Revolusi| Mediaoposisi.com- Sudah bukan rahasia umum, dalam kampanye setiap calon akan mengumbar janji. Terlepas janji itu ditunaikan atau tidak setelah tampuk kekuasaan diraih. Pun dengan Jokowi dalam kampanye perhelatan pesta demokrasi tahun 2014 lalu. Setidaknya ada 66 janji Jokowi yang belum tertunaikan hingga saat ini.
Berikut ini janji-jani Jokowi secara garis besar yang wajib kita tagih:
-
Jokowi-Jk berjanji akan besarkan Pertamina kalahkan petronas dalam 5 tahun. Alasannya Pertamina hanya menguasai 21 % produksi minya dalam negeri dan sisanya dikuasai asing. Sementara Petronas Malaysia mampu mengusai 60% perusahaan minyak di negaranya. Namun faktanya hingga saat ini, Pertamina tetap dalam cengkraman asing. (detikfinance.com)
-
Jokowi janjikan membangun 50 ribu Puskesmas. Dengan penambahan fasilitas kesehatan ini, diharapkan rakyat yang berada jauh di desa dapat terlayani kebutuhan kesehatannya. (Tribunnews.com)
-
Swasembada Pangan. Apabila Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusi cerdas, maka Indonesia bisa terbebas dari jeratan impor. (merdeka.com)
-
Jokowi-Jk janji cetak 10 juta lapangan kerja jika jadi Presiden. Janji ini terucap Jokowi untuk menekan angka pengangguran di tanah air. “menurunkan tingkat pengangguran 10 juta lapangan kerja baru selama 5 tahun” Bandung, Jawa Barat Kamis (3/7/2014, liputan6.com)
-
Jikowi memberikan gaji besar bagi para ahli asal Indonesia. Jk menilai, tidak bisa menghalangi warga yang ingin bekerja di luar negeri. Namun, pihaknya mengaku akan memeberikan gaji besar sesuai keahliannya sehingga para ahli lebih memilih bekerja untuk Indonesia daripada mencari rezeki di luar negeri. (merdeka.com)
-
Jk berjanji akan menaikkan gaji guru. “Guru harus diperbaiki dengan cepat. Tunjangan diperbesar. Proses cepat. Itulah yang dinamakan revolusi” ujar Jk. (merdeka.com)
-
Sekolah gratis. Dalam debat cawapres di Hotel Bidakara Jakarta, Jk menegaskan bahwa Pendidikan gratis adalah keniscayaan. “Pendidikan gratis adalah keniscayaan. Otomatis harus dilaksanakan. Begitu kita telah sepakat maka kita sepakat” ujar Jk. (merdeka.com)
Janji tersebut hanya sekelumit dari puluhan janji yang dibuat Jokowi-Jk pada saat pencalonan Presiden dan wakil Presiden. Namun hingga saat ini, janji-janji tersebut tinggal janji. Tidak pernah terealisasi. Bahkan seandainya ada dibuat rekor MURI Capres dengan janji terbanyak, maka Jokowi-Jk pemenangnya.
Namun apalah arti sebuah janji jika tidak pernah ditepati. Padahal janji adalah hutang. Kewajiban baginya membayar. Jika tidak, maka kelak di akherat akan mendapat balasannya. Hingga saat ini kondisi rakyat masih belum ada peningkatan. Bahkan jauh lebih buruk keadaannya.
Baca Juga : Perpres TKA, Kebijakan Anti RakyatDemokrasi Hanya Mengumbar Janji
Tidak bisa dipungkiri, pesta demokrasi dalam pemilihan wakil rakyat selalu mengedepankan citra baik. Untuk membangun citra tersebut berbagai macam cara dilakukan. Termasuk jika harus menghalalkan segala cara. Bisa diamati dalam setiap perhelatan pesta demokrasi, semua calon akan membangun citra dirinya untuk menarik simpati rakyat. Hal itu dilakukan dengan mengumbar janji. Meski pada akhirnya tidak akan ditepati.
Mahalnya biaya demokrasi menjadi salah satu penyebab tidak tertunaikannya janji kampanye. Penguasa akan lebih mendahulukan kepentingan para penyokong dana kampanye dibanding rakyat. Politik balas budi selalu jadi alasan untuk mendahulukan ‘majikan’ daripada rakyat.
“Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang musli, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)
Islam dan Janji Pemimpin
Bagaimana akan ingkar janji jika dalam pencalonan penguasa tidak ada politik pencitraan? Islam memandang bahwa menjadi pemimpin adalah amanah yang diberikan rakyat untuk ditunaikan. Tanggungjawabnya sangat berat, menyangkut urusan dunia dan akherat.
Tidak hanya sekadar terpilih menjadi orang nomor satu, dengan kekuasaan dan segudang kebijakan yang dibuat untuk mengatur urursan rakyat. Namun pemimpin adalah perisai. Dimana rakyat berlindung dan berperang di belakangnya.
Pemimpin adalah imam. Dia mendapatkan tugas untuk meriayah urusan rakyat. Memenuhi kebutuhan rakyat. Menjamin lapangan kerja. Mengelola sumber daya alam untuk digunakan memenuhi hak-hak rakyat seperti Pendidikan dan kesehatan gratis.
Inilah yang membedakan antara kepemimpianan dalam demokrasi dengan kepemimpinan dalam Islam. Bukan dengan mengumbar janji agar rakyat simpati sebagimana sistem demokrasi.
Namun terpenuhinya syarat-syarat sebagai pemimpin wajib untuk dipenuhi. Diantaranya: laki-laki, Islam, baligh, berakal, merdeka, mampu, dan adil.
Maka, sebagai muslim sudah seharusnya tidak termakan janji-janji manis. Yang terucap pada saat kampanye untuk mendongkrak popularitas, agar terpilih menjadi penguasa.
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan merekapun mencintai kalian. Juga yang kalian mendo’akan kebaikan untuk mereka dan merekapun mendo’akan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kelian membenci mereka dan merekapun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan merekapun melaknat kalian.” (HR. Muslim). [MO/dr]