Oleh : Ayu Mela Yulianti, SPt
Sungguh tidak akan ada yang mampu mengentaskan semua persoalan diatas. Selama manusia hanya berhukum pada aturan yang dibuat oleh hawa nafsu manusia belaka.
Sungguh tidak akan ada yang mampu menjawab seluruh persoalan dengan jawaban yang tuntas jika masih menggunakan pola pikir sekuler kapitalis. Tersebab, sistem sekuler kapitalis ini adalah biang kerok kerusakan yang dialami manusia saat ini.
Sekuler kapitalis menafikan aturan agama dalam mengatur kehidupan dalam aspek muamalah atau interaksi manusia dan sistem sangsi atau hukuman bagi manusia.
Bagaimana mungkin mampu memberantas korupsi sebagai biang kerok perampasan hak-hak umum masyarakat. Jika tidak ada iman didada yang lahir dari kesadaran beragama, bahwa perbuatan korupsi adalah dosa.
Juga jika tidak ada hukuman yang membuat jera pelaku korupsi. Tersebab, sistem sekuler kapitalis tidak mengenal pahala dan dosa. Sistem sekuler tidak mengenal apapun, kecuali nilai untung-rugi layaknya dagang.
Wajarlah jika kasus korupsi semakin banyak, dengan wajah pelaku yang semakin beragam.
Bagaimana mungkin mampu mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan Gap kelas kaya-miskin. Jika tidak ada mekanisme pendistribusian harta kekayaan dimasyarakat dengan benar.
Harta hanya berputar dikalangan kaya saja, kalangan miskin tidak kebagian jatah. Maka hanya mimpi saja jika bicara pengentasan kemiskinan dalam sistem Sekuler kapitalis. Hanya membual, tanpa realita.
Kalaupun dicoba, sudah bisa dipastikan akan gagal. Kalaupun dijanjikan, sudah pasti akan dicap sebagai pembohong, gagal total. Tersebab sistem Sekuler kapitalis adalah sistem dagang, yang kuat dia yang menang.
Negara hanya berperan sebagai regulator pihak kuat yang berkepentingan. Karenanya berbicara mengentaskan kemiskinan dalam sistem Sekuler kapitalis ini, jauh panggang dari api, Pasti gagal.
Karena yang bermasalah adalah sistemnya, yaitu sistem Sekuler kapitalis yaitu sistem dagang yang menghalalkan segala cara. Hanya yang mampu membeli yang akan mendapatkannya, baik barang maupun jasa.
Yang tidak mampu membeli, akan dibiarkan mati perlahan. Sedangkan kenyataan hidup pasti akan selalu berhadapan dengan realita keberagaman kemampuan manusia.
Jika kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup manusia hanya diserahkan kepada kemampuan masing-masing individu, tanpa ada proteksi penguasa dalam menjaga manusia-manusia yang terlahir lemah, apa bedanya kehidupan manusia dengan binatang ?
tentu akan sama saja. Hukum rimba yang akan berlaku. Karenanya tidaklah pantas mengambil hukum sekuler kapitalis dalam kehidupan manusia. Tersebab memberlakukan hukum sekuler kapitalis sama dengan memberlakukan hukum rimba.
Khilafah adalah Solusi
Khilafah memiliki seperangkat aturan dan mekanisme mumpuni dalam mengentaskan kemiskinan. Telah tercatat dengan tinta emas dalam pentas sejarah manusia. Hanya khilafah saja sistem hidup yang sempurna itu.
Semua manusia ada dalam pemeliharaannya, tanpa melihat kelas dan kasta, tanpa melihat agama dan kepercayaan. Semua ada dalam pemeliharaannya yang sempurna.
Tidak ada satupun manusia yang terdzolimi. Kalaupun ada, mereka tahu kemana tempat mengadu untuk menyelesaikan persoalan kezaliman yang menimpanya. Mereka tahu kepada siapa mereka mengadukan kesulitan dan kesempitan hidup yang menimpanya.
Karena secara mekanisme kemanusiaan, tentulah harus ada sosok yang mampu dijadikan tempat mengadukan seluruh permasalahan hidup. Dan sosok itu ada dalam diri Khalifah dalam sistem Khilifah.
Lihat saja dalam tutur sejarah, bagaimana seorang Khalifah Umar bin Khattab ra menjadi sesosok yang mampu hidup dalam kesederhanaan saat berkuasa, menjadi Khalifah dalam sistem Khilafah.
Melayani sepenuh hati seluruh kebutuhan masyarakat, hingga tidak segan memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada warganya. Sedangkan Sang Khalifah sendiri kadang rela menahan lapar demi melihat rakyatnya kenyang, aman dan sejahtera.
Persis seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW semasa hidupnya saat memimpin umat. Atau lihatlah sejarah saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra berkuasa dengan sistem Khilafahnya.
Tak ada satupun manusia yang merasakan kesengsaraan hidup dibawah kepemimpinan dan kekuasaannya. Umat manusia hidup dalam puncak kesejahteraannya, dan sang Khalifah hidup dalam puncak kesederhanaannya,
walaupun sebelum beliau diangkat sebagai khalifah oleh umat, beliau berasal dari keluarga bangsawan terhormat dengan segala kemudahan hidup yang dapat dinikmatinya.
Hanya sistem Khilafah saja yang mampu menciptakan tipe pemimpin dengan mental yang sangat memukau seperti pribadi Umar bin Khattab ra atau Umar bin Abdul Aziz ra. Nyata, bahwa kepribadian manusia yang unggul hanya bisa diciptakan oleh sistem Khilafah.
Maka benarlah, jika jaminan kelapangan dan keberkahan hidup juga teladan pemimpin yang mumpuni, hanya ada dalam sistem Khilafah, bukan yang lainnya. Tersebab jaminan ini telah Allah SWT dan Rasul-Nya janjikan,
sebagaimana tertulis dalam Alquran dan hadist Rasulullah SAW.
Maka sudah saatnya manusia meninggalkan sistem sekuler kapitalis yang hanya memberikan kesulitan dan kesempitan hidup.
Menggantinya dengan kelapangan dan keberkahan hidup dalam sistem Khilafah yang menerapkan syariat Islam kaffah oleh seorang Khalifah.[MO/gr]