Oleh : Tita Noor
(Komunitas Ibu Hebat Brebes )
karena THR “berkaitan erat” dengan Ramadhan dan sebegitu pentingnya pemerintah pun ikut mengatur bahkan memberikan sanksi kepada pihak – pihak atau pengusaha dan perusahaan yang tidak membayarkan THR kepada para karyawannya. Selain itu THR ini dianggap sangat penting dan ditunggu – tunggu pembagiannya oleh para karyawan karena diharapkan akan sangat membantu untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan jelang hari raya idul fitri.
Pemerintah menganggap ada yang istimewa ditahun ini, karena secara resmi telah mengumumkan pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke – 13 untuk para ASN , TNI, POLRI dan pensiunan. Keistimewaan lainnya adalah karena THR tahun ini juga tidak hanya gaji pokok, tapi beserta tunjangan keluarga dan tunjangan kinerja.
Pemerintah mengharapkan pemberian gaji dan tunjangan- tunjangan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja para ASN dan juga peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Di Indonesia THR sudah menjadi sebuah tradisi atau budaya jelang hari raya yang diharapkan bisa mengangkat perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Diharapkan dengan pembagian THR yang hanya setahun sekali ini rakyat bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan jelang hari raya idul fitri.
Tapi benarkah demikian ? jika kita melihat kehidupan rakyat secara umum, rakyat kecil , rakyat miskin kehidupannya semakin hari semakin berat, salah satunya hal ini disebabkan oleh harga barang- barang kebutuhan pokok yang harganya terus melambung tinggi, pembagian bantuan beras untuk rakyat miskin (Raskin) dan pembagian kartu keluarga sehat (KKS) tidak merata, serta upah yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk menyambung hidup.
Sehingga akhirnya secara umum rakyat tidak bisa merayakan hari raya dengan bahagia karena tetap harus berkutat pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok yang jauh dari kata cukup dan sejahtera.
Itulah kesejahteraan dalam sistem kapitalisme yang hanya utopis, karena pada kenyataannya rakyatlah yang harus berjuang menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya bahkan rakyat dipaksa untuk mengidupi negara dengan membayar pajak.
Berbicara masalah kesejahteraan maka tidak akan bisa lepas dari sistem ekonomi yang diterapkan pada sebuah negara. Sistem ekonomi seharusnya mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, yaitu dengan terjaminnya terpenuhinya kebutuhan pokok untuk seluruh individu rakyat serta terjaminnya peluang-peluang untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemenuhan kebutuhan pelengkap ( sekunder dan tersier ).
Itulah sistem ekonomi islam, satu-satunya sistem yang mampu menjamin kehidupan rakyatnya menuju kesejahteraan lahir batin setiap saat , setiap waktu disepanjang hidupnya.[MO/sr]