-->

Geger Pribumi: Anis Terlalu Soekarno Jadi Ada Yang Marah !

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Gubernur dan Wakil Gubernur  DKI Terpilih Anis-Sandi

Anies Terlalu Soekarno

Oleh Don Zakiyamani
Ketua Umum Jaringan Intelektual Muda Islam (JIMI)


Mediaoposisi.com-Kata Pribumi belakangan ini menjadi populer, elektabilitas kata Pribumi pun semakin meningkat. Pribumi menjadi populer bukan karena maknanya akan tetapi siapa yang mengucapkan kata tersebut. Anies sebagai gubernur DKI Jakarta memang fenomenal, mampu mengalahkan tokoh yang memiliki pemuja se-antero nusantara, Ahok.

Anies ingin membongkar orang-orang yang mendua terhadap negeri ini. Sejauh ini Anies sukses, mereka yang tak paham sejarah dan 'miskin' literasi akan merespon pidato Anies sebagai rasis. Bila kita bandingkan dengan pidato Soekarno, pidato Anies belum seberapa. Soekarno malah memprediksi negeri ini akan dijajah bangsa sendiri. Soekarno paham betul dengan karakter bangsa kita. Rasiskah Soekarno?

Apabila kita menyebut Belanda sebagai penjajah, apakah tuduhan rasis akan dijatuhkan kepada kita. Pidato Anies memiliki dua subjek penting, yang pertama Pribumi dan subjek antagonis; kolonialisme. Ada penambahan isme yang berarti paham, bukan sekedar menjajah. Itu artinya luas, demikian pula kata pribumi yang berarti bisa siapa saja, dari suku dan agama apapun.

Anies mengingatkan kita pada pesan Soekarno, itulah mengapa kalimatnya dimulai dengan historical fact. Respon negatif bahkan melaporkan pidato Anies ke pihak berwajib (polisi), menunjukkan belum siapnya bangsa ini berdinamika apalagi diskusi secara sehat. Selain itu, kapitalisme yang selama ini menguasai bangsa Indonesia tampaknya terganggu. 

Anis-Sandi
Melalui media yang sahamnya mereka kuasai, para konglomerat mulai menggoreng isu itu sebagai diskriminasi dan rasis. Mereka menggiring opini publik untuk menuduh Anies sebagai gubernur rasis. Skema ini massif dan tersruktur serta terencana. Polemik muncul, hari ini jawabanpun tersaji, nasionalisme dianggap rasis, patuh kolonial dianggap demokratis.

Konsekuensi itu yang harus dihadapi Anies, ketika ia mencoba membangkitkan gairah bernasionalisme. Ia harus menghadapi realitas bahwa pendapat Soekarno tak sepenuhnya diterima bangsa ini. Nasionalisme telah diganti dengan multinasionalisme, dan Anies sepertinya memiliki pekerjaan rumah yang lebih berat dari perkiraan sebelumnya.

Anies paham bahwa saat ini Indonesia sedang dikuasai kolonialisme. Walaupun bukan secara fisik sebagamaina realitas masa lalu. Kini, para penghisap SDA kita menggunakan cara-cara soft. Membantu calon pemimpin dan meminta balas jasa setelah terpilih. Mereka menekan pemimpin Indonesia agar kepentingan ekonominya terakomodir. 

Anies ingin mendombrak itu, satu hal Anies tidak antisipasi ialah kekuatan media. Anies harus menghadapi para pemegang saham media-media besar, ucapan Anies sangat membahayakan kepentingan mereka di Indonesia. Mereka juga para pemegang saham diperusahaan besar di Indonesia. Setidaknya ucapan Anies akan mengalihkan perhatian kita pada akuisisi Indosat, reklamasi, kreta api cepat Bandung-Jakarta, dan Meikarta.

Nasib Anies bisa saja seperti Soekarno, setidaknya mulai terindikasi demikian. Bagi kapitalisme, sosok nasionalisme merupakan ancaman. Soekarno dan Anies memiliki itu, wajar bila Anies seperti membangkitkan kaum borjuis untuk menghantam dirinya. Isu rasis satu-satunya jalan untuk membungkus kebencian kapitalisme dan kolonialisme pada pemimpin nasionalis.



Soekarno mulai digoyang ketika ia bermaksud melakukan nasionalisasi perusahaan yang menghisap SDA. Pidato Anies pun mengarah kesitu, wajar saja dengan segala sumber daya yang dimiliki kaum penjajah bereaksi keras. Salah satu umpan yang dimakan segala kalangan ialah isu rasis. Isu yang mudah dikonsumsi segala kalangan termasuk mereka yang bergelar akademisi.

Isu rasis sudah menginfiltrasi pikiran rakyat Indonesia, polarisasi antara pro dan kontra terhadap pidato Anies terus berlanjut. Semakin tak jelas mana yang benar-benar rasis dan mana yang nasionalis. Bila nasionalis dituduh rasis, maka Soekarno dan Hatta sekalipun akan dianggap rasis jika hidup di zaman ini. Anies memang terlalu Soekarno dan dia harus siap di Soekarnokan. Jika melihat geger pribumi di pidato Anis dimana pribumi disingkirkan, Etnis China Kuasai ekonomi itu memang faktanya, namun penyebab utamanya bukanlah etnis, tetapi Kapitalisme Liberal yang atas nama Pancasila.[MO/dn]










Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close