-->

Hanya Islam yang Menguasai Ekonomi untuk Rakyat

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh: Arin RM, S.Si
(Freelance Author, Member TSC)

Mediaoposisi.com-Hubungan penguasa dan rakyat dipengaruhi oleh ideologi yang diterapkan oleh suatu negara. Ketika negara mengambil ideologi kapitalisme, maka hubungan atara rakyat dan penguasa tak ubahnya seperti pedagang dan pembeli.

Penguasa dapat memperoleh keuntungan dari apa yang diperjualbelikan kepada rakyat, hatta itu adalah kebutuhan dasar yang menguasai hajat hidup seluruh rakyat tanpa terkecuali. Sebut saja masalah minyak bumi.

Minyak bumi adalah bahan dasar yang keberadaannya sangat dibutuhkan sebagai energi penggerak di sebuah negara. Mulai energi untuk menanak nasi, menyalakan listrik rumah  tangga, hingga menjalankan mobil kenegaraan sekalipun memutuhkan bahan bakar hasil pengelolaan minyak bumi.

Kenyataannya, hajat hidup rakyat ini tidak diberikan secara murah kepada rakyat. Rakyat harus mengganti dengan kompensasi yang mahal. Mengapa? Sebab penguasa di negeri kapitalisme biasa memasrahkan kepada  swasta seluruh pengelolaan minyak bumi dari hulu ke hilir.

Wal hasil prioritas keuntunganlah yang dikejar, dan lagi-lagi rakyatlah yang dijadikan sebagai pasarnya. Sumber perolehan keuntungan dari jual beli produk yang seharusnya dikelola oleh negara.

Dan kiranya kapitalisme juga diadopsi negeri ini ketika menjalankan sistem perekonomiannya. Negeri zamrud katulistiwa ini memberikan kran bagi asing untuk bermain dalam perekonomian dalam skala besar.

Laman cnnindonesia.com (16/11/2018), menyebutkan Pemerintah mengizinkan asing untuk berkuasa di 54 sektor usaha. Izin tersebut mereka lakukan dengan mengeluarkan 54 bidang usaha tersebut dari Daftar Negatif Investasi (DNI).

Izin tersebut mereka berikan sebagai bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XVI yang baru saja dikeluarkan. Berdasarkan data Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, sektor usaha tersebut antara lain;

industri percetakan kain, perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet, warung internet (warnet), jasa pemboran migas di laut, industri rokok kretek dan putih, hingga gedung pertunjukan seni.

Selain sektor tersebut, sektor usaha yang dibuka antara lain; warung internet, industri kayu lapis, industri pariwisata alam, jasa survei panas bumi, jasa pemboran migas di laut, industri bubur kertas dari kayu dan sistem komunikasi data.

Membaca jenis usaha yang dipegang asing tersebut tentu mengkhawatirkan. Betapa hampir seluruh lini yang berkaitan dengan rakyat diserahkan ke swasta. Artinya rakyat dibiarkan sendiri memenuhi kebutuhannya dengan membeli langsunadag ke pihak swasta.

Pemerintah seolah ingin berlepas tangan dari kewajiban utamanya sebagai penyedia dan penaggungjawab utamanya sebagai pelayan masyarakat. Dan pengobralan sektor usaha ini adalah salah satu indikatornya.

Jauh berbeda dengan negara yang menggunakan ideologi Islam. Dalam negara Islam, penguasa adalah periayah urusan umat. Mereka akan melayani rakyat dengan sebaik-baiknya sebagai tanggungjawabnya terhadap Allah.

Sehingga perekonomian pun akan dikelola secara mandiri tanpa melibatkan pihak lain yang berpotensi menggadaikan keselamatan negara dan rakyat. Artinya negara bukan regulator semata.

Negara juga tidak memposisikan rakyat sebagai pembeli, sebab segala kebutuhan rakyat harus dijamin dan dipenuhi oleh negara hingga per kepala. Jika harus mengganti biaya produksi maka tetap akan murah, benar-benar sebatas produksi. Bukan dalam rangka mencari keuntungan layaknya pedagang.

Lebih dari itu Islam berkewajiban melindungi rakyatnya dari cengkeraman asing di bidang ekonomi. Islam tidak akan membiarkan negaranya tunduk kepada asing lantaran segala aspek ekonomi negaranya dikuasai oleh mereka.

Terkait hal ini Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah radhiya-Llahu ‘anhu, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda: “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai.

Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala.

Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim] 

Makna, al-Imâm Junnat[un] [Imam/Khalifah itu laksana perisai] dijelaskan oleh Imam an-Nawawi:“Maksudnya, ibarat tameng. Karena dia mencegah musuh menyerang [menyakiti] kaum Muslim. Mencegah masyarakat, satu dengan yang lain dari serangan.

Melindungi keutuhan Islam, dia disegani masyarakat, dan mereka pun takut terhadap kekutannya.” Imâm/Khalîfah yang disebut sebagai Junnah [perisai] karena dialah satu-satunya yang bertanggungjawab sebagai perisai.

sebagaimana dijelaskan dalam hadits lain:“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]

Menjadi Junnah [perisai] bagi umat Islam, khususnya, dan rakyat umumnya, meniscayakan Imâm harus kuat, berani dan terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi pada institusi negaranya.

Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi dan negaranya sama, yaitu akidah Islam. Inilah yang ada pada diri Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama dan para Khalifah setelahnya.

Dengan akidah Islam yang kokoh, penguasa beserta aparaturnya akan memiliki kontrol nafsiyah yang baik. Pikirannya tidak akan penuh dengan urusan uang dan keuntungan semata. Mereka juga tidak akan mengobral aset penting negaranya dengan memberikannya kepada asing atas dalih investasi.

Mereka justru akan menjadi sosok-sosok yang takut dengan pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Sehingga mereka akan berupaya sungguh-sungguh membaguskan ekonomi rakyatnya. Pikiran mereka akan fokus bagaimana memandirikan ekonomi umat.

Segala upaya akan dilakukan agar umat mampu berdaya saing dan bahkan berlepas dari bayang-bayang ekonomi asing. Bahkan negera berekonomi Islam terbukti sebagai negara bebas krisis, terdepan, dan jadi mercusuar bagi negara lain di sekitarnya.

Tentu sangat jauh berbeda dengn kondisi saat ini bukan? Inilah mengapa hanya Islam yang kekusaan ekonominya murni untuk rakyat. [MO/ge]



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close