Jakarta| Mediaoposisi.com- Di tengah tengah berbagai kontroversi yang ditimbulkan akibat pembenturan Islam dan Pancasila, tiba tiba Sukmawati mengeluarkan puisi kontroversial yang menyinggung syariat Islam.
Dalam puisi tersebut, ia menganggap syariat Islam lebih rendah dari budaya Indonesia. Tak pelak pengurus Persaudaraan Alumni 212 yang juga merupakan pengacara Habib Rizieq Syihab, Kapitra Ampera mempersoalkan puisi Sukmawati tersebut.
"Saya mendapatkan video itu tadi pagi. Sudah saya cermati ada mengenai adzan dan cadar, menurut saya ada dugaan kuat mendiskreditkan agama," ujar Kapitra Ampera , Senin (2/4).
Meskipun demikian,Sukmawati tetap keukeuh bahwa tindakannya tidak perlu dipermasalahkan.
"Soal kidung ibu pertiwi Indonesia lebih indah dari alunan azanmu, ya boleh aja dong. Nggak selalu orang yang mengalunkan azan itu suaranya merdu. Itu suatu kenyataan. Ini kan seni suara ya. Dan kebetulan yang menempel di kuping saya adalah alunan ibu-ibu bersenandung, itu kok merdu. Itu kan suatu opini saya sebagai budayawati," ujar Sukmati, Senin (2/4).
Puisi berjudul Ibu Indonesia dibacakan saat Indonesia Fashion Week di JCC.
Dalam bagian awal puisi tersebut, ia mengakui bahwa dirinya tidak paham syariat Islam. Namun ia justru merendahkan syariat Islam mengenai cadar dalam kalimat berikutnya.[MO]
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya. [MO]