Oleh: Arin RM, S. Si
(Member of TSC, Freelance Author)
Mediaoposisi.com- Bagi seorang muslim, Allah senantiasa karuniakan kebaikan dalam langkah hidupnya. Entah itu baik atau buruk di mata manusia, tetap saja ada potensi pahala atas kemurahan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Sungguh menakjubkan. Kasih sayang Allah kepada muslim bukanlah isapan jempol. Maka sudah sangat wajar apabila terjadi bencana atas muslim, hanya kepada Allah lah bermuara segala duka dan asa. Kepada Allah-lah istighfar dilantunkan, sebab tak ada apapun yang terjadi tanpa kehendaknya.
Kepada Allah jua segala keluh kesah diutarakan, sebab hanya Dia yang maha kuasa mempergilirkan keadaan suka suka. Dan tentu hanya kepada Allah lagi doa dan harapan dipanjatkan agar tidak terjadi hal serupa di kemudian hari.
Pun dalam masalah gempa bumi yang menggoncangkan NTB hingga hari ini. Turut bersuka atas musibah yang ada. Semoga Allah muliakan korban meninghal dunia dengan derajat syahid atas tertimpanya bangunan. Semoga yang luka segera disembuhkan, semoga yang selamat senantiasa diberikan kesabaran dan kekuatan menjelang hari selanjutnya.
Luar biasa, sejak 29 Juli lalu, NTB bergetar karena gempa. Tak cukup sekali, gempa terus susul menyusul hingga tercatat 276 kali keesokan harinya (news.detik.com, 30/07/2018).
Di bulan Agustus, NTB kembali diguncang keras dengan gempa bumi berkekuatan 7 SR. Dika dan kehancuran jelas dimana-mana. Namun, kekuatan penghuni NTB masih harus menghadapi susulan gempa sebanyak 447 kali hingga Jumat lalu (regionalisasi.com, 10/08/2018).
Secara keilmuan, BMKG menjelaskan bahwa gempa bumi disana disebabkan oleh lokasi yang berdekatan dengan bentang bumi yang patah. Bentang patah sesar Flores ini memanjang dari Bali hingga utara Laut Flores.
Ketika patah terjadi, energi yang sangat besar akan muncul. Patahan terbesar muncul pada 200 tahun silam dan kali ini pengulangan kembali. Energi tersebut keluar secara berangsur dengan dua kali energinya memiliki efek merusak di Lombok. Daya kekuatan energi itu akan terus berasa setelah titik puncaknya, yang biasa disebut gempa susulan (liputan6.com, 09/08/2018).
Sedangkan secara spiritual, seorang muslim yang mengimani qadha dan qadar pasti akan meyakini bahwa apa yang terjadi adalah atas izinnya semata. Dan yang menjadi soal adalah mengapa pada saat ini dan disini? Sebab jika alasannya gempa karena posisi wilayah yang ada di lingkungan sabuk api, maka seharusnya juga bisa dirasakan di daerah lain.
Dan faktanya tidak demikian. Pengulangan 200 tahun sekali pun adalah bukti bahwa Allah saja yang berkuasa, sehingga dimensi spiritual perihal gempa bumi ini penting untuk diselami hingga ke dasarnya.
Pertanyaan selanjutnya mengarah pada sebab apa kiranya yang membuat Allah menegur dalam bentuk gempa? Bukankah gempa ini hanya diberikan kepada ummat yang dinilai menyelisihi ketaatan padaNya? Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan,
"Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Kemaksiatan yang ditegur dengan gempa disebutkan dalam hadits
" ...jika yang memimpin masyarakat orang yang rendah (agamanya), orang dimuliakan karena ditakuti pengaruh buruknya, para penyanyi wanita tampil di permukaan, khamr diminum, dan generasi terakhir melaknat generasi pertama (sahabat), maka bersiaplah ketika itu dengan adanya angin merah, gempa bumi, manusia ditenggelamkan, manusia diganti wajahnya, dilempari batu dari atas, dan berbagai tanda kekuasaan Allah (musibah) yang terus-menerus, seperti ikatan biji tasbih yang putus talinya, maka biji ini akan lepas satu-persatu.” (HR. Turmudzi, dikutip dari artikel di alhabdan.islamlight.com)
Dan apakah itu terjadi di NTB? Rekam jejak digital menuliskan bahwa Polda NTB sebut peredaran miras paling tinggi di Mataram (jatimnow.com, 26/04/2018). Bahkan saat mendekati ramadhan 2018, Polda NTB masih musnahkan ribuan miras (regional.kompas.com, 17/05/2018). Maraknya miras disana disinyalir lantaran Perda Miras di provinsi NTB dihapus (radarlombok.co.id, 23/05/2018).
Sedangkan dari sisi zina, kasusnya juga banyak. Angka HIV/AIDS bahkan pada level waspada setelah tembus ribuan kasus (kikcnews.today, 11/12/2017). Dan seks bebaskan yang diduga sebagai pemicu peningkatan HIV/AIDS (suarantb.com,07/01/2018). Dari sisi penyalahgunaan narkoba, BNN menyebutkan ada 63.000 orang (mataram.antaranews.com, 25/05/2018).
Dari sisi kesejahteraan penduduk, sebanyak 748,12 ribu penduduk NTB hidup di bawah garis kemiskinan (hariannusa.com, 03/01/2018). Bahkan suarantb.com (16/04/2018) menuliskan "Kemiskinan di NTB tinggi, Kemensos Gelontorkan Anggaran Rp 1,2 Triliun."
Data-data tersebut mengungkapkan bahwa angka kemaksiatan memang cukup tinggi. Dan tentu NTB bukan satu-satunya yang demikian. Mengapa? Sebab dengan terpapar nya sekularisme di seluruh penjuru negeri, maka kemaksiatan adalah efek nyata yang harus diterima. Kebanyakan manusia tidak lagi memuaskan kebahagiaan dengan mengikuti garis agama.
Apapun bebas dikerjakan asal bahagia, sebab kebebasan adalah hak bagi setiap orang. Termasuk bebas berbuat apa saja dan tak usah membawa urusan agama asalkan bahagia. Inilah titik kritisnya. Sehingga untuk merampungkan segala kemaksiatan yang ada, akar sekularisme lah yang harusnya dimatikan.
Matinya sekularisme tentu harus didukung dengan menghempaskan ideologi kapitalis yang menjadi induknya. Sebab bila ideologi ini masih bercokol di negeri ini, seluruh sendi kehidupan akan terus digerogoti oleh aturan yang bertentangan dengan hukum Allah.
Dan itu juga termasuk kemaksiatan. Jika kemaksiatan ini dihentikan, lalu kembali memakai hukum Allah, maka niscaya Allah akan meridhoi negeri ini. Dan hanya dengan kembali kepada aturan Allah lah kemungkinan teguran akan dikurangi, termasuk gempa bumi.[MO/sr]