-->

Drama Panggung Politik, Antara Kapabilitas dan Popularitas

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen


Oleh : Siti Rahmah

Mediaoposisi.com-Trend baru yang lagi menghinggapi selebriti tanah air adalah berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk menjadi bakal calon peserta pemilu legislatif di tahun 2019. Sejumlah selebriti nampak antri untuk mendaftarkan diri di KPU.

Fenomena meningkatnya keterlibatan selebriti di panggung politik sebenarnya bukan hal yang baru. Pada pemilu sebelumnya sudah banyak artis yang lebih dulu menceburkan diri ke dunia politik. Namun sepertinya hal ini terus meningkat, terutama pada pemilu mendatang di tahun 2019.

Tercatat sekira 54 artis akan berpartisipasi sebagai bakal calon legrislatif pada Pemilu Legislatif 2019. Partai Nasdem menyumbang 27 orang artis, diikuti PDI Perjuangan sekira 13 orang, PKB sebanyak 7 orang, dan sisanya dari partai-partai lain. AntaraNews.com

Hal ini wajar adanya, apalagi jika melihat rekam jejak para pendahulunya yang sukses melejitkan karir sebagai politisi dan berhasil menduduki kursi bergengsi di Parlemen. Apalagi jika dilihat peluang untuk menang memang begitu besar, karena secara popularitas mereka memang sudah dikenal oleh masyarakat.

Hal ini menjadi modal besar untuk bisa mendulang suara di pemilu legislatif nanti. Makanya tidak heran pula jika akhirnya partai politikpun berlomba-lomba meminang para artis ini untuk mendapatkan keberuntungan. 

Berlaga Di Panggung Politik

Harus disadari berlagak dipnggung politik sejatinya bukan sekedar unjuk kebolehan dalam memenangkan suara. Apalagi jika hanya digunakan sebagai panggung sandiwara. Karena politik yang sebenarnya adalah kepiawaian dalam mengurusi urusan rakyat (riayah as su'unul ummah).

Jadi aktifitas berpolitik adalah aktifitas mengurus ummat, mengurus dalam arti menyediakan kebutuhannya, memudahkankan urusannya dan segala sesuatu yang terkait dengan urusan umat itu menjadi urusannya. Sehingga dalam hal ini bukan ketenaran, bukan populritas yang dibutuhkan tapi kapabilitas, kemampuan dalam menjalankan urusan tersebutlah yang harus diutamakan.

Untuk itu partai politik yang menjadi kendaraan politisi harusnya melakukan seleksi ketat didalam merekrut anggota-anggotanya. Sehingga ketika anggotanya terjun ke panggung politik praktis maka dia sudah memiliki kemapanan dalam  menjalankan tugas pengurusan urusan masyarakat.

Selain itu partai politik harusnya menjadikan Aqidah Islam sebagai asas saat merekrut kader, bukan hanya berdasarkan kedudukan, popularitas dan hubungan pertemanan atau kemaslahatan tertentu saja. Jika Aqidah Islam ini sudah menjadi asas yang mengikat anggota-anggota partai, maka anggota partai akan berjalan dalam koridor ketentuan hukum syara dalam menjalankan tugasnya sebagai konsekwensi logis dari Aqidah yang dianutnya. 

Aqidah Islam juga harusnya menjadi asas pemikiran partai sehingga pemikiran yang diemban partai dapat menyatukan para anggotanya. Dengan begitu orang-orang yang tergabung dalam sebuah partai politik memiliki ikatan yang kuat yaitu ikatan akidah. Baik sebagai landasan pemikirannya maupun landasan pelaksanaanya.

Jika partai politik sudah mampu menghasilkan kader militan yang dibina dengan pembinaan yang berlandaskan Akidah.

Maka dia akan memahami posisinya dan berjalan sesuai fungsinya, yaitu mengurus urusan rakyatnya. Bukan malah membebani rakyat dengan berbagai kebijakan yang tidak pro rakyat akibat ketidak pahamannya terhadap politik. 

Tentu saja partai politik yang benar tidak akan sembarangan dalam merekrut kadernya dan tidak akan terjebak untuk ikut berlagak dipanggung politik pragmatis saat ini. Karena hakikat keberhasilan sebuah partai bukan di ukur dari banyaknya suara yang didapat tapi kemampuannya dalam membina kader-kader partainya. Sehingga terlahirlah darinya pribadi-pribadi yang memiliki kapabilitas tinggi dalam menjalankan tugasnya, terutama tugas kepemimpinan.

Sayangnya di era demokrasi saat ini kapabilitas anggota partai bukan menjadi sesuatu yang utama. Karena yang menjadi incaran partai politik saat ini adalah kursi kekuasaan, sehingga untuk mendapatkan kursi tersebut bukan kapabilitas yang utama, tapi suara terbanyaklah sebagai acuan kemenangan. Suara itu bisa didapatkan jika yang diusungnya orang-orang terkenal, sehingga wajar peluang selebritis untuk berlagak dipanggung politik lebih besar peluangnya untuk menang. 

Jika itu yang terjadi lantas apa kabarnya perbaikan yang selama ini dirindukan? Akankah indonesia menjadi lebih baik ditangan para selebritis? Bukankah panggung politik bukan sekedar panggung drama? Karena disitulah masa depan rakyat digantungkan.[MO/an]


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close