Jelang Persiapan Pilgub Jabar, Calon Yang Didukung PDIP Akan tetap `Keok`
Berita Islam 24H - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) disebut-sebut akan mendukung Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, berlaga dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018, kian dekat. Namun, berbagai kalangan menyayangkan hal itu. Diprediksi, Dedi bakal kalah jika 'mengamini' dukungan PDIP tersebut.
Beberapa faktor yang memengaruhi merosotnya pamoritas partai berlambang banteng moncong putih itu, disebut-sebut dapat melemahkan setiap sosok calon yang akan berlaga dalam setiap pertarungan. Seperti desakan PDIP agar TAP MPRS terkait PKI dicabut, juga faktor 'Ahok Effect' akan terus melekat pada PDIP. Partai ini juga dituding sudah melupakan rakyat kecil.
Pengamat politik, Uchok Sky Khadafi menduga, tak kunjungnya partai Golkar dan PDIP mendukung Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur Jawa Barat, tak lebih sebagai strategi politik semata.
"PDIP bukan enggan atau tidak mau mendukung Dedi. Tapi Dedi seakan tampak tidak mau didukung oleh partai ini (PDIP). Karena untuk kebutuhan strategis," ujar Uchok saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/10/2017).
Dengan demikian, menurutnya, kalau Dedi tidak didukung oleh partai ini, diharapkan pilkada Jabar akan memunculkan banyak pasang calon untuk memecahkan suara. Dan menghindari serangan cyber army kepada diri Dedi.
"Kalau didukung oleh PDIP, pilkada Jabar hanya dua pasang calon, dan Dedi pasti kalah, dan nasibnya akan sama seperti Ahok, diarahkan menjadi musuh bersama. Maka itu, tidak didukung oleh PDIP pun, Dedi tak perlut galau dan risau," imbuh dia.
Selain itu, kata dia, Dedi Mulyadi masih belum dipercayai publik Jabar. Menurut dia, Dedi terlalu berambisi. "Serta nafsu untuk menjadi orang nomor satu di gedung sate," pungkasnya.
Pembersihan
Disisi lain, timbul anggapan, jika mengacu pada realita kegagalan beberapa paslon PDIP dalam Pilkada serentak, serta minimnya kader-kader yang dianggap 'qualified', maka diyakini pada Pilgub Jabar 2018 mendatang, PDIP semakin terpuruk. Dan tentu, Dedi akan mengalami kekalahan.
"Jika melihat kondisi saat ini, tentu bisa terpuruk," kata Pengamat Politik dari Budgeting Metropolitan Watch (BMW) Amir Hamzah di Jakarta, Senin (2/10/2017).
Terlebih, lanjut dia, adanya anggapan dugaan masyarakat terutama para wong cilik bahwa pimpinan pusat PDIP bersikap tak komitmen dan berintegritas dalam membela wong cilik. Menurutnya, jika PDIP tak mau lebih cepat alami kehancuran hingga ditinggalkan masyarakat, disarankan agar PDIP segera lakukan pembersihan internal partai.
"Baik secara ideologi serta mengembalikan peran kader-kader marhaenis sejati," ungkapnya.
Ia menilai, dengan kedewasaan berpikir kritis masyarakat dan keterbukaan informasi, kekecewaan utama loyalis pendukung PDIP sangat terluka dengan adanya kerjasama pendidikan kader yang dilakukan PDIP dengan Partai Komunis Cina.
"Ini merupakan kebijakan dan kesalahan fatal yang dilakukan pimpinan pusat PDIP yang terlihat mengabaikan jargon 'Jas Merah'," jelas dia.
Ia menilai, akibat dari arogansi pimpinan pusat PDIP lebih utamakan kepentingan nominal berkedok demokrasi. Terlebih, terpidananya Ahok selaku calon kepala daerah dari PDIP justru akibatkan gelombang penolakan masyarakat kepada siapapun calon kepala daerah usungan PDIP.
Masyarakat, menurut dia, jelas tak akan melupakan dugaan khianatnya PDIP saat dua kali diberi kesempatan jadi Penguasa NKRI. Dimana, realita kebijakan PDIP sebagai penguasa lebih banyak mengutamakan kepentingan pemodal dibanding mengutamakan kebutuhan masyarakat.
Menurut dia, ingatan luka masyarakat kembali memuncak akibat intervensi keputusan pemerintah oleh pimpinan PDIP baik kebijakan strategis pemerintah pusat maupun menghalalkan segala cara demi kemenangan Ahok.
Rajin Lobi
Adapun Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku selama ini sudah rajin melobi tiga partai politik selain Golkar untuk membahas pencalonannya di Pilgub Jabar 2018.
"Selama ini dengan Hanura, Gerindra, dan PDIP sudah intens komunikasi kami," kata dia setelah menemui Ketua Dewan Pembina Golkar, Aburizal Bakrie di Bakrie Tower, Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, kemarin.
Ketua DPD Gerindra Jawa Barat, Mulyadi sudah mengakui telah berkomunikasi dengan Dedi Mulyadi. Menurut dia, Dedi berpeluang mendapat dukungan dari koalisi poros baru, yakni PPP, Gerindra, PAN dan Demokrat.
"Komunikasi menentukan. Kalau secara formal, dia datang ke DPD (Gerindra) membangun komunikasi khusus soal Pilgub Jabar. Kami terbuka saja selama untuk kebaikan masyarakat," kata Mulyadi di Jakarta, Senin (2/10/2017).
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua DPP Gerindra Fadli Zon. Menurut dia, Dedi Mulyadi ialah salah satu kandidat yang menjadi pertimbangan DPP Gerindra. "Pak Dedi kami pertimbangkan. Ada namanya. Nanti kita lihat saja," kata Fadli di Gedung DPR, kemarin.
Informasi ini menegaskan bahwa keputusan Gerindra memberikan dukungan kepada pasangan Dedy Mizwar dan Ahmad Syaikhu sebagai Cagub dan Cawagub di Pilgub Jabar 2018 benar-benar akan berubah. Apalagi, DPD Gerindra Jawa Barat sudah mencabut dukungannya ke pasangan ini. [beritaislam24h.info / htc]