Revolusi| Mediaoposisi.com- Islam dan Kapitalisme, ibarat dua alam yang berbeda. Keduanya tak akan bisa sehaluan meskipun kerasnya upaya untuk mengintegrasikan diantaranya. Mengapa Islam disandingkan dengan Kapitalisme? Bukan dengan Kristen, Budha, atau Hindu.
Karena Islam tak hanya disebut sebagai agama. Yang hanya mengatur masalah ritual saja. Lebih luas dari itu ia merupakan sebuah mabda atau ideologi. Islam memiliki aturan kompleks dalam memecahkan seluruh persoalan hidup manusia. Sama halnya dengan ideologi kapitalisme yang saat ini sedang mengendalikan peradaban dunia.
Hanya saja pertanyaannya kali ini, manakah yang lebih layak untuk diadopsi sebagai pandangan hidup manusia serta didaulat seluruh aturannya untuk dijadikan sistem kehidupan? Untuk menjawab ini maka kita perlu mengupas lebih lanjut perbedaan kedua ideologi ini.
Hal terpenting yang mendasari perbedaannya ialah asal muasal sistem kehidupan yang lahir dari keduanya. Bila aturan Islam merupakan Wahyu yang bersumber dari Allah SWT Sang pemilik semesta alam beserta isinya, berbeda halnya dengan kapitalisme yang mencetuskan berbagai aturan buah dari akal manusia.
Kemudian perbedaan aqidah atau keyakinan yang diamini oleh keduanya. Islam menginterpretasikan makna syahadat bahwa tiada Illah yang patut disembah. Dan Rasulullah adalah utusan Allah. Maka ideologi Islam tunduk secara totalitas kepada hukum-hukum Allah.
Lain halnya kapitalisme yang memandang aturan agama harus dipisahkan dari aturan kehidupan (sekulerisme). Mereduksi aturan Islam hanya boleh digunakan dalam ritual atau ibadah saja.
Lalu, berbicara tentang fitrah kemanusiaan. Islam paham bahwa manusia itu penuh keterbatasan. Oleh karena itu, aturan apapun semestinya berasal dari yang Maha Kuasa. Sebaliknya dengan kapitalisme, mereka mengakui adanya Tuhan namun di sisi lain ia merasa layak untuk membuat aturan. Hal ini sangatlah bertentangan dengan fitrah.
Islam mengakui bahwa Allah satu-satunya yang berwenang membuat aturan melalui wahyu-Nya. Tugas manusia hanyalah memahaminya dan mempraktekkannya. Sedangkan kapitalisme memberikan keleluasaan bagi manusia untuk membuat aturan dari segi aspek keuntungan dan asas manfaat semata.
Baca Juga : Jejak Hitam Kapitalisme
Pandangannya terhadap masyarakat, Islam menganggap masyarakat adalah kumpulan manusia yang dipersatukan oleh pemikiran, perasaan dan sistem aturan yang sama. Individu adalah salah satu anggota masyarakat. Individu diperhatikan demi kebaikan masyarakat.
Dan masyarakat diperhatikan demi kebaikan individu. Namun dalam kapitalisme, masyarakat hanya dipandang sebagai kumpulan individu saja. Dan kepentingan individu diatas segalanya.
Segala perbuatan didalam Islam terikat dengan hukum syara' atau aturan Allah. Sedangkan kapitalisme menyanjung kebebasan (liberalisme). Manusia memiliki otoritas dirinya tanpa peduli aturan Tuhannya.
Tujuan kebahagiaan tertinggi dalam Islam ialah meraih Ridha Illahi. Sebaliknya kapitalisme mengecap puncak kebahagiaan apabila terpenuhi kepuasan material dan jasadiahnya.
Standar perilaku dalam Islam mutlak bersumber dari hukum syara' sedangkan kapitalisme hanya memikirkan tujuan kemaslahatan yang sifatnya relatif dan kondisional.
Dasar perekonomian dalam Islam ialah setiap orang bebas menjalankan aktivitas ekonomi dengan membatasi sebab kepemilikan dan jenis pemiliknya. Adapun jumlah kekayaan yang boleh dimiliki tidak dibatasi.
Sedangkan dalam kapitalisme, ekonomi berada di tangan para pemilik modal. Setiap orang bebas menempuh cara apapun. Tak mengenal sebab kepemilikan dan jumlahnya bebas dimiliki tanpa batas.
Kemudian, politik ekonomi Islam ialah mewujudkan kesejahteraan orang per orang secara real. Berbeda halnya dengan kapitalisme yang tolak ukur kesejahteraan negara dihitung secara rata-rata. Adanya gap (jurang pemisah) antara yang kaya dan miskin. Membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin terus berkubang dalam kemiskinannya.
Baca Juga : Mayday, Harapan dan Realita
Al Qur'an dan As Sunnah yang notabene nya ialah Wahyu Allah dijadikan oleh Islam sebagai rujukan satu-satunya dalam menyelesaikan perkara kehidupan. Sebaliknya kapitalisme hanya mengandalkan akal manusia beserta hawa nafsu yang mengiringinya.
Buah dari dipinggirkannya aturan agama membuat kapitalisme melahirkan generasi yang berkarakter oportunis koruptor, liberal, hedonis, materialis, permisif, anarkis, dsb.
Berbeda halnya dengan Islam, ketika aturannya diterapkan dalam bingkai kehidupan menghasilkan generasi layaknya Umar bin Khattab, sang pemimpin yang gagah berani, adil, bijaksana, dan sangat tegas dalam menjaga ketaatan pada syariat.
Begitu juga generasi Muhammad Al Fatih, yang di usia muda berhasil menaklukkan konstantinopel dengan ketakwaan yang sangat tinggi kepada Allah dan kecerdasan intelektualnya buah dari keberhasilan pendidikan yang diterapkan pada masa peradaban Islam.
Tak mungkin pula melahirkan generasi Imam Syafi'i. Dengan ketinggian ilmunya yang mampu menjadikannya seorang mujtahid yang hasil ijtihadnya dijadikan referensi hingga kini.
Kembali lagi pada pertanyaan, manakah ideologi yang lebih layak mengatur sistem kehidupan manusia? Pertanyaan ini pula yang Allah SWT hujamkan pada semua hamba-hambaNya dalam Al Qur'an Surat Al-Maidah(5):
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (49) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (50)
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik [49]. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? [50]”[MO/ns]