaitu ideologi dan ekonomi. Ideologi artinya proses menjadikan ideologi kapitalisme sebgai ideologi universal yang harus dianut semua bangsa secara sukarela atau terpaksa dan memaksakan nilai-nilai peradaban barat kepada dunia.

Ekonomi artinya disinia dalah proses menjadikan sistem ekonomi kapitalis ala Amerika Serikat sebagai sistem dominan di dunia.

Jangan heran jika dunia pendidikan saat ini menghadapi persoalan yang serius dimana tujuan, tata kelola riset pendidikan mau tidak mau harus mengikuti kehendak “mereka” di Era Revolusi 4.0 ini.

Akibatnya sistem kuliah online, berdirinya kampus asing di Indonesia yang tentunya membawa nilai nilai “mereka” ke dalam negeri kita, mencetak intelektual muslim yang kebarat baratan, belum lagi karya-karya intelektual negeri ini yang berupa riset, diarahkan sesuai standar yang berlaku di dunia.

Standar siapa? Jelas. Demikanpula di bidang ekonomi, penduduk negeri hanya dijadikan buruh pekerja, user (pengguna), akhirnya lahirlah budaya konsumtif yang semakin melemahkan ekonomi kita. Jadi masih berharap kepada “penjajahan gaya baru” ini? Siap-siap gigit jari.[MO/ge]





Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close