Korban Salah Tembak Polisi Meningkat, Polri Diminta Evaluasi Senjata Api Anggotanya
Berita Islam 24H - Indonesian Police Watch (IPW) mencatat adanya peningkatan kasus salah tembak yang dilakukan polisi. Hal itu dinilai menjadi salah satu alasan Polri mengevaluasi keberadaan senjata api anggotanya.
Presidium IPW Neta S. Pane menyebut dari 400.000 anggota Polri hanya 20 persen yang memiliki senjata api. Menurutnya, sebagian besar senjata itu sangat tidak layak, antara lain berkarat, sudah tua dan hasil kanibal dari sejumlah senjata api yang rusak.
Dia menilai kondisi persenjataan anggota Polri itu menyebabkan kerap terjadinya kasus salah tembak. Polisi yang hendak menembak pelaku kejahatan malah salah sasaran, sehingga justeru anggota masyarakat yang menjadi korban. “Tahun 2014 ada 13 kasus salah tembak, dan 2015 ada 20 kasus,” kata Neta melalui pernyataan tertulis, Selasa (03/10).
Selain itu, Neta mengklaim persenjataan juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah polisi yang tewas akibat kebrutalan pelaku kejahatan. Dia menyebutkan pada tahun 2012 ada 29 polisi tewas akibat ulah pelaku kejahatan, 27 di tahun 2013, 41 pada tahun 2014, dan 2015 ada 10 polisi terbunuh penjahat.
Neta menambahkan maraknya ancaman terorisme dan makin banyaknya pelaku kejahatan bersenjata api, jadi ancaman bagi masyarakat dan anggota polisi. “Untuk itu Polri perlu mengevaluasi keberadaan senjata api anggotanya dan segera membenahi dan melengkapinya,” ujarnya.
Dia menyebut pilkada serentak tahun 2018 dan Pilpres tahun 2019 tingkat kerawanannya sangat tinggi, sehingga Polri perlu mengantisipasinya. Salah satu caranya, polisi melengkapi dan membenahi peralatan tugas kepolisian di lapangan.
“Kapolri tidak boleh mendiamkan kondisi ini. Minimnya senjata api yang dimiliki Polri akan berdampak pada anggota kepolisian di lapangan,” ungkap Neta.
Terkait persenjataan, Polri tengah menjadi sorotan setelah impor senjata mereka tertahan di Bandara Soekarno Hatta. Didatangkan dari Bulgaria, senjata berat itu berjenis Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) kaliber 40 x 46mm sebanyak 280 pucuk. Senjata itu dikemas dalam 28 kotak (10 pucuk/kotak), dengan berat total 2.212 kg. Selain itu juga amunisi RLV-HEFJ kaliber 40x 46mm, yang dikemas dalam 70 boks (84 butir/boks) dan 1 boks (52 butir). Totalnya mencapai 5.932 butir (71 boks) dengan berat 2.829 kg.
Ratusan senjata berat dan ribuan amunisi itu tertahan karena belum menuntaskan rekomendasi dari Badan Intelijen Strategis (Bais) dan kepabeanan. Sebelumnya, masyarakat juga dihebohkan oleh pernyataan Panglima TNI Gatot NUrmantyo perihal 5.000 senjata impor ilegal. [beritaislam24h.info / kn]