Adam Syailindra (Koordinator FAR)
Seleksi CPNS 2018 ditutup sampai hari Selasa (9/10/2018), yang fenomenal berdasarkan laporan Setkab sudah ada 3,82 juta orang pelamar. Sampai Senin kemarin, sudah ada 92 persen instansi mengumumkan formasi yang tersedia.
Begitulah, tampaknya CPNS menjadi trending baru dikalangan para job seeker. Mungkin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) bisa dibilang sebagai sebuah pekerjaan yang menjadi harapan jutaan masyarakat yang ada di seluruh penjuru Indonesia. Tersedia bagi seluruh lintas jurusan, baik eksakta maupun non-eksakta, bagi lulusan pendidikan menengah hingga perguruan tinggi negeri. Sederet keuntungan menanti para calon pegawai negeri sipil tersebut, diantaranya: keamanan jaminan kerja, karena langsung diangkat dengan SK Menteri; gaji Pasti, ada gaji pokok dan berbagai macam jenis tunjangan; tidak ada PHK, jarang sekali kecuali anda melakukan kesalahan-kesalahan berat; punya jenjang karir dan jabatan yang jelas; kesempatan melanjutkan kuliah S1 hingga S3 gratis dengan biaya pemerintah; dan yang paling penting jaminan di hari tua melalui dana pensiun, jadi tidak heran apabila PNS menjadi sebagai profesi incaran nomor satudi Indonesia.
Fakta di lapangan membuktikan bahwa tidak semua peserta CPNS lulus berdasarkan kemampuan akademiknya, yang cumlaude bisa saja disingkirkan oleh peraih IPK standar, jadi istilah “orang pintar kalah sama orang bejo” sangat mungkin terjadi disini. Diluar kemampun akademik, terdapat beberapa faktor teknis yang ikut serta mempengaruhi kelulusan para peserta CPNS, terutama dalam hal pemilihan instansi dan formasi.
Istilah “tidak semudah membalikkan telapak tangan” bisa menjadi gambaran atas usaha keras dari Kemenpan-RB yang melakukan berbagai macam inovasi dan perubahan dalam sistem perekrutan pegawai aparatur negara demi menghapuskan mata rantai Kolusi-Korupsi-Nepotisme (KKN) yang selama ini menggerogoti birokrasi. Karena mungkin saja pandangan populer dimasyarakat masih ada sampai sekarang adalah yang berkesempatan menjadi PNS adalah mereka-mereka yang memiliki sanak-saudara di birokrasi, ataupun mereka-mereka yang main mata dengan memanfaatkan uang pelican.
Dan yang perlu disorot lebih tegas adalah utang pemerintah terus bertambah karena pembangunan infrastruktur yang digencarkan. Namun, amat disayangkan karena tingkat penyerapan tenaga kerja di banyak sektor terbilang rendah. Artinya, tambahan utang tersebut belum produktif dari sisi penciptaan lapangan kerja. Hal ini akan terus mempersulit generasi bangsa ke depannya.
Indonesia menjadi sasaran empuk bagi negara kapitalis untuk terus melakukan aktifitas Utang Luar Negeri (ULN). Indonesia pun telah terdoktrin bahwa negeri ini tidak bisa membangun tanpa utang. Hal ini menjadi salah satu cara bagi para negara kapitalis untuk melakukan penjajahan terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia di dalamnya.
Jika kita melihat kekayaan dalam negeri, Indonesia memiliki banyak kekayaan dari sumber daya alam yang melimpah ruah, di darat ataupun di laut, di permukaan bumi ataupun di dalam perut bumi. Hanya saja, dengan kekayaan yang ada tidak membuat rakyat Indonesia hidup kaya sejahtera. Namun sebaliknya, Indonesia terjebak dalam utang yang makin dalam di negeri yang kaya raya.
Dan tentunya klaim bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ternyata tidak terbukti. Faktanya, penguasa dan wakil rakyat terpilih sering mengeluarkan berbagai kebijakan yang menyesengsarakan rakyat. Rakyat terus diteror dengan kenaikan tarif listrik, BBM dan air; mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan; naiknya berbagai bahan kebutuhan pokok; dll. Kebijakan anti rakyat ini hakikatnya meneruskan kebijakan elit penguasa sebelumnya yang menaikkan BBM, mengeluarkan UU pro pasar yang menyengsarakan rakyat (UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU BHP dll). Ironisnya, teror terhadap rakyat ini dilegalisasi oleh DPR.
Rasulullah saw. telah memperingatkan umatnya sejak 16 abad lalu, bahwa akan datang masa ketika umatnya akan dipimpin oleh orang-orang egois. Mereka adalah orang-orang yang mementingkan diri sendiri. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya akan muncul sepeninggalku sifat egois (pemimpin yang mengutamakan kepentingan diri sendiri) dan beberapa perkara yang tidak kamu sukai.” (HR Muslim).
Para pemimpin yang demikian boleh jadi mulutnya manis menebar pesona ketika berbicara di depan rakyatnya. Namun, hati dan kelakuan mereka busuk-sebusuknya laksana bangkai. Mereka sesungguhnya tidak lain adalah para pencuri harta rakyat. Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang sesudahku para penguasa yang memerintah kalian. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijak. Namun, setelah turun dari mimbar, mereka melakukan tipudaya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR ath-Thabrani).
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. sekian abad yang lalu, kenyataannya banyak kita lihat di negeri ini. Kita bisa menyaksikan hal itu di jajaran eksekutif maupun legislatif pada semua tingkatan. Betapa banyak di antara pemimpin itu yang ramai-ramai mempertontonkan egoisme secara telanjang. Mulut mereka manis saat merayu rakyat agar dipilih sebagai pemimpin. Begitu berkuasa, tampaklah “belang” mereka. Mereka lebih mementingkan kepentingan diri sendiri, yaitu berusaha mempertahankan kekuasaan dan menumpuk-numpuk kekayaan. Adapun rakyat hanya digunakan sebagai ‘komoditi’ untuk mengejar dan mempertahankan jabatan.
from Pojok Aktivis