-->

Digitalisasi Sekuler, Propaganda Baru Sasar Generasi Muda

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh : Siti Subaidah
( Pemerhati Lingkungan dan Generasi)

Mediaoposisi.com-Dunia online atau digital ibarat magnet kini. Hampir semua kalangan dan umur tak luput dari fenomena digitalisasi ini.

Berbagai fitur dan konten yang ditawarkan memberikan kemudahan seseorang untuk mencari dan menggunakan informasi digital tersebut untuk berbagai kepentingan. Sayangnya, tak semua orang bisa menggunakan informasi digital tersebut dengan bijak.

Terungkap beberapa minggu yang lalu instansi kepolisian Balikpapan dihadapkan pada kasus dua orang anak di bawah umur yang nekat melakukan aksi kriminal yakni penjambretan yang dipicu oleh kecanduan judi online.

Aktivitas judi online ini kerap dilakukan oleh pelaku di warnet ( warung internet) pada malam hari hingga pagi hari. Karena sudah kecanduan dengan judi online tersebut dan sudah tidak ada uang untuk bermain akhirnya mereka melakukan hal apapun termasuk didalamnya aksi kriminal.

Hal ini menuai pertanyaan besar, sudah sebegitu parahnyakah perilaku generasi kita dimasa ini?
Games judi online adalah salah satu fitur di internet yang menyajikan berbagai permainan judi yang dikemas menarik.  Penyuka judi  pun lebih banyak memilih bermain di dunia online daripada di dunia nyata.

Beberapa kelebihan yang di dapat dari games judi online diantaranya, hemat waktu (dapat dimainkan kapan pun), lebih mudah menemukan jaringan karena terhubung skala dunia, permainan yang ada adalah permainan yang mudah dimainkan tanpa banyak peraturan dan keuntungan yang didapat biasanya lebih banyak.

Dengan banyaknya kemudahan yang didapat maka wajar saja peminat games judi online ini semakin banyak dan sekarang menyasar ke generasi milenial.

Ketika kita cermati, games judi online hanyalah salah satu konten digital masa kini yang sarat akan paham sekulerisme ( pemisahan aturan kehidupan dengan agama). Diluar itu masih banyak konten-konten serupa yang menjebak bahkan sampai menjerumuskan   kita jauh dari nilai kehidupan dan agama.

Disadari atau tidak dunia digital kini  tak hanya  digunakan untuk meraih pundi-pundi uang oleh para pemikir sekuler tetapi juga sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai kebebasan kepada generas kita.

Fenomena  digitalisasi ini menjadikan seseorang seolah memiliki ruang bebas atau ruang tanpa batas untuk melakukan hal apapun. Berbuat sesukanya tanpa peduli dengan akibat merupakan buah keberhasilan pemikiran sekuler menanamkan paham kebebasan.

Paham kebebasan sangat berbahaya tetapi akan lebih berbahaya jika yang menjadi pelaku kebebasan kebanyakan adalah generasi kita, para penerus bangsa. Jika ini terjadi maka tinggal menunggu kehancuran generasi.

Saat ini saja sudah massif terjadi pembangkangan murid terhadap gurunya atas nama kebebasan, gaya hidup LGBT atas nama kebebasan, ujaran-ujaran kebencian atas nama kebebasan, penistaaan agama atas nama kebebasan dan masih banyak lagi.

Lain halnya jika kita melihat fenomena digital ini dari kaca mata islam. Dalam islam, media apapun baik itu media digital, massa, visual merupakan sarana penunjang dalam mengopinian ide-ide islam ditengah masyarakat.

Media merupakan sarana edukasi atau pembelajaran agar masyarakat mampu berfikir secara benar dan merealisasikannya dalam bentuk amal yang tentunya sesuai dengan aqidah islam. Tidak akan ada konten-konten pornografi, perjudian atau ide-ide yang tidak selaras dengan islam.

Begitu juga dengan kebebasan pers, itu mutlak tidak akan ada karena kebebasan pers hanya akan membuat celah ide-ide rusak berkembang dimasyarakat. Semua konten akan disaring terlebih dahulu sebelum tayang dan digunakan secara bebas.

Oleh karena itu masyarakat akan senantiasa terjaga dalam pemikiran islam dan mampu merealisasi-kan hal-hal yang didapat dalam bentuk amaliyah yang tentunya bermanfaat bagi masyarakat luas.

Fenomena digitalisasi ini sejatinya merupakan suatu yang alami tumbuh dan berkembang karena adanya modernisasi jaman.

Namun perlu sikap bijak dalam menyikapinya dan tentunya yang harus terfahamkan dalam diri kita bahwa media dalam arus kapitalisme dan sekularisme hanya akan menjerumuskan kita dan terutama generasi muda dalam gaya hidup yang jauh dari nilai agama.

Namun berbeda dengan islam, medialah dijadikan sarana agar semakin memantapkan nilai-nilai islam dalam diri pribadi generasi muda kita.[MO/ge]

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close