-->

"Bangga Jadi Pribumi" ! Ada Pantun Betawi, Pepatah Minang hingga Petuah Minahasa di Pidato Anies Baswedan

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen


Selama 23 menit, Anies Baswedan menyampaikan pidato inagurasinya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Senin (16/10) di Balai Kota. Dalam kesempatan itu pula, Anies didapati menyelipkan beberapa petuah lokal dari sejumlah wilayah di Indonesia. Mulai dari petuah Aceh, Batak, Minang, Betawi, Madura hingga Minahasa.

Petuah lokal yang pertama kali disampaikan Anies berasal dari tanah Batak. Yaitu Holong manjalak holong, holong manjalak domu. Ungkapan yang berbicara seputar kasih sayang untuk merajut kembali persatuan yang sempat rapuh selama Pilkada DKI 2017.

“Pepatah Batak mengatakan kasih sayang mencari kasih sayang, kasih sayang menciptakan persatuan. Ikatan yang kemarin sempat tercerai mari ikat kembali. Mari kita rajut kembali, mari kita kumpulkan energi yang terserang menjadi energi untuk membangun kota ini sama sama,” ungkap Anies.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu selanjutnya meminjam pepatah Madura. Melalui pepatah itu, Anies berpesan agar masyarakat Jakarta tidak lagi ditindas oleh kepentingan asing.

“Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami,” sambungnya.

Ada lagi pepatah Aceh. Yang satu ini dibawakan Anies untuk meruntuhkan sekat sekat yang menjadi penghalang antar komponen masyarakat, terutama dalam persoalan ekonomi. Ia berkeinginan agar warga Jakarta saling berinteraksi satu sama lain.

“Seringkali kita melewatkan persoalan persatuan. Ada pepatah Aceh mengatakan ‘Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub’. Persatuan dan keguyuban ini yang harus kita perjuangkan,” ucapnya.

Selanjutnya Anies berjanji untuk mewujudkan kesepahaman antara warga Jakarta. Ia pun mengutip petuah Minangkabau yang berbunyi Tuah Sakato. Anies mengatakan “Ada banyak majelis. Kita hidupkan semuanya. Musyawarah kota terutama untuk menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman. Kalau kata orang Minang, istilahnya dalam kesepakatan itu terkandung tuah tentang kebermanfaatan.”

Anies juga menyinggung bahwa semua pihak harus mendukung pembangunan Jakarta. Baik masyarakat, maupun pemerintah dan para stakeholder terkait. Untuk menggambarkan hal ini, dia meminjam pepatah Banjar, salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu.

“Artinya, satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna, hubungan erat antarelemen masyarakat, saling setia dan saling mendukung satu sama lain. Ini Jakarta yang akan kita bangun dalam lima tahun ke depan,” ucap dia.

Anies juga meminjam petuah Minahasa. Pepatah ini disampaikan saat menyinggung bahwa pemimpin harus berguna bagi masyarakatnya. Pemimpin harus menjadi pembawa berkah bagi masyarakatnya.

“Pepatah Minahasa, sitou timou tumou to. Maknanya, manusia hidup untuk menghidupi orang lain, menjadi pembawa berkah bagi semua. Ini sebuah pengingat bagi manusia, terutama bagi pemimpin,” ujar Anies.

Terakhir, menjelang penutupan pidatonya, Anies membawa sebuah pantun yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Betawi.

Bekerja giat di kali anyar
Mencuci mata di Kampung Rawa
Lusurkan niat teguhkan ikthiar
Bangun Jakarta bahagiakan warganya

Cuaca hangat di Ciracas
Tidur pulas di Pondok Indah
Mari berkeringat bekerja keras
Tulus ikhlas tunaikan amanah.

kiblat


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close