Oleh: Siti Rahmah
Mediaoposisi.com-Ulama sejatinya adalah sosok yang begitu mulia, mulia karena ilmunya, mulia karena imannya dan mulia karena taqwanya. Ulama adalah orang yang paling 'Alim (berilmu), sehingga dengan ilmunya dia menjadi cahaya penerang bagi kegelapan, menjadi penyejuk hati yang tandus dan juga menjadi maroji (rujukan) di tengah - tengah masyarakat.
Begitu mulianya kedudukan ulama sehingga Islam memberikan penghargaan tinggi bagi para ulama. Ulama di sebutkan sebagai pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rosululloh saw:
"Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh para nabi hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil warisan tersebut, sungguh ia telah mengambil warisan yang banyak." (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, Ad Darimi dan Abu Dawud).
Para pewaris nabi ini di sebut ulama sebagai ahlul ilmi atau ahlul hadits yaitu orang - orang yang mempunyai pengetahuan yang banyak tentang agama Islam. Mereka adalah orang yang menghabiskan umurnya untuk mempelajari Islam dan mengamalkannya.
Mereka adalah orang - orang yang berada diatas jalan kebenaran, yang mengamalkan Islam berdasarkan ilmu dan ajaran - ajaran nabi Muhammad saw serta kepadanyalah seharusnya kita mengambil Ilmu.
Itulah sosok pribadi yang layak menyandang sebutan ulama. Hanya saja untuk saat ini dimana kita hidup diakhir jaman, untuk bisa menemukan dan mendapatkan sosok atau figur yang layak menyandang predikat ulama itu begitu sulit.
Kita hidup di jaman dimana tidak sulit menemukan orang berilmu, tidak sulit menemukan orang yang bergelar ulama tapi begitu sulit mendapati sosok figur yang berilmu dan dengan ilmunya itu dia berjalan diatas jalan kebenaran bahkan menjadi pejuang kebenaran.
Dimana Ulama Berdiri
Betapa berkali - kali ummat Islam di buat abu - abu dengan sikap para ulama dalam berbagai peristiwa. Saat ummat Islam menunjukan pembelaannya terhadap agamanya, saat ummat Islam merasa marah dengan berbagai penghinaan dan penodaan terhadap agamanya, dimana para ulama ini berdiri?
Kasus penodaan tehadap Al Quran yang di lakukan Basuki Tjahya Purnama (Ahok) di akhir tahun 2016 seakan telah membuka tabir mana ulama yang benar - benar menjadi warosatul anbiya, menjadi pewaris para nabi sehingga begitu kokoh dan teguh untuk berjalan diatas jalan kebenaran.
Ulama sperti ini mengomandoi ummat untuk bergerak membela agamanya walaupun resikonya begitu besar.
Para ulama ini harus menghadapi persekusi, intimidasi, pembunuhan karakter bahkan nyawa sekalipun menjadi incaran. Namun, Ilmu yang membimbingnya menjadikan sosok ulama ini tidak gentar dengan segala makar kaum kafir karena keyakinan nya yang begitu tinggi akan kekuasaan dan pertolongan Allah.
Di sisi lain tidak kalah perjuangan ulama dalam membela si penoda, mati - matian ulama ini pun berjuang membela tuannya entah dengan latar belakang apa, bujukan akan kesenangan dunia? ataukah tekanan yang membuat mereka takut, sehingga mereka harus menyembunyikan kebenaran yang di ketahuinya dan diam seribu bahasa layaknya syaithon bisu atas semua penodaan yang di lakukan oleh si penista.
Mereka berada di sebrang perjuangan ummat Islam, mereka berdiri berhadapan dengan kaum muslimin untuk membela tuannya.
Kisah pilu itupun seakan kini terulang kembali. Kasus penodaan terhadap agama yang di lakukan oleh Sukmawati baru - baru ini dalam puisinya yang bertajuk 'Ibu Indonesia' sangat jelas telah memberikan gambaran, mana ulama yang benar - benar tulus berjuang untuk agamanya.
Ulama yang senantiasa berada di garda terdepan dalam barisan kaum muslimin untuk memberi komando dalam pergerakan pembelaan terhadap agamanya. Dan mana ulama yang menjadi umala (intelegennya kafir), yang senantiasa berada di garis depan dalam perjuangannya menghadang dakwah Islam.
Kontribusi Ulama Yang di Rindukan
Islam memiliki jejak sejarah yang agung, sejarah tentang peran besarnya ulama dalam setiap langkah membangun peradaban Islam yang gemilang. Ulama yang senantiasa mendidik ummat, ulama yang senantiasa melahirkan pemimpin - pemimpin dambaan ummat.
Bahkan kisah indah ulama dalam perannannya menjemput bisyaroh Rasululloh di gambarkan dengan tinta emas peradaban. Tersebutlah Ulama besar di masa ke khilafahan bani Ustmaniyyah yang bernama Syeikh Aaq Syamsudin.
Ulama yang kharismatik, dengan kedalaman Ilmu yang luar biasa. Keilmuannya tergambar dalam keberhasilannya membentuk pribadi seorang pemdua yang keras kepala menjadi terunduk pada syariah yang agung. Kepiawaiannya dalam mengaplikasikan ilmunya mampu menghantarkan murid cerdas kesayangannya yaitu Muhammad Al fatih memetik kemenangannya sekaligus menjemput bisyaroh Rosululloh menaklukan konstantinopel.
Syeikh Aaq senantiasa mendampingi setiap jengkal langkah Muhammad Alfatih. Mulai dari penempaan ke Ilmuan, pembentukan karakter, kemampuan bela diri, menemukan senjata andalan, menemukan sahabat perjuangan, dalam segala kegelisaha kesulitan, ketika membuat strategi bahkan sampai berada langsung di medan tempur syeikh Aaq senantiasa menemani. Itu semua di lakukan semata - mata demi agama tercintanya.
Begitupun saat ini, kaum muslimin betapa merindukan sosok ulama yang tangguh, ulama yang mendidik umat, ulama yang menyadarkan ummat tentang kondisi saat ini yang begitu jauh dari Islam. Ulama yang mau berjuang untuk mengembalikan kemulian Islam.
Bukan hanya sekedar membela ketika Islam di hinakan tapi ulama yang sudah mewaqafkan hidupnya untuk menjadi penjaga kemuliaan Islam dan berjuang menerapkan Islam. Berjuang untuk meninggikan kalimat tauhid, ulama yang berjuang untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan dengan mengangkat seorang Imam sebagai penjaganya.
Sehingga ketika Islam sudah memiliki penjaga tidak akan lagi muncul ucapan - ucapan kotor dari para pendengki. Peran ulama seperti inilah yang di rindukan. Ulama yang dengan kedalaman ilmunya tentang Islam dan azamnya untuk selalu berada di jalan kebenaran akan mampu membersamai dan menghantarkan ummat Islam meuwujudkan kemenanganya yaitu meninggikan kalimat Laa ilaha illalloh.[MO/br]