Ilustrasi |
Oleh: Winda S.
(Aktivis, Mahasiswi Universitas Jember)
Mediaoposisi.com- Pemuda merupakan alat penggerak sebuah negara. Sukses tidaknya sebuah negara ditentukan oleh gerakan pemudanya. Gerakan pemuda selalu menjadi pelopor untuk kemajuan dan masa depan bangsa. Dengan kata lain, gerakan pemuda menjadi kekuatan utama yang melahirkan revolusi besar-besaran bagi perjalanan penting sebuah bangsa.
Peran yang disandang pemuda, sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial dapat memberikan posisi bagi peran pemuda di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, peran pemuda mempunyai kekuatan untuk melakukan gerakan-gerakan kemajuan yang dapat memberikan masukan yang membangun kepada pemerintah.
Berbicara mengenai pemerintahan, tak lepas dari yang namanya politik. Pemuda dan politik, topic yang sangat menarik untuk dibahas. Tahun politik sudah semakin dekat, sejumlah pemuda tengah bersiap-siap dengan banyak melakukan agenda sosial.
Parpol sebagai organisasi jembatan antara kepentingan rakyat dan pemerintah menempatkan dirinya sebagai sebagai organisasi yang berpengaruh. Bahkan, kini Parpol dianggap sebagai salah satu pilar demokrasi. Mengapa tidak?
Segala situasi politik nasional mapun daerah sudah dikendalikan oleh kebijakan partai. Hasilnya, kendali ini berakar kepada pemuda. Sebagaimana yang dilansir dari beberapa media, bahwa saat ini menunjukkan semakin banyaknya pemuda yang tertarik untuk terjun ke dunia politik.
Lindsey Afsari Putri, pernah merasakan menjadi anak muda yang sangat antipati terhadap partai politik. Itu terjadi sekitar tahun 2000-an menjelang dia kuliah. Kala itu, Lindsey, yang seorang aktivis kampus, banyak bergaul dengan anak-anak muda idealis. Mereka sangat antipati terhadap partai politik.
Selain itu, ada pula seorang pengusaha muda, Micha Ferdinand Sindoro, juga tertarik terjun ke politik. Menurut dia, selama ini masyarakat melihat politik dari segi wawasan dan pengetahuan yang terbatas, sehingga penilaian pun terbatas. Sering kali banyak yang berkomentar namun tidak tepat sasaran. "Dengan terjun ke politik, kita akan belajar bagaimana politik bekerja dan dapat melihat medan politik dalam jarak yang lebih dekat, sehingga di kemudian hari opini, saran, dan kita semoga lebih bermanfaat," kata Micha. (detik.com)
Selain itu, BBC.com juga pernah mengabarkan bahwa sejumlah survei mengatakan pemilih muda akan menjadi penentu kemenangan dalam Pemilu Legislatif 2014. Partai-partai politik pun berlomba merancang program kampanye mereka untuk memikat anak-anak muda ini. Sayang, program-program yang diusung parpol dinilai tidak menyasar kepentingan anak muda tapi sekedar membangun kedekatan psikologis saja. "Mereka mendekati pemilih pemula dengan gaya, dengan style jadi misalnya memakai ikon anak muda dan kemudian memakai cara bertutur anak muda tapi isu pemuda sendiri tidak jelas dirumuskan," kata peneliti senior Lembaga Survei Indonesia Dodi Ambardi.
Menurut Dodi, kepentingan anak muda ada dua yaitu sekolah dan pekerjaan. "Pekerjaan apa yang bisa ditawarkan yaitu membuka lapangan kerja, parpol tidak menyentuh itu tapi mereka menggunakan band anak muda, nyanyi nyanyi anak muda, jadi parpol hanya menggunakan gimmick saja, yang dipakai strategi psikologis kedekatan dengan kaum muda bukan kepentingan, tambahnya.
Pernyataan yang sama juga tercetus dari Ketua Umum GPND Prananda Paloh (Partai NasDem) mengatakan, GPND sengaja dibentuk sebagai wadah bagi para pemuda. Targetnya untuk meraup suara pada Pemilu 2019 nanti dengan target 15 juta pemilih dari kalangan pemuda. (liputan6.com)
Dalam sistem demokrasi, apapun itu asal membawa keuntungan, maka akan diraih walau dengan menghalalkan segala cara. Pemuda dilirik dengan berbagai kata-kata manis agar mau bergabung dalam sebuah partai politik. Selain itu, bonus demografi yang akan melanda Indonesia nanti tentunya akan dimanfaatkan pula oleh pihak dengan kepentingan politik tertentu dengan menggandeng pemuda untuk menyukseskan agenda politik.
Semakin jelas, bahwa paham demokrasi ini bukan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, tapi dari pihak yang punya kepentingan politik, oleh pihak yang punya kepentingan politik, untuk pihak yang punya kepentingan politik. Sudah saatnya untuk ganti dengan sistem yang baru.
Jangan jadikan sistem lama yang tak akan membawa kebaikan negeri, yang tak akan bisa menyadarkan generasi. Ganti dengan sistem Islam, sistem yang mampu mengurus umat mulai dari bangun tidur sampai bangun Negara.
Akan tetapi, Islam saat ini masih dipandang sebagai aturan dalam ranah ritual dan moral. Bahkan suatu keharaman membicarakan politik. Umat masih melihat dan menyamakan poltik Islam dengan politik demokrasi. Umat digiring pada pemahaman keliru. Padahal mereka dimanfaatkan lawan politik untuk meraup dukungan.
Ibarat maju kena, mundur kena. Lagi-lagi umat diombang-ambing. Jika hal itu terjadi, maka demokrasi telah menjerat dan menjebak pemikiran umat Islam yang jernih. umat harus sadar. Untuk menggantikan sistem demokrasi, dibutuhkan sebuah sistem yang sahih. Itulah Khilafah. Praktik demokrasi dengan bersandar pada sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) menyisakan persolan. Pemimpin yang korup.
Sistem yang berbelit. Bertumpu pada korporasi. Tak jarang penuh janji dan ilusi. Bahkan tak segan melakukan kebohongan pada rakyat. Serta menistakan rakyat sebagai pihak yang wajib diurusi. Belum lagi demokrasi digunakan sebagai alat intervensi politik oleh negara kapitalis demokrasi ke negeri kaum muslim.
Kembali kepada Khilafah merupakan tuntutan iman dan panggilan seruan Allah. Sistem Khilafah inilah pernah diterapkan dari masa Rasulullah SAW hingga khilafah terkahir di Turki Utsmani. Sistem ini telah memberikan kemaslahatan bagi semua rakyat.
Bahkan khilafah sebagai solusi untuk menepis keraguan umat selama ini. Jika para pemuda sebuah negeri baik, maka besarlah kebermanfaatan yang akan terwujud. Sebaliknya, jika para pemuda sebuah negeri buruk, maka besar pula keburukan yang akan terjadi.
Karena itu, telaah Alquran dan sejarah untuk membantah anggapan masa muda adalah masa labil dan pencarian jati diri. Bangkitlah para pemuda. Ambillah peran dan tanggung jawabmu untuk kejayaan Islam. Demi tegaknya agama Allah di bumi ini. Energimu masih besar. Semangatmu masih membara. Kobarkan dan pekikkan Allaahu Akbar! [MO]