Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPD PDIP) Jawa Tengah Bambang Wuryanto meminta media agar tetap berhati-hati dalam memberitakan soal Megawati Soekarnoputri. Meski dalam era kebebasan berpendapat, media tidak diperbolehkan melecehkan atau membuat masalah lainnya.
"Agar (media) lebih berhati-hati berurusan (memberitakan) bu Mega. Kami enggak mau dicap sebagai anak yang durhaka, dan ini bukan mengancam," ujar Bambang, di Solo (5/6).
Pernyataan Bambang tersebut menanggapi kisruh yang terjadi antara ratusan kader PDIP Bogor dengan koran harian Radar Bogor akibat pemberitaan yang ditujukan kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pemberitaan dengan judul 'Ongkang-ongkang Kaki Dapat Rp 112 Juta' tersebut, membuat Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata keberatan.
Dalam kesempatan lain, Bambang juga berkomentar pedas. Bambang menyebut, jika peristiwa itu terjadi di Jawa Tengah, reaksi warga PDIP akan lebih parah. Bahkan kantor media tersebut bisa rata dengan tanah.
Saat dikonfirmasi, Bambang mengelak jika pernyataannya tersebut bukanlah sebagai sebuah ancaman atau intimidasi terhadap media. Menurut dia, apa yang terjadi beberapa waktu lalu merupakan kultur dari PDIP. Pihaknya dan kepolisian tidak bisa menahan gejolak dari akar rumput terkait aksi tersebut.
"Seperti sampean enggak paham saja, di PDIP itu, Megawati dianggap ibu, kalau dilecehkan, bisa marah rakyat. Rakyat PDIP maksud saya. Ya kalau Jateng sudah banyak pengalamannya. Saya tidak mengancam, tetapi ini sinyal. Kalau seperti itu terjadi di Jateng, bisa seperti yang saya bilang (kantor bisa rata dengan tanah," tandasnya.
Atas peristiwa tersebut, Bambang meminta agar media atau siapapun tidak mengganggu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Namun jika hal itu terjadi, seperti yang diberitakan di Bogor beberapa waktu lalu maka dirinya juga tidak bisa menjamin keamanannya. Ia beralasan, semua kader PDIP akan marah dan siap melakukan tindakan.
"Kalau itu terjadi, instruksi dari saya sebagai Ketua DPD pun sudah tidak digubris lagi. Bu Megawati itu ibunya anak-anak PDIP, itu ibunya banteng, lah kalau njenengan lecehkan mereka langsung bergerak. Dan kalau itu terjadi di Jateng bisa parah bisa rata dengan tanah kantornya," tegasnya.
[merdeka]