-->

The Real Terrorist

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen



Oleh: Ilham Efendi - Resist Invasion Center

Ajaran suci demokrasi Amerika semakin tampak kerusakannya, tergambar di negeri-negeri kaum Muslim. Demokrasi AS telas menguras dana dalam rangka mendukung transformasi masyarakat Arab menuju demokrasi, di Suriah, Afghanistan dan Irak, yang keduanya oleh Amerika sebagai model percontohan untuk setiap perubahan di kawasan tersebut.

Tapi Amerika Serikat tidak akan pernah mempedulikan kecaman atas tindakan brutal mereka. Karena mereka sudah menjadikan diri mereka sendiri sebagai hukum, hakim sekaligus eksekutornya. AS yang menentukan siapa teroris dan bagaimana cara menghukumnya. Bukan pengadilan internasional apalagi suara dunia Islam.

AS telah menghabiskan dana US  triliun dollar, menangkap dan menyiksa ratusan orang tanpa pengadilan, dan membunuhi ribuan warga sipil, membuat ketidakstabilan di berbagai wilayah di dunia, dan mendorong sektarianisme yang semuanya dilakukan dengan alasan untuk memberangus teroris. Mereka juga tidak takut untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi dan membunuh lebih banyak lagi untuk menunjukkan kepongahan mereka. AS akan terus melanjutkan operasi militer brutal degan dalih war on terror. Maka AS sendirilah yang sebenarnya melakukan aksi teror dengan mengatasnamakan demokrasi dan perang melawan terorisme. 

Pasukan NATO yang dipimpin oleh Amerika, terus melakukan pembantaian terhadap anak-anak, perempuan dan warga sipil yang tidak bersenjata selama beberapa tahun berlangsungnya pendudukan di Afghanistan. Bahkan beberapa fakta dan kejadian sebelumnya membuktikan kesengajaan mereka dalam membantai warga sipil oleh “regu kematian” yang berkali-kali menyulitkan para bonekannya dan membuatnya semakin terhina di mata rakyatnya.

Pasukan NATO terus melakukan pembantaian terhadap warga sipil, di pernikahan, pemakaman, masjid, dan perumahan selama sepuluh tahun, apakah semua pembantaian itu dilakukan karena faktor kesalahan? Apakah pasukan “negara-negara besar” yang mengklaim profesional dan berpengalaman, seperti pasukan NATO ini tidak belajar dari kesalahan selama lebih dari satu dekade? Ataukah kejahatan ini dilakukan dengan sengaja dan balas dendam terhadap rakyat Afghanistan karena kegagalan Amerika dan NATO yang begitu menyedihkan di Afghanistan, serta karena kebencian yang tertanam kuat dalam hati mereka terhadap kaum Muslim?

Demokrasi yang dibanggakan Amerika hanyalah topeng untuk melindungi kepentingan serta pengaruhnya di kawasan itu. Amerika berusaha memanfaatkan gelombang revolusi dan menyebarkan “janji manis” demokrasinya setelah kegagalan model perbudakan dan penindasan yang dijalankan oleh para penguasa bonekanya. Dengan ini, sebenarnya Amerika tidak ingin rakyat di kawasan tersebut keluar dari hegemoninya.
Adapun kepalsuan mulut besar Amerika terkait jaminan terhadap hak asasi manusia dan kehormatannya, maka kita telah melihat semua itu dalam praktek di Guantanamo, Abu Ghraib dan Bagram, serta sikapnya yang terus mendukung kejahatan yang dilakukan entitas Yahudi.

Dengan demikian, kaum Muslim harus menyadari bahwa Amerika dan pasukan NATO, serta negara-negara kolonial Barat yang begitu ambisi menjajah, merampas dan menjarah setiap potensi dan kekayaan di negeri-negeri kaum Muslim, mereka adalah musuh-musuh kaum Muslim. Sehingga tidak boleh dalam kondisi apapun berkoordinasi dengan mereka, serta memintanya bantuan militer atau politik. Sebab setiap meminta bantuan kepadanya atau menempatkan masalah-masalah kaum Muslim di pangkuannya, maka ini tidak lain adalah bentuk bunuh diri politik yang akan membawa celaka dan kerusakan terhadap kaum Muslim. Lihat, realitas di Irak dan Afghanistan yang tragis adalah bukti nyata atas semua itu. Apakah orang yang berakal masih perlu melihat fakta-fakta lebih banyak lagi untuk bisa menyadari apa yang dimaksud dari gencarnya romosi Amerika terhadap demokrasinya yang begitu telanjang hanya menyebarkan kebusukan yang membuat umat menderita?

Kaum muslimin tidak boleh tertipu oleh omong kosong perang melawan terorisme dan penegakkan keadilan yang dilontarkan AS dan pemimpinnya Trump. Baginya, sebenarnya yang paling penting bukanlah keadilan bagi rakyat AS apalagi kedamaian dunia. Penjajahan dan kezaliman AS dan sekutunya itu harus dienyahkan. Untuk itu kaum muslim tidak bisa mengandalkan dan berharap pada pemimpin pengkhianat. Sebab sebagian pemimpin mereka justru berkolusi dengan musuh dan berkhianat dengan membuka jalan bagi imperialis untuk membunuh kaum muslim rakyat mereka sendiri. Bagaimana bisa mereka mengaku mengurusi umat sementara mereka sendiri bersekutu dengan para penjajah? Sementara pemimpin yang lainnya lebih memilih menyanjung para penjajah dan bersembunyi di balik ketiaknya. Mereka lupa, suatu hari mereka pasti akan menyesalinya dan ingin melarikan diri dari persekongkolan itu sejauh-jauhnya. Semua itu menunjukkan bahwa umat membutuhkan pemimpin dan sistem yang bisa mengenyahkan penjajahan dan kezaliman AS (Barat) dan melindungi setiap tetes darah umat ini. [IJM]

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close