Gak Nyangka, Korban Bully Universitas Gunadarma Ingin Dipanggil dengan Sebutan Ini
Opini Bangsa - Korban bully Universitas Gunadarma, Muhammad Farhan memang cukup berbeda dibanding remaja seusianya. Tapi, ia enggan disebut sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dalam kesehariannya, meski sedikit tertutup, Farhan masih bisa berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Karena itu, ia enggan disebut ABK dan lebih suka disebut dengan julukan Si Kutu Buku.
Pasalnya, Farhan memang sudah gemar membaca, mulai dari majalah, koran atau buku apa saja sejak ia berusia dua tahun.
“Paling senang belajar. Suka baca buku. Dari umur dua tahun sudah suka baca,” katanya kepada Jawapos.com (grup pojoksatu.id) sembari tersenyum.
Terbukti, buku dan gadget pun nyaris tak pernah lepas dari tagannya.
“Saya sedang belajar. Besok mau Ujian Akhir Semester (UAS). Jangan ganggu lama-lama ya,”
Farhan mengaku, buku yang kerap dibacanya pun beragam. Mulai dari buku novel bertema fiksi, detektif, horor, hingga sejarah.
Saat ditanya masing-masing judulnya, Farhan pun antusias dan tahu seluruh alur ceritanya.
“Bacanya tergantung apa yang lagi ingin dibaca. Tapi paling suka novel fiksi horor seperti Ghostbumps. Detektif suka Sherlock Holmes atau Agatha Christy. Sejarah juga suka,” ungkapnya.
Saat belajar, Farhan selalu tak lepas dari buku dan laptopnya. Dia belajar usai Mahgrib hingga larut malam. Kemudian, dilanjutkan kembali usai salat Subuh.
“Terus, nonstop kalau lagi iseng, paling suka belajar soal program komputer. Jadi itu yang bikin saya terus semangat kuliah,” katanya.
Dijumpai di rumahnya, Farhan memang tidak bisa disebut ABK karena dia bisa berinteraksi dengan orang lain.
Farhan juga menyapa setiap orang yang ditemuinya dengan sopan dan tersenyum. Namun, dia seperti memiliki dunia sendiri saat membaca buku dan belajar. [opinibangsa.id / psi]