Oleh: Nonik Sumarsih
(Back to Muslim Identity Chapter ITS)
Mediaoposisi.com-Adanya wacana untuk mengimpor dosen luar negeri (asing) menurut Ketua DPR RI Bambang Soesatyo harus dilakukan secara selektif.
Selain itu, dosen luar negeri juga harus memiliki kualitas lebih tinggi dari tenaga pengajar lokal.
Pernyataan tersebut disampaikan ketika menerima Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Priscilla Daniego Pahlawan (30) sebagai juara kedua lomba karya ilmiah tingkat Asia di "Global Clinical Case Contest 2017/2018" di Jakarta, Rabu (18/4) (http://republika.co.id/berita)
Meningkatkan taraf sumber daya manusia suatu bangsa memang urusan yang menjadi tanggungjawab oleh penguasa. Peningkatan tersebut pasti syarat akan regulasi dalam hal pendidikan, baik dalam pola akademisi ataupun regulasi kurikulum yang digunakan.
Program pemerintah yang memberi lampu hijau bagi Perguruan Tinggi Asing (PTA) berdiri di atas bumi pertiwi diharapkan menjadi perbaikan atas kondisi sumber daya manusia rakyat Indonesia yang katanya masih kalah dikancah dunia.
Hal tersebut pun diakui oleh Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Riset Dikti) Mohamad Nasir yang mengatakan bahwa Indonesia memerlukan 200 tenaga dosen asing agar masuk reputasi dunia di bidang pendidikan.
Indonesia sebagai negeri yang bernasib negara berkembang terlihat selalu memasang muka tembok ketika mencoba bersaing secara internasional.
Secara mayoritas anak bangsa ini dipandang tidak bermartabat, rasa disiplin seperti emas dalam lumpur (rendah sekali), kemajuan teknologi masih jauh dari angan.
Maka ketika menengok negeri luar silau dengan kemajuan teknologi, keteraturan, kedisipilan yang tinggi.
Sehingga untuk memoles wajah agar tidak terlalu tebal dengan rasa malu, meniti jejak seperti negara maju menjadikan harapan tersendiri.
Menangkap ide memajukan bangsa, menjadikan bangsa itu bangkit dari keterpurukan memang harus dipikirkan oleh penguasa.
Terlebih jalur pendidikan menjadi jalan yang efektif untuk mengubah cara pandang masyarakat. Hal ini pun tidak terlepas dari upaya para praktisi akademis ketika dalam proses belajar mengajar.
Pengetahuan, ide-ide, ataupun pengalaman tertransfer pada proses ini. Selain itu, agar tercipta pendidikan yang tinggi juga tidak lepas dari regulasi yang menjamin berlangsungnya pendidikan secara optimal baik secara oprasional ataupun asas dasar.
Bisa dibayangkan jika lampu hijau diberikan kepada pengajar serta legalisasi dari perguruan tinggi asing negeri berada di negeri khatulistiwa, introduksi pemahaman, budaya serta pemikiran asing akan tumbuh dengan suburnya.
Padahal untuk menjadikan suatu bangsa maju adalah dengan cara memperbaiki taraf berfikir masyarakat. Taraf berfikir yang tinggi ditentukan oleh pemahaman untuk melihat kehidupan, dimana kedudukan dia adalah sebagai makhluk yang tunduk dan patuh terhadap aturan pencipta dirinya serta kehidupan, alam semesta ini.
Artinya taraf berfikir yang tinggi ketika dia bukan menjadi budak sesama manusia namun menjadikan dirinya sebagai hamba yang taat dalam segala lini kehidupan.
Pemikiran asing akan menihilkan agama dalam kehidupan, maka wajar meskipun Jepang maju dengan teknologi dan budaya disiplinnya, tingkat nyawa yang melayang tanpa alasan sangat tinggi.
Hidup menyendiri lebih diminati hingga mati dikamar sendiri tanpa ada orang yang mengerti.
Bahkan yang lebih mengerikan usia produktif jauh dibawah standard. Atau begitu pula Amerika yang dipandang dunia sebagai negera adigdaya, meskipun dikenal sebagai negara maju dan polisi dunia tingkat kemrosotan kejahatan kriminalitas, seksual, moralitas membumbung tinggi ke angkasa. Layakkah negera seperti ini menjadi role model untuk memajukan generai bangsa?
Dalam pandangan Islam pendidikan termasuk kebutuhan kolektif yang dijamin negera. Sebab Penguasa dalam pandangan islam adalah pelayan bagi masyarakat yang berkewajiban memenuhi kebutuhan-kebutuhan rakyatnya.
Penguasa bagaikan pengembala yang senantiasa peduli dengan konsumsi gizi (baca: kebutuhan) binatang gembalaannya. Selalu was-was dengan kondisi sekitar untuk memastikan gembalaannya dalam kondisi aman.
Termasuk juga ketika menyediakan pendidikan akan dihadirkan pendidikan yang sehat tanpa menghasilkan redusi efek samping. Sehingga pemenuhannya akan diperhatikan betul oleh pemerintah agar intelektual yang dihasilkan bukan hanya saja faqih addin tapi faqih dunya.[MO/sr]