Oleh: Ilham Efendi - Resist Invasion Center
Dunia di simpang perubahan. Banyak tragedy yang menimpa umat Islam, namun badai pasti berlalu. Tanda-tanda meredupnya era Amerika semakin tampak, Amerika melemah dan lelah. Jangkauan globalnya kehilangan pamor. Bahkan negeri seperti Korea Utara mampu menyulitkan bagi Amerika. Amerika tidak lagi mengontrol dunia sendirian, Ada Jerman, Inggris, Cina dan Rusia. Namun, ada tantangan yang lebih berat bagi Amerika, yaitu mempertahankan statusnya sebagai satu-satunya negara global di dunia.
Semangat militer Amerika juga menurun. Tentara yang ditugaskan tidak sedikit yang menolak; justru gembira menghadapi mahkamah militer. Dua tahun perang di Irak dan Afganistan menunjukkan menurunnya efektivitas militer negara adidaya itu. Setiap hari semakin banyak sekutu NATO yang meninggalkan Amerika. Bahkan ia tidak mampu menghentikan perlawanan Afganistan yang menggunakan amunisi tahun 70-an dan tidak pernah mendapatkan pelatihan militer pula. Perang ini sudah memakan waktu lebih lama dari kombinasi PD I, PD II dan Perang Vietnam sekaligus. Kalau saja tidak dibantu oleh Pakistan dan Iran, Amerika tentu sudah kalah sekarang. Panglima Amerika pun telah memohon kepada atasannya untuk berkompromi saja dengan Taliban.
Rencana untuk membangkitkan kembali ekonominya gagal. Tiga pakar terkemuka penasihat ekonomi juga telah mengundurkan diri. Amerika kini tercatat mengalami tingkat pengangguran tertinggi dalam 45 tahun terakhir, yaitu sekitar 17%. Setiap bulan 650 ribu warga Amerika kehilangan pekerjaan; 48 negara bagian Amerika juga sudah bangkrut. Hutang perkapitanya di dunia termasuk tertinggi. Setiap warga Amerika memiliki hutang 13 kali lipat dibandingkan penghasilannya. Cerita sukses keberhasilan Amerika dalam menengahi konflik global dan menghasilkan kestabilan tidak lagi terdengar.
Kepemimpinan Amerika pun termasuk yang dibenci di dunia. Trump termasuk orang yang dianggap paling berbahaya di dunia. Secara moral pun Amerika telah hancur, dengan tingkat insiden AIDS tertinggi, dan pendapatan terbanyak dari bisnis pornografi remaja! Amerika telah terjebak dalam perang yang tidak ada habisnya, yaitu ‘Perang Melawan Islam.’ Perlu dicatat, Amerika tidaklah memerangi militer resmi suatu negara, namun sekadar perlawanan milisi Taliban dan segelintir grup di Irak. Menariknya, Amerika adalah satu-satunya negara global yang tidak pernah menang dalam melawan kelompok non-negara, contohnya adalah dalam Perang Vietnam.
Namun, aspek kedua adalah perang yang dilancarkan Amerika bersifat ideologis. Amerika memerangi ideologi yang disandarkan pada ‘La ilaha illallâh Muhammadur Rasul’Allah’. Ini tercermin dari pada saat dulu Bush menjadi Presiden AS yang menggunakan kata ‘crusade’ . Adapun Obama berusaha mengelabui umat Islam di dunia dengan mengatakan, “We are not at war against Islam (Kami tidak memerangi Islam).” Dan kini Trump, mengeluarkan jurus mabuk memindah ibukota penjajah Israel ke al Quds.
Faktanya, ini adalah perang melawan waktu, sejarah dan Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan kaca mata iman yang tajam, umat Islam menyaksikan pembantaian, pembunuhan berdarah dingin serta pelecehan kehormatan saudara-saudara muslim di Suriah, Irak, Afganistan, Palestina, Pakistan, dan Kashmir secara sistematis oleh Amerika dan sekutunya.
Semua kejadian ini telah memotivasi umat Islam untuk mencari perlindungan dari Amir al-Mu’minin di bawah panji Islam. Maka dari itu, tantangan global yang kelak harus Amerika hadapi adalah umat Islam, saat ini mereka bersiap menjadi adidaya baru. Amerika sangat khawatir dan takut, padahal umat Islam saat ini belum memiliki Khilafah dan hanya sebatas menyuarakan aspirasi politik mereka untuk menyatu di bawah Khilafah. Kekhawatiran Amerika ini tampak dari pernyataan bahwa Khilafah adalah faktor kebijakan luar negeri yang utama yang akan menimbulkan dampak buruk pada keamanan Amerika dan sekutunya. [IJM]
