Ustad Abu Janda al Boliwudi mempermasalahkan sebuah foto di mana bendera Arrayah berada di atas bendera Merah Putih. Harus dibedakan dengan bendera HTI.
Kalau saja Abu janda menggunakan matanya untuk membaca, penampilannya di ILC TV One beberapa waktu lalu tidak akan mempermalukan dirinya sendiri. Entahlah apakah Abu Janda masuk dalam golongan penulis atau penyinyir. Kalau penulis, membaca itu hukumnya wajib. Menulis tanpa membaca seperti memasak tanpa paham menu. Mestinya pake micin tapi malah pake jahe.
Seperti kerasukan setan komandan Kompeni ( belum dengar ya jenis setan itu? ) Abu Janda memerintahkan polisi menangkap pembawa bendera hitam bertuliskan lafadz syahadatain. Suaranya lebih keras dari komandan upacara. Kosa katanya khas, “ Tangkaaaaaap. “
Untuk mengurangi sedikit rasa malunya sebelum terlanjur ada yang bertanya dalil, buru-buru Abu Janda mengaku bukan ustadz. Dia juga buru-buru menolak menolak jika ada yang ada menyebut bendera itu adalah bendera Rasulullah. Dengan sok pede, dia memberi contoh bendera Rasulullah.
Karena matanya cuma digunakan buat menggoda jejaka kampung sebelah, walhasil dia dipermalukan ust. Felix yang dengan akurasi pas mantab dengan sedikit jurus sombong untuk orang sombong, bahwa gambar yang ditunjukkan oleh Abu Janda adalah bendera Utsmani. Mata Abu janda langsung menyipit seperti orang teler.
Untuk menutupi rasa malunya, Abu Janda tetap ngotot kalau bendera hitam bertuliskan syahadatainadalah bendera HTI. Kalau saja mata Abu Janda digunakan untuk membaca, sedikit meluangkan waktu mengunjungi website resmi ini.
Pernyataan resmi Mendagri menyebutkan, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Soedarmo membantah berita yang mengakabarkan kalau dirinya melarangan pengibaran bendera tauhid yang identik dengan logo dan lambang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Yang kami larang itu adalah bendera dengan simbol HTI, bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau HTI ini mencantumkan tulisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di bawah kalimat Laillahaillallah,” kata Soedarmo lewat pesan singkatnya pada, Sabtu 22 Februari 2017 lalu.
Menurut dia, media tersebut menyebarkan informasi yang sifatnya provokatif tanpa melihat dampak yang akan timbul bagi bangsa dan negara ke depannya. Ia juga mengimbau agar publik tak bersikap reaktif dan terpancing dengan berbagai isu-isu pemberitaan seperti ini.
Sangat mengherankan dari jutaan pasang mata yang menyaksikan Reuni 212, cuma Abu Janda yang punya foto bendera Arrayah berada di atas bendera Merah Putih. Dari mana foto itu? Siapa pembawa foto itu? Dari sejumlah foto, video yang beredar, bendera Merah Putih selalu ditaruh di atas bendera Arrayah.
Kalau pun foto itu benar, maka bahasanya kan bukan, “tangkaaaap” tapi minta kepada polisi untuk menyelidiki kebenaran foto itu dan minta untuk menindaknya. Jadi sangat mencurigakan. Jangan-jangan… ah sudahlah.
Kembali ke soal bendera. Kalau pake logika paspasan Abu Janda, bahwa setiap bendera warna hitam bertuliskan syahadatain pasti bendera HTI, maka Polandia menghina bendera kita karena menggunakan bendera terbalik. Monaco juga harus dituntut karena “menjiplak” bendera kita.