Oleh: Rengganis Santika A. S.Tp.
(Ibu Rumah Tangga), domisili di Bandung
Mediaoposisi.com-Liberty atau liberte secara bahasa artinya "bebas". Feminim artinya "keperempuanan". Kedua kata tersebut tidak mengandung konotasi apapun. Namun kita perlu hati-hati manakala sudah disematkan kata "isme" menjadi liberalisme, feminisme. Kedua bentukan kata tersebut tidak boleh hanya diartikan secara kontekstual atau harfiah. Sebab dua kata tersebut sudah dipengaruhi sudut pandang ideologi tertentu.
Liberalisme merupakan derivatif atau turunan dari landasan sekularisme. Maka bila kita memakai kacamata ideologis, 8 tuntutan aksi international women's day penuh nuansa liberalisme, yaitu kebebasan ala sekuler yang lepas dari intervensi agama, terutama islam!!!
Sekularisme yang menjadi "aqidah" nya ideologi kapitalisme, sangat menyadari betul bahwa tak ada ruang baginya dalam ideologi Islam yang senantiasa terhubung dengan Allah SWT, sebagai Kholiq (pencipta) dan mudabbir (pengatur) dalam setiap aspek kehidupan. Secara diametral ideologi kapitalisme dan Islam sangat bertolak belakang.
Otomatis bagi sekularisme, islam adalah musuh. Sekularisme melahirkan feminisme, liberalisme, tiada lain untuk melawan Islam. Dengan melakukan perang pemikiran atau ghazwul fikri. Mereka menyadari betul betapa sulitnya melumpuhkan Islam. Mereka sadar bahwa aspek pemikiran lah yang mudah untuk di"goyang" dan efektif daya lumpuhnya.
Aksi parade perjuangan perempuan Indonesia, yang mengusung 8 tuntutan. Seperti menolak diskriminasi terhadap kaum "termarjinalkan", menolak kekerasan, kesetaraan gender tolak intoleransi dll. Sekilas seperti tidak ada yang salah terutama bagi masyarakat umum. Namun bila diperhatikan lebih dalam, sarat dengan serangan terhadap formalisasi syariah.
Kaum termarjinalkan yang mereka maksud adalah, LGBT. Pidana bagi LGBT mereka anggap diskriminasi. Intoleransi mereka artikan segala sesuatu yang terkait syariah.
Mereka juga seolah memperjuangkan nasib buruh wanita, tapi mereka menutup mata terhadap peran para buruh wanita sebagai ibu.
Mereka mengangkat isu KDRT, padahal sebenarnya menohok syari'at islam yang dianggap bias gender dalam kehidupan rumah tangga. Mereka membela pekerja seni, padahal maksudnya mereka ingin ekspresi syahwat, mengumbar aurat adalah bagian dari nilai seni mereka selalu berlindung dibalik HAM, liciknya mereka anggap cadar adalah ekspresi radikalisme tak mengapa logika berpikir sedikit ngawur karena ada dollar untuk "perjuangan" absurd mereka.
Sejujurnya saya tidak mengingat, bahwa tanggal 8 Maret adalah hari wanita sedunia. Saya hanya ingat tanggal itu, adalah hari lahir Ibunda tercinta dan beliau meninggal pada tanggal 21 April bertepatan dengan hari Kartini, yang "terlanjur" dianggap sebagai pahlawan emansipasi wanita.
Dua momen tersebut selalu diperingati kaum wanita. Namun sayangnya seringkali diperingati dengan membawa misi yang "salah kaprah" seperti emansipasi (persamaan hak laki-laki dan wanita) dan juga ide liberalisme.
Alhamdulillah, ibunda adalah sosok wanita yang memahami fitrahnya sebagai ibu. Sesuai hukum asal dari seorang wanita dalam kaidah Islam yaitu "ummun wa robbatul Bayt" atau sebagai ibu dan pengatur rumahtangga.
Dan kemuliaan wanita wajib dijaga. Ibunda ketika menikah, memilih berhenti bekerja sebagai guru, dan fokus sebagai guru terbaik bagi kami anak-anaknya.
Kata "Ummun" dalam bahasa Arab bisa berarti sumber.
Demikianlah seorang ibu, sosoknya merupakan sumber kasih sayang, sumber segala ilmu. Itu sebabnya, ketika membaca biografi orang-orang hebat, maka akan kita dapati ada peran ibu di dalamnya. Seorang wanita bila sudah menjadi ibu, maka dia berubah menjadi sosok yang "sakti" kata-kata nya menjadi nyata bagi anaknya, doanya begitu dahsyat menembus Arasy, ibu bagaikan malaikat tak bersayap. Dan Surga ada dibawah telapak kakinya.... Subhanalloh!
Tak berlebihan bila 14 abad silam, disaat dunia melihat kaum wanita dengan hina dina, justru Rasulullah Saw menyeru dengan lantang, bahwa wanita adalah tiang negara.. wanita menentukan tegaknya negara.
Wanita itu mulia dan bermartabat, mengingat perannya yang strategis sebagai ibu pencetak generasi emas. Begitulah islam sebagai ideologi mengangkat derajat wanita , laki-laki dan wanita memiliki hak dan kewajiban dihadapan Allah SWT.
Sesuai porsi masing-masing dan seiring dengan fitrahnya. Sebagai manusia laki-laki dan wanita memiliki persamaan dalam kehidupan. Jadi wahai muslimah, kebebasan, kesetaraan apalagi yang kalian cari??
Hingga akhirnya terjun bebas bersama hawa nafsunya ke jurang yang nista... Naudzubillah![MO/br]