Tim Survei UIN: Ridwan Kamil Kenapa Seperti Kebakaran Jenggot
Opini Bangsa - Tim survei dari Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati memberi tanggapan terkait pernyataan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang mempertanyakan tentang hasil survei popularitasnya turun. Menurut perwakilan dari Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati sebagai pembahas hasil survei, Asep Saeful Muhtadi, hal tersebut sebenarnya tak harus dipertanyakan.
Sebab menurutnya, popularitas itu tak hanya ditentukan oleh tahu atau tak diketahuinya seseorang. Tapi, ditentukan banyak faktor.
"Kenapa harus mempertanyakan dan agak seperti kebakaran jenggot saat popularitasnya turun? Memangnya, orang lain gak boleh populer? hanya beliau yang bisa populer?," ujar Asep kepada Republika.co.id, Kamis (6/7).
Asep menjelaskan, popularitas ditentukan oleh banyak hal. Salah satunya, karena responden yang disurvei orangnya berbeda. Bahkan, responden survei bisa berbeda 50 persen. Selain itu, ia mengatakan popularitas seseorang di pengaruh juga oleh calon yang lain. Saat ada calon yang popularitasnya naik, pasti di sisi lain ada calon yang popularitasnya turun.
"Satu sama lain akan mempengaruhi kan harus 100 persen," katanya.
Faktor lain yang menyebabkan popularitas turun, kata dia, karena ada tindkan-tindakan yang dianggap tak populer. Misalnya, pilihan partai yang menjadi pendukung Ridwan Kamil adalah Nasedem. Keputusan itu, bagi masyarakat tak populer.
"Masyarakat sudah terlanjur menilai pilihan itu jadi popularnya calon bukan hanya karena dia dikenal," ucapnya.
Asep mengatakan, tim dari Pasca UIN Sunan Gunung Djati sudah sangat berhati-hati dalam melakukan survei. Walaupun, memang ia tak bisa mengklaim hasil surveinya yang paling benar.
"Emil memang turun popularitasnya, ini bukan hanya hasil dari survei kami. Beberapa survei juga hasilnya begitu, harusnya ini dijadikan evaluasi," katanya.
Sebelumnya, tingkat popularitas dan elektabilitas Ridwan Kamil mulai turun dan tergerus sejumlah tokoh seperti Deddy Mizwar, Iwa Karniwa dan Dedi Mulyadi. Hal ini tersebut, terlihat dari hasil survei Pilgub Jabar 2018 yang dirilis Program Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Survei ini, menunjukan fluktuasi tingkat popularitas dan elektabilitas sejumlah calon.Menurut Direktur PPS UIN Gunung Djati Agus Salim Mansyur, berdasarkan Hasil Survei ke-2 terhadap bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat untuk periode 2018-2023 dalam jangka waktu 22 Mei – 4 Juni 2018 terdapat lima bakal calon yang memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas memadai untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat 2018.
Mereka adalah Deddy Mizwar, Ridwan Kamil, Dede Yusup, Iwa Karniwa, dan Dedi Mulyadi.
"Tingkat popularitas mereka, mengalami fluktuasi jika dibandingkan dengan hasil survei pertama yang diselenggarakan 20 Maret – 1 April 2017," ujar Agus dalam rilis resminya pada wartawan di Bandung, Selasa (4/7).
Agus mengatakan, survei dilakukan dengan sampel 5.000 warga Jawa Barat yang sudah memiliki hak pilih. Pada survey kedua ini, tingkat popularitas Deddy Mizwar berada pada rangking pertama menggeser Ridwan Kamil menjadi posisi kedua.
Popularitas Deddy Mizwar, kata dia, meningkat dari 18,65 persen pada survey pertama menjadi naik 19,71 persen di survey kedua. Sedangkan Ridwan Kamil, menurun dari 24,28 persen pada survei pertama menjadi 18,49 persen pada survei kedua.
Ketiga bakal calon lainnya mengalami pergeseran, kata dia, adalah Dede Yusuf meningkat dari 15,68 persen menjadi 17,41 persen, Iwa Karniwa meningkat dari 8,99 persen menjadi 13,88 persen, dan Dedi Mulyadi meningkat dari 10,70 persen menjadi 11,60 persen.
Tim peneliti PPS UIN pun, kata dia, menemukan bahwa tingkat elektabilitas calon gubernur tersebut sama mengalami pergeseran dari survey pertama ke survey kedua.
"Walaupun tingkat elektabilitas Ridwan Kamil masih pada peringkat pertama pada survey kedua, tetapi mengalami penurunan yang tajam," katanya. [opinibangsa.id / rol]