-->

Di Jepang, Mereka yang Mundur dari Jabatan karena Skandal Korupsi

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Di Jepang, Mereka yang Mundur dari Jabatan karena Skandal Korupsi

Opini Bangsa - Ketua DPR Setya Novanto sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Namun Setya mengatakan penetapan ini sebagai sebuah kekeliruan dan fitnah.

Meski sudah menjadi tersangka korupsi proyek e-KTP, Setya yang juga Ketua Umum Golkar ini masih tetap menjabat sebagai Ketua DPR. Dia mengatakan akan terus berjuang dan membuktikan dirinya tidak bersalah dalam kasus ini.

Lain Setya, lain juga dengan pejabat-pejabat di luar negeri yang memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya saat mereka tersandung skandal. Misalnya saja di Jepang.

Melakukan kesalahan dan mengabaikan tanggung jawab rasanya tak ada dalam kamus masyarakat Jepang. Serangkaian budaya seperti harakiri menjadi salah satu ‘tindakan’ yang dilakukan masyarakat Jepang bila dirinya melakukan kesalahan atau lalai dalam mengemban tanggung jawab.

Tak heran, para pejabat Jepang tak segan untuk mengundurkan diri bila diduga dan terbukti melakukan kesalahan dan terlibat skandal yang merugikan masyarakat luas. Begitupun dengan para pejabat di Korea Selatan.

Berikut adalah beberapa pejabat yang terjerat skandal dan memutuskan untuk mengundurkan diri:

Park Hee Tae, 2011

Di tahun 2012 silam, Park Hee Tae yang menjabat sebagai Kepala Parlemen di Korea Selatan disebut melakukan penyuapan untuk mendapatkan jabatan sebagai kepala partai. Melalui juru bicaranya, Park mengungkapkan permintaan maaf terkait kasus yang menjerat dirinya.

“I say to the people that I’m sorry,” kata Park melalui sebuah pernyataan tertulis yang dibacakan oleh juru bicara Han Jong-tae dalam sebuah konferensi pers.

Dalam pernyataannya, Park yang berusia 74 tahun saat mengundurkan diri itu tidak mengungkapkan secara detail mengenai kasus yang menjerat dirinya. Namun, ia menyatakan siap bertanggung jawab atas skandal yang telah ia buat--lalu berujung pada kekacauan dalam tubuh partai yang mengusung dirinya.

Yuko Obuchi dan Midori Matsushima, 2014

Keduanya mundur dengan kasus yang berbeda, namun dalam waktu yang hampir bersamaan. Dalam tuduhannya, Obuchi yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri diduga melakukan penyalahgunaan uang sebesar 10 juta yen yang ia dapat dari kelompok pendukungnya dan sumber donasi lain. Obuchi pun akhirnya mundur dari kursi jabatan menterinya.

Beberapa jam setelahnya, Matsushima yang menjabat sebagai Menteri Kehakiman pun turut mengundurkan diri dari kursi pemerintahan di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe. Tuduhan yang serupa dengan Obuchi pun dilayangkan pada dirinya; penyalahgunaan uang politik dan melanggar hukum. Mundurnya kedua menteri perempuan dari kursi kabinet Shinzo Abe lantas menjadi salah satu faktor yang mendorong penurunan dukungan masyarakat terhadap dirinya hingga 48,1 persen.

“Sebagai Perdana Menteri, saya akan bertanggung jawab dan meminta maaf karena sudah menimbulkan situasi semacam ini,” kata Abe.

Lee Wan-koo, 2015

Perdana Menteri Korea Selatan Lee Wan-koo akhirnya mengundurkan diri dari kursi jabatan setelah terjerat dugaan penyalahgunaan uang politik yang ia dapat dari seorang pebisnis.

Selain itu, terdapat dugaan bahwa dirinya terlibat dalam sebuah kasus penipuan dan suap. Namun, Lee menyangkal dirinya menerima uang sebesar 30 juta won untuk dana kampanye ilegal yang ia terima dari Sung Wan-jong si pebisnis.

Sung Wan-jong--yang akhirnya bunuh diri--membuat daftar delapan figur yang diklaim terlibat dalam kasus penyuapan. Di dalamnya, Lee pun disebut-sebut.

Keterlibatan dirinya pun akhirnya terbukti pada tahun 2016.

Akira Amari, 2016

Menteri Ekonomi Akira Amari mundur setelah sebuah surat kabar menyiarkan dirinya telah menerima uang suap dari salah satu kepala perusahaan konstruksi untuk kebutuhan politik.

Amari merupakan salah satu menteri yang berperan kuat dalam konstelasi kabinet Shinzo Abe. Ia adalah salah satu sekutu Abe paling dekat, serta telah memimpin proses negosiasi Jepang dalam Trans-Pacific Partnership.

“Saya merasa bertanggung jawab karena telah memilih Amari sebagai menteri. Saya meminta maaf kepada rakyat Jepang karena isu ini,” kata Abe setelah Amari resmi mengundurkan diri.

Amari diduga menerima uang sebesar 500 ribu won dalam bentuk uang tunai. Selain itu, diduga adanya penggunaan uang sebesar tiga juta won yang digunakan untuk kebutuhan pribadi.

Yoichi Masuzoe, 2016

Gubernur Tokyo Yoichi Masuzoe mengundurkan diri setelah dirinya terbukti menggunakan dana politik yang sebagian didapat dari pajak masyarakat Tokyo untuk kebutuhan personal--wisata, akomodasi, dan souvenir.

Isu ini mencuat setelah sebuah majalah mingguan mengungkap Masuzoe menggunakan mobil dinas untuk berlibur bersama keluarga ke resor musim panas di Tokyo Selatan. Dikabarkan, ia pun menggunakan dana politik untuk belanja komik dan barang seni.

Selain itu, sebuah perjalanan dengan tujuan Paris dan London terkait dengan persiapan Olimpiade 2020 memakan biaya hingga 50 juta yen. Perjalanan itu ‘lengkap’ dengan penerbangan first class dan hotel mewah. Pengeluaran mencapai 9 juta yen untuk hotel dan 14,4 juta yen untuk biaya penerbangan Masuzoe dan delegasi lainnya.




Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close