-->

Mencetak Generasi Unggul

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh : Nenden Dewi Yuniawati

Mediaoposisi.com-Bulan bulan yang penuh dengan ujian tengah dihadapi oleh anak anak bangsa ini dari mulai jenjang SD SMP SMA.

Sebelum memasuki jenjang selanjutnya para siswa harus menempuh serangkaian ujian. Yang kita kenal dengan istilah UN (ujian  nasional).

Walaupun UN pada saat ini bukan lagi penentu lulus tidaknya seorang siswa. Namun ujian nasional ini mempunyai sensasi tersendiri pada para siswa. Begitupun para orangtua dalam menghadapi ujian nasional ini ikut merasakan ketegangan juga.

Ujian demi ujian memang harus dilewati oleh orang yang melakukan proses belajar. Terlepas dari pro kontra UN kita memang tidak hidup di negara Finlandia yang sistem pendidikannya tidak ada ujian. 

Pendidikan di negara kita masih ada ujian. Hanya saja jangan sampai UN yang hanya tiga atau empat hari harus menentukan kelulusan seorang siswa. Tanpa melihat proses belajar siswa selama belajar di sekolahnya.

Kita mengharapkan terbentuknya generasi unggul dari hasil pendidikan nasional ini. Bukan generasi yang suka dengan hura hura. Atau genersi tawuran. Atau generasi penikmat miras oplosan, naudzubillah.

Sudah banyak kasus kasus pergaulan bebas remaja. Prilaku menyimpang remaja. Yang terakhir yang masih hangat kasus miras oplosan sampai merenggut nyawa 42 orang meninggal dunia.

Apa sebenarnya yang terjadi? Kasus kasus remaja itu semua sebenarnya seperti fenomena gunung es, yang semakin kedalam semakin besar sebenarnya kasusnya. Kasus kasus yang tidak terekam kamera. 

Apa yang salah dari pola pendidikan kita selama ini? Ini sebenarnya PR besar kita bersama. Selama ini yang kita ajarkan atau sampaikan dalam pendidikan adalah pasti semua kebaikan. Tapi kenapa out put yang dihasilkan ada yang tidak sesuai harapan.

Bila kita bicara pendidikan maka kita bisa menengok cara pendidikan islam. Agama yang menjadi pedoman hidup kita.  Juga sebagai tuntunan hidup kita untuk kebahagiaan dunia dan akhiratnya. 

Apabila kita melihat sistem pendidikan islam. Maka yang menjadi landasan adalah aqidah islam. Dimana aqidah islam ini mampu mengatur manusia dengan penciptanya.

Juga aqidah islam ini mampu mengatur manusia dengan sesama manusia. Artinya aturan akidah islam ini mampu mengatur urusan manusia dalam bidang pendidikan.

Dalam islam pendidikan harus belandaskan aqidah islam. Harus dihadirkan ruh dalam mendidik generasi ini. Seorang guru tidak hanya mengejar materi yang ingin disampaikan biar lulus ujian. 

Namun guru mengarahkan pemahaman siswa dalam semua mata pelajaran. Jadi guru tidak dikejar materi UN. Tapi guru mengejar materi itu sampai pada siswa.

Begitupun dalam semua mata pelajaran yang lainnya. Jangan sampai sistem pendidikan kita tersusupi ide sekulerisme. Memisahkan pendidikan agama dengan pendidikan geografi.

Disini harus ada keterpaduan pendidikan agama dengan geografi sehingga siswa akan diajak mengenal permukaan bumi dan kekuasaan sang PenciptaNya.

Dalam semua mata pelajaran guru harus mampu menghadirkan ruh contohnya dalam mata pelajaran sains disampaikan tentang materi mengenal tumbuhan.

Ketika mengenalkan struktur tumbuhan guru harus sampai mengkaitkan pada siapa yang menciptakan tumbuhan tersebut.

Maka jika kita bertahan dengan sistem kapitalis- sekuler. Maka tidak akan heran jika keluaran pendidikan kita masih mengejar untung rugi. Jika yang dikeluarkan ketika sekolah sekian juta maka  target setelah sekolah adalah mengembalikan biaya yang sudah dikeluarkan.

Ini jika hasil pendidikan yang tidak didorong oleh nilai ruh. Dimana dalam islam ada tuntutan untuk mencari ilmu. Disini ada dua kewajiban ain dan kewajiban kifayah.

Jika ilmu tentang sholat maka itu diwajibkan atas semua manusia. Tetapi jika untuk menjadi dokter masuknya menjadi fardhu kifayah.

Kembali lagi dalam rangka mencetak generasi tangguh itu kita perlu 3 pilar. Pertama adanya keluarga yang membimbing seorang anak dari mulai lahir sampai dewasa. Peran keluarga ini sangat penting. Keluarga menjadi pendamping dalam proses belajar siswa.

Begitu juga dalam proses ujian semisal ujian nasional. Peran keluarga menjadi penyemangat anak anaknya dalam menjalani ujian.

Keluarga akan menerima semua  hasil yang dijalani oleh seorang anak. Sehingga anak tidak akan terpikir  untuk mencontek hanya demi nilai bagus.

Pilar yang kedua adalah pilar masyarakat dimana masyarakat akan ikut mengawasi gerak gerik seorang anak yang hidup di masyarakat tersebut.

Ketika ada peilaku menyimpang maka masyarakat akan menegur. Tidak menjadi masyarakat yang cuek dengan sekitar.

Contoh masyarakat yang cuek, jika ada anak yang kena narkoba atau hamil diluar nikah masyarakat yang cuek akan membiarkan hal itu terkadi tanpa proses menegur.  "Yang penting bukan anak saya"

Pilar Yang ketiga  adalah peran pemerintah. Pemerintah perannya sungguh sangat luar bisa banyaknya. Pertama pemerintah bisa menjadi penyelenggara pendidikan berbasis aqidah islam. 

Kedua pemerintah memfasilitasi pendidikan semaksimal mungkin sehingga akan tercapai generasi yang terdepan sains teknologinya.

Ketiga pemerintah dapat mencegah perilaku perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Misalnya jika remaja atau siswa menjadi korban miras maka pemerintah punya kewenangan menutup celah celah pengadaan mirasnya.

Kemudian pemerintah bisa mencegah kehamilan diluar nikah dengan cara melarang remaja pacaran. Dan masih banyak pencegahan lainnya.

Kita sebagai orangtua sangat mengharapkan terwujudnya generasi unggul penerus cita cita perjuangan bangsa ini. Generasi yang mampu mengukir sejarah kegemilangan peradaban manusia.  Hal ini akan didapat ketika Islam diterapkan dan mengatur seluruh kehidupan.[MO/un]




Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close