Oleh : Renata Dwi Aninda
(Mahasiswi STEI Hamfara)
Mediaoposisi - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melaporkan bahwa tingkat inflasi pada April 2018 yaitu sebesar 0,1 persen. BPS pun mengatakan bahwa angka ini lebih rendah dibandingkan angka inflasi yang terjadi pada Maret 2018 yang sebesar 0,2 persen namun lebih tinggi dibandingkan dengan April 2017 yang hanya sebesar 0,09 persen. Inflasi tahun kalender sebesar 1,09 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,41 persen.
"Jika dibandingkan periode yang sama, pada April 2017 memang April ini sedikit lebih tinggi dibanding 2017 yang 0,09 persen. Sedangkan dibandingkan April 2016, mengalami deflasi sebesar -0,45 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Inflasi sangat berdampak baik itu secara langsung ataupun tidak langsung kepada masyarakat menengah kebawah. Kondisi keresahan terhebat yang dirasakan masyarakat setiap tahunnya ialah ketika bulan suci ramadhan hingga hari raya idhul fitri,dimana saat itu harga-harga serentak naik bahkan bisa sampai menembus angka 100 persen, tak heran jika kondisi ini menimbulkan banyak masalah sosial yang terjadi silih berganti dimasyarakat.
Menyikapi hal ini, harusnya mahasiswa dapat berpikir cepat dan kritis terhadap apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi dan bagaimana solusi yang dapat mengatasi fenomena ini.
Penyebab inflasi dan kenaikan harga yang terjadi antara lain dikarenakan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu yang terus meningkat, sehingga membuat masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam menghadapi ini pemerintah serta perusahaan konvensional mecoba memberikan solusi atau jalan pintas agar masyarakat tak khawatir dengan adanya inflasi dan kenaikan harga, mereka menawarkan berbagai macam produk kartu kredit dengan cicilan sekian persen.
“Saat ini, jumlah pemegang kartu kredit BRI sekitar 1,3 juta nasabah. Tahun lalu, volume transaksi kartu kredit BRI mencapai Rp 7 triliun. Tahun ini volume transaksi kartu kredit bisa tumbuh 30 persen. Dengan adanya Lebaran ini kami dorong banyak di transaksi e-commerce. Sampai Juni kami harapkan bisa di angka Rp 5 triliun sampai Rp 6 triliun," jelas Handayani (Directur Consumer Banking Bank BRI) kepada wartawan di Jakarta, pekan lalu.
Tentu saja, kita sebagai mahasiswa harus sadar bahwa itu bukanlah solusi yang benar. Karena menawarkan solusi kartu kredit sama saja dengan memberikan masalah baru. Sejatinya kartu kredit merupakan riba yang terbungkus rapih dan menarik untuk memikat masyarakat. Allah SWT berfirman:
"dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih." (TQS. An-Nisa' 4: Ayat 161)
Sebagai seorang mahasiswa pula kita harus segera mengingatkan kepada masyarakat agar tidak terjebak dengan solusi tidak benar yang ditawarkan itu.
Oleh karena itu, tugas seorang mahasiswa adalah mengingatkan, memberitahu dan mengatakan kebenaran dengan lantang dan lugas kepada masyarakat agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh solusi-solusi palsu yang diberikan yang justru akan menambah kesengsaraan masyarakat.[MO/sr]