ilustrasi |
Oleh: Lili Agustiani, S.Pd
(Pemerhati Perempuan dan Generasi)
Bukan hanya dibaju namun diberbagai produk-produk fashion lainnya juga telah dirambah, biasanya diproduk tersebut banyak bergambarkan pisang yang terkupas setengah dari kulitnya yang masih nempel, dan bertuliskan banana split. Sebenarnya beberapa bulan yang lalu saya pernah melihat dan membaca tulisan teman di akun media sosial tentang hal itu.
Alasan yang sama diutarakan bahwa dibalik trennya produk yang berlambangkan banana atau pisang ini adalah kampanye kaum Sodom LGBT ( Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender). Masyarakat saat ini mungkin banyak yang tidak tau, karena memang sering dijumpai lambanng yang dipilih oleh kaum Sodom ini adalah pelangi.
Adapun lambang yang dipilih oleh kaum Sodom, baik pelangi ataupun pisang keduanya adalah ciptaan Allah swt. Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya.
Sedangkan pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae, Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari yang disebut sisir (sumber:Wikipedia)
Namun lain halnya bagi kaum LGBT lambang dari bendera berwarna pelangi itu memiliki makna setiap warnanya, demikian yang disematkan pada tiap potongan-potongan pisang yang berwarna pelangi.
Namun sebagai konsumen produk-produk dipasaran, khususnya seorang muslim haruslah cerdas dan jeli ketika memilih barang yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya memperhatikan mahal dan murahya barang tersebut, tidak hanya melihat dari sisi kualitas barang yang akan dibeli, enak dan tidak enak, nyaman atau tidak nyaman saat digunakan, serta tidak hanya melihat motifnya bagus atau tidak.
Islam adalah agama penyempurna, artinya di dalam Islam semua ada aturannya, termasuk dalam memilih barang-barang yang akan digunakan atau baju yang akan dikenakan. Pada ummnya ketika seseorang memutuskan untuk membeli baju pasti akan melihat motif, kemudian menanyakan harga dan jenis kainnya.
Yah, dari motif lah pertama-tama orang akan tertarik untuk membeli, hal ini dibuktikan dengan menjamurnya jual online, namun banyak sekali dari kaum muslim yang tidak bisa membedakan motif seperti apa yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam Islam.
Pertama-tama kita harus faham terlebih dahulu perbedaan Hadlarah dan madaniyah. Pertama hadlarah yaitu sekumpulan ide dan mempunyai fakta. Hadlarah bersifat khas karena memiliki pandangan hidup. Sebagai seorang muslim tentunya kita harus mengambil hadlarah Islam (pandangan hidup Islam) bukan hadlarah barat (asing). Kedua madaniyah adalah bentuk-bentuk fisik dari benda yang terindera. Madaniyah ini bisa bersifat khas dan umum.
Contoh madaniyah khas adalah seperti benda yang mengandung ide (hadlarah) tentunya ini berasal bukan dari Islam, misalnya patung sesembahan atau yang lainnya menggambarkan yang bukan dari Islam. Sedangkan bentuk madaniyah yang umum adalah hasil dari kemajuan sains dan teknologi yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia bukan hanya kaum muslimin saja.
Motif banana atau pisang yang sekarang lagi tren adalah bentuk madaniyah umum karena motif tersebut adalah milik manusia pada umumnya.termasuk warna pelangi. Karena pelangi terlalu indah jika disematkan sebagai lambang kaum Sodom, semua warna tidak ada yang cocok untuk mereka sekalipun hitam.
Begitu juga dengan banana atau pisang yang sekarang ini lagi tren dimasyarakat.
Akar masalah yang dialami kaum muslim saat ini adalah jauhnya dari pemahaman Islam itu sendiri, karena begitulah tabiat sistem sekulerisme-kapitalisme yang menjauhkan kaum muslimin dari aqidah Islam, tidak lagi bisa memilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Standar dalam memenuhi kebahagiaan dan kepuasan pun tidak lagi bersandar pada Ridho Allah swt.
Alhasil banyak dari kaum muslimin hanya ikut-ikutan, tidak mempunyai dalil atas perbuatannya. Oleh karena itu sangat perlu sekali mempelajari Islam agar bisa menjadi pedoman ketika berbuat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya mengikuti karena itu tren atau viral. Wallahu’alam bisshowab [MO/vp]