Oleh: Kholil
(Direktur Lingkar Opini Rakyat-LOR)
Masa kekinian, pemahaman politik identitas begitu menggeliat. Peristiwa demi peristiwa telah membuktikan bahwa rakyat yang mayoritas muslim menunjukan identitas politiknya. Mau tidak mau ini adalah angin segar bagi perkembangan politik Indonesia ke depan.
Fenomena Bobby Febri, mahasiswa UI dari Gerakan Mahasiswa Pembebasan, yang membuat vidio pendek dengan menolak pemimpin kafir menjadi viral. Video itupun diikuti dengan pidato Al Maidah ayat 51 di pulau Pramuka. Efeknya penolakan besar-besaran rakyat dan menuntut untuk menghukum penista agama. Meski demikian, Buni Yani akhirnya menjadi korban karena dianggap menyebar potongan video yang menyebabkan protes keras dan ujaran kebencian.
Aksi Bela Islam pun tak terhindarkan. ABI pertama terlaksana pada 14 september 2016, dikoordinir oleh FPI. Aksi itu sebagai tuntutan rakyat karena hukum enggan menyentuh terduga pelaku yang menistakan agama. Dilanjut dengan aksi bela Islam dengan peserta terbanyak, di prediksi sampe 7 juta lebih, terjadi penangkapan aktifis sebelum acara tersebut, 1. Ahmad Dhani, 2. Mayjen (purn) Kiflan Zein, 3. Rahmawati Soekarnoputeri 4. Ratna Sarumpaet, 5. Sri Bintang Pamungkas 6. Aditiawarman. Tidak cukup sampai di situ beberapa tokoh juga dicoba kriminalisasi, semisal Habib Rizieq Syihab, Amien Rais, dan ustadz Bachtiar Nasir
Dirasa pemerintah belum banyak berbuat adil, rakyat melakukan aksi kembali disebut aksi 112 dan 212 jilid 2. Aksi 313 di bulan maret yang menuntut agar Ahok dihentikan sebagai gubernur, hingga aksi pada selasa 9 Mei 2017 saat pembacaan vonis Ahok dan resmilah Ahok ditetapkan bersalah dan harus ditahan.
Kini, aksi rakyat tak berhenti. Pasca Perppu 2/2017 yang mengorbankan HTI, kelompok lain merasa terancam terkait kebebasan berserikat dan berkumpul. Nasib politik identitas ke depan seolah dimatikan. Nasib Perppu itu menuai polemik dan penolakan. Bukti rakyat masih sadar dan berfikir.
Ke depan, politik identitas ini akan tampak dalam segala lini politik. Warna perpolitikan di Indonesia akan beragam. Tampaknya rakyat yang mayoritas muslim akan memberikan corak politik Islam dalam menentukan arah perubahan hakiki. Unik dan menarik untuk terus diikuti.[Mo]