Oleh :Lilis Sulistyo Wati, SE
Mediaoposisi.com-Generasi muda adalah generasi harapan bangsa. Setiap generasi memiliki arti yang istimewa dalam pembangunan negeri. Bahkan Bapak Ir. Soekarna menaruh harapan dan keyakinan yang luar biasa terhadap generasi muda. Beliau menyampaikan, beri aku 10 orang pemuda maka akan aku guncang dunia. Luar biasa istimewa sekali generasi muda. Namun sungguh ironi, generasi harapan meneruskan cita - cita untuk merubah dunia saat ini mulai pupus. Kuncup - kuncup pemuda telah terjebak dengan pergaulan bebas, mereka tak mampu berpikir masa depan mereka, apalagi berpikir tentang bangsa.
Pergaulan semakin rusak, di Lampung misalnya baru - baru ini ditemukan kasus sebanyak 12 siswa SMP di satu sekolah di Lampung ditemui hamil. Temuan di salah satu daerah di Bui Ruwa Jati tersebut, menjadi perhatian serius Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung. (tribunnews.com)
Menurut Koordinator Pencegah HIV PKBI Cahaya Aji mengatakan bahkan sekarang itu banyak pelajar SMA yang kelokalisasi. Bahkan 20 persen pelanggan seks itu adalah pelajar SMA. Jadi dari 10 pelanggan seorang pekerja seks, itu awalnya ingin coba - coba, tahu dari teman, sampai ada yang langganan meski jarang - jarang, bahkan ada pelajar yang berpacaran dengan pekerja seks. (tribunnews.com)
Ketua Komnas Perlindungan Anak Lampung, Toni Fiser mengaku prihatin dengan kondisi ini. " Sedih, berarti ada kurang pengawasan dari orang tuanya karena sumber masalah anak kan dari rumah. Periode September 2018 sudah ada 5 kasus serupa padahal tahun lalu hanya dua kasus. Ini butuh peran semua pihak terutama orang tua. Artinya kondisi kenyamanan dari orang tua membuat anak mencari kenyamanan di luar, antara lain dengan pasangan atau pacarnya. "
"Terlebih keberadaan gadget dan mudahnya mengakses berbagai informasi seperti saat ini. Saya juga baru mendapat konseling dua remaja SMA berpacaran, sama - sama dari keluarga brokenhome. Cari kenyamanan di luar dan kemudian hamil." (tribunnews.com)
Inilah gambaran sekilas generasi muda saat ini. Jika kerusakan ini terjadi terus menerus tentunya akan mempengaruhi kemajuan negara. Mengapa demikian? Generasi muda merupakan generasi yang akan menjadi pemimpin bangsa, maju tidaknya negara tergantung pada mereka. Jika generasinya baik, maka akan baik pula pemimpin masa depan dan akan maju pulalah bangsa dan negara yang dipimpinya.
Jika tidak, maka sebaliknya generasi rusak akan menghancurkan bangsa dan negara yang dipimpinya. Apakah kita mau dipimpin generasi yang rusak? Jika tidak apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan generasi?
Seperti seekor kutu yang ketika diletakkan di dalam kotak dia mampu melompat jauh hingga keluar kotak. Inilah langkah yang seharusnya kita ambil. Untuk menyelesaikan masalah generasi, kita perlu out of the box untuk mencari apa sebenarnya akar dari masalah generasi.
Masalah generasi tidak terlepas dengan masalah - masalah yang lain disekitarnya. Seperti pemaparan Ketua Komnas Perlindungan Anak Lampung, ada keterkaitan masalah keluarga dan juga gadet. Tak hanya itu bahkan masalah ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya juga turut mempengaruhi.
Ambil contoh kenakalan remaja akibat mencari keluarga tidak memberikan rasa nyaman sehingga remaja cenderung mencari kenyamanan di dunia luar. Jika di runut kenapa rasa nyaman sudah tak lagi di dapatkan dalam keluarga, hal ini tidak terlepas dari kurangnya ilmu atau bekal dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah namun hanya bekal mencari materi yang di dapat sebelum menikah sehingga ketika ibu dan ayahnya hanya sibuk mencari materi mereka mengabaikan aspek - aspek fungsi keluarga lain seperti fungsi rekreatif, relijius dan edukatif. Dari pemenuhan fungsi keluarga yang banyak terabaikan akhirnya suasana nyaman pun tak lagi di dapatkan.
Orientasi keluarga yang hanya mencari materi ini juga tidak terlepas dari tuntutan kehidupan kapitalistik. Dimana semua kebahagiaan hanya diukur dr materi berupa asas manfaat atau untung rugi. Standart kebahagiaan pun ketika mencapai materi sebanyak - banyaknya. Sehingga untuk membahagiakan anak pun standarnya juga materi, orang tua bekerja keras demi mendapat materi sebanyak - banyaknya agar bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginan anak seperti gadget tanpa membekali dengan ilmu agama.
Dari sinilah kasih sayang hanya diukur dari materi sehingga anak pun mencari kasih sayang, perhatian dan rasa nyaman di luar rumah untuk memenuhi kekosongan hati dari kasih sayang kedua orang tuanya.
Belum lagi lingkungan yang tidak kondusif, porno grafi dimana - mana, kondom terjual bebas di mana - mana, kurikulum agama dikurangi bahkan ada yang sudah di hapus, narkoba tersebar dengan mudah, budaya bebas sudah jadi konsumsi bersama. Hal ini juga yang menyebabkan kenakalan remaja semakin meroket.
Jika ditelisik lebih dalam lagi, permasalahan generasi tidak hanya dari keluarga namun merupakan masalah yang sistemik yang dipengaruhi dari banyak sistem kehidupan. Ketaqwaan individu yang kurang kuat merupakan bentukan dari keluarga dan pendidikan yang memisahkan agama dengan kehidupan.
Kondisi ini diperparah dengan lingkungan yang tidak mendukung ketaqwaan individu dan juga sistem yang tak mampu memberikan aturan yang tegas untuk mendukung ketaqwaan individu. Budaya pemisahan agama dengan kehidupan inilah yang melahirkan generasi ketiga yang mereka bertingkah laku sesuka hatinya, tanpa berpikir masa depannya apalagi bangsa dan negara.
Generasi ketiga inilah yang akan membawa kehancuran sebuah negara seperti yang digambarkan oleh Ibn Khaldun.
Kita harus sadar dan menyadarkan generasi akan butuhnya meninggalkan budaya yang sekuler yang telah merusak seluruh tatanan kehidupan bahkan keluarga yang merupakan benteng terakhir pencetak generasi. Jika keluarga rusak maka rusak pula generasi dan tinggal menunggu waktu kehancuran sebuah negara.
Selamatkan Generasi
Generasi selamat, negara pun selamat. Masalah kerusakan generasi menyangkut tiga hal. Ketaqwaan individu, lingkungan dan peran negara. Ketaqwaan individu bisa di bentuk sejak dini bahkan dari dalam kandungan dengan penanaman aqidah yang kuat. Mengajak mereka berpikir tentang apa - apa yang di dunia ini adalah ciptaan Allah yang kecil dan terbatas serta pasti suatu saat akan aus karena tidak ada yang kekal abadi selain Allah. Mengajak mereka berpikir tentang kematian dan semua akan kembali dengan pertanggungjawaban masing - masing. Setiap jiwa akan mati dan setiap jiwa akan dimintai pertanggung jawaban. Mengajak berpikir srperti ini terus hingga terbentuk kesadaran yang akan mendorong mereka untuk bertaqwa pada Allah SWT.
Lingkungan pun harus memiliki kontrol terhadap generasi. Suasana saling menasehati dalam kehidupan dan mencegah keburukan yang harus ditumbuhkan. Masyarakat juga harus bertaqwa. Dari ketaqwaan masyarakat inilah yang membuat generasi tumbuh selalu terjaga dari kemaksiatan bukan justru terbiasa bermaksiat. Hal ini yang akan menjauhkan mereka dari kerusakan.
Lingkungan bertaqwa dan individu yang bertaqwa tidak akan bisa berdiri tanpa peran negara. Negara harus bisa mrmbuat sistem yang mampu menjaga ketaqwaan individu dan masyarakat. Dengan menitik beratkan penguatan aqidah dalam sistem pendidikan yang dimasukkan ke kurikulum sekolah membuat ketaqwaan individu semakin bertambah. Menerapkan sistem pergaulan yang sesuai dengan aturan Allah, ada pemisahan antara kehidupan laki - laki dan perempuan, membatasi interaksi hanya pada bidang muqmalah yang diperbolehkan, tidak boleh campur baur dan berdua - duaan antara laki - laki dan perempuan. Hal ini akan membuat generasi biasa menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka sehingga tidal akan terjadi pacaran bahkan perzinahan.
Sistem ekonomi pun juga penting. Sistem ekonomi yang menitik beratkan pada kemakmuran rakyat dan terpenuhinya hajat pokok tiap warga dengan menjamin distribusi barang dan jasa yang baik akan membantu mempermudah kehidupan keluarga. Memberikan lapangan pekerjaan seluas - luasnya kepada ayah agar mereka mudah dalam memenuhi kewajibanya menafkahi keluarga sehingga ibu bisa fokus mendidik generasi di rumah tanpa terbebani harus pontang - panting menjadi tulang punggung keluarga karna kesulitan ekonomi.
Media pun berperan penting dalam pembentukan generasi di era digital saat ini. Sehingga negara pun harus bijak mengelola agar informasi yang di dapatkan adalah informasi yang dapat menunjang ketaqwaan mereka dan meningkatkan kualitas atau potensi mereka guna berpikir untuk kemakmuran rakyat. Bukan justru merusak akal mereka dengan tayangan pornografi, tanyangan kasus perzinahan atau berdua - duan atau campur baur yang menyebabkan mereka semakin jauj dari agama dan semakin ingin melakukan kemaksiatan.
Sistem hukum juga harus tegas. Negara harus memberikan sanksi hukum yang tegas dan menimbulkan efek jera agar masyarakat yang melihat hukuman tersebut jera untuk ikut melakukan kemaksiatan yang sama. Misal jilid dan rajam bagi para pezina. Hal ini akan membuat efek jera dan mengurangi angka perzinahan secara drastis. Dan menghilangkan bayang - bayang dalam benak untuk melakukan hal tersebut.
Semua sistem ini tidak akan pernah terwujud ketika masih diterapkan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini hanya ada dalam Islam. Sistem Islam lah yang paripurna mampu menyelesaikan semua permasalahan. Semoga dengan menerapkan sistem Islam masalah generasi bisa usai dan generarasi muda penerus ini bisa fokus untuk perbaikan diri, bangsa dan negara.[MO/an]