Tito Baru Bisa Pamer Sketsa
Berita Islam 24H - Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan hingga kini belum terungkap. Setelah memeriksa sejumlah saksi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, kemarin, memamerkan sketsa wajah yang diduga sebagai pelaku. Kasus ini pun menjadi ujian bagi Tito. Akankah dia lulus?
Kemarin, Tito menghadap Presiden Jokowi membahas kasus teror tersebut. Dia tiba di Istana Negara dengan mobil dinas pukul 14.20 WIB. Tito datang melalui pintu samping sisi barat, atau dari Wisma Negara. Kedatangan Tribrata 1 itu dijaga ketat. Wartawan tak diperbolehkan mendekat. Pertemuan juga berlangsung tertutup.
Seusai pertemuan selama dua jam itu, Tito mengungkapkan, Jokowi memerintahkannya untuk lekas mengungkap kasus itu. "Beliau memerintahkan agar dituntaskan sesegera mungkin, itu perintah beliau," ungkap Tito. Eks Kadensus 88 itu menyebut, dirinya sudah menjelaskan langkah-langkah kepolisian untuk mengungkap kasus itu. "Tapi kadang-kadang, ada kendala di lapangan," selorohnya.
Kendala dalam penyelidikan tersebut adalah tidak ada sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP). Saat di-sweep menggunakan serbuk, itu masih basah sehingga sidik jari tidak terbaca. "Jadi serbuknya tidak bisa membaca sidik jari," imbuhnya.
Selain itu, saat penyiraman air keras terjadi, tak ada satupun saksi yang melihat. Hanya ada dua perempuan yang berjalan di dekat Novel. Namun, keduanya tidak melihat wajah pelaku.
Tito menjelaskan, korpsnya sudah memeriksa 59 saksi. Dari jumlah itu, lima orang pernah diamankan. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif dan mendalam, penyidik tidak mendapatkan hubungan mereka dengan peristiwa penganiayaan terhadap Novel. Kepolisian juga sudah memeriksa 50 rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian serta memeriksa sekitar 100 toko kimia yang menjual H2SO4, air keras yang disiramkan pada Novel.
Kini, Tito menyebut, kepolisian telah mendapatkan saksi penting. Namun, demi alasan keamanan, nama saksi tak diungkapkannya. Saksi itu melihat seseorang yang mencurigakan berdiri di dekat masjid tempat Novel salat, lima menit sebelum peristiwa penyiraman air keras terjadi. Kepolisian menduga orang ini mengendarai sepeda motor. Berdasarkan keterangan saksi itulah, kepolisian membuat sketsa orang mencurigakan itu. "Kami bekerja sama dengan kepolisian Australia, AFP, rekonstruksi sistem komputer," ujar Tito.
Setelah dibuat berulangkali, sketsa itu akhirnya rampung dua hari lalu. Kapolri menunjukkannya kepada para wartawan. Tito menyebut, tinggi badan pelaku berkisar antara 167 sampai 170 sentimeter. Kulitnya agak hitam, rambut keriting dan postur badan cukup ramping. "Nah, kalau kita lihat ini agak berbeda dengan orang-orang yang diperiksa sebelumnya," ujar Tito.
Mereka yang diperiksa, tinggi badannya tak sampai 160 cm. Yang terakhir, Ahmad Lestaluhu, hanya memiliki tinggi badan 157 cm. Wajahnya juga berbeda dengan wajah orang yang dibuat sketsa. Selain Lestaluhu, korps baju coklat pernah memeriksa Hasan dan Mukhlis yang merupakan "mata elang", serta Mi dan MSH. "Dari lima orang ini semua saksi mengatakan negatif, mereka bukan pelakunya dan kami sudah mendalami lima orang ini alibinya tidak ada di TKP," tegasnya.
Tito mengaku perkembangan pengusutan kasus teror ini juga sudah dilaporkan kepada KPK 16 Juni 2017. Saat itu, Tito dan Kapolda Metro Jaya yang masih dijabat Irjen M Iriawan menyambangi komisi antirasuah. Tito juga menegaskan, saat itu dia sudah menawari pimpinan KPK untuk membentuk tim gabungan, mulai penyelidikan hingga analis. Karena itu, menurutnya pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) tidak diperlukan. TPF, juga dianggapnya tak pro justicia, artinya hasilnya tidak bisa langsung dijadikan barang bukti penyidikan dan dibawa ke pengadilan.
"Saya pikir kita cukup percayakan kepada institusi KPK juga. Karena teman-teman KPK cukup kredibel. Selama ini tim Polri bekerja. Oke, kalau dianggap kurang kredibel. Tapi saya kira tim KPK dipercaya publik, jadi mengapa tidak digabungkan saja tim Polri dan KPK," tuturnya. Dia mempersilakan KPK mengevaluasi atau mengecek kembali hasil penyelidikan dan penyidikan yang telah dilaksanakan Polri dalam perkara itu. Dengan begitu, persepsi negatif masyarakat kepada Polri bisa dihindari. "Kami sudah sangat terbuka ya kepada tim KPK yang bergabung untuk mengecek kembali alibi-alibi itu," tegasnya.
Pekan ini, kepolisian akan kembali melakukan pembicaraan dengan komisioner KPK untuk membahas langkah-langkah pengusutan kasus Novel. "Soal memverifikasi teknis hal-hal apa saja yang sudah dilakukan oleh Polri sebelumnya," ujarnya.
Tito juga meminta pimpinan KPK mendampingi penyidiknya memeriksa Novel di Singapura. Menurutnya, Ketua KPK Agus Rahardjo sudah berjanji untuk melakukan hal itu. "Namun sampai hari ini informasi dari KPK untuk keberangkatan ke Singapura belum kami terima," tutur Tito. Pemeriksaan itu, katanya, untuk mengklarifikasi tudingan Novel yang menyebut ada jenderal polisi yang terlibat dalam kasus penyiraman air keras terhadap dirinya. Kemungkinan, tim penyidik akan berangkat ke Singapura pekan ini. [beritaislam24h.info / rmol]