Oleh : Dina Evalina
(Aktivis Dakwah)
Mediaoposisi.com-Wahai para pemuda, kalian adalah kekuatan bangsa ini, dan kalian adalah masa depan umat, dengan jihad kita mulia, dengan berperang kita mulia, dengan kesyahidan kita mulia. Sementara sikap menyerah adalah jalan menuju kehinaan, semoga Allah memberikan keberkahan kepada kalian atas perjuangan, pengorbanan serta konsistensi kalian.
Begitu kiranya nasihat dari seorang Syaikh Ahmad Yasin kepada para pemuda pejuang Palestina untuk selalu berjuang digarda terdepan mempertahankan tanah suci yang mereka cintai. Ribuan para syuhada telah mengorbankan nyawa mereka demi kemerdekaan Palestina. Walaupun, sampai detik ini fajar kemerdekaan belum bisa meraka nikmati.
Puluhan tahun Konflik Israel-Palestian tak kunjung usai. Hingga terdengar kabar terbaru bahwa, Amerika Serikat (AS) berupaya menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump menawarkan proposal perdamaian Israel-Palestina yang bernama Deal of the Century atau kesepakatan Abad Ini. Bagian ekonomi dari inisiatif itu telah diumumkan, bernama Kerangka Kerja Perdamaian untuk Kesejahteraan.
Negeri Paman Sam menggagas megaproyek investasi senilai USD 50 miliar di Timur Tengah dengan Ramallah yang akan menjadi prioritas. Paket pembangunan ekonomi tersebut telah diumumkan oleh Jared Kushner, penasihat Donald Trump. Banyak proyek yang disebutkan, seperti pengembangan jalan, penyeberangan perbatasan, pembangkit listrik dan pariwisata.
Donald Trump juga optimis hendak menciptakan satu juta lapangan pekerjaan bagi warga Palestina dengan proyek tersebut. Proposal yang menuai kontroversi itu sedang dibahas dalam Konferensi di Manama, Bahrain yang berlangsung pada tanggal 25-26 Juni 2019. Sejumlah Negara Arab menghadiri lokakarya itu. Seperti Mesir, Yordania, Maroko, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Namun, Konferensi tersebut tidak mendapat respon positif dari warga Palestina. Sehari sebelum dilangsungkan konferensi, warga Palestina menggelar aksi demonstrasi disejumlah Provinsi Gaza dan tepi Barat. Aksi ini akan berlangsung hingga tanggal 26 Juni. Warga menyampaikan penolakan mereka terhadap KTT Bahrain yang berlangsung di Ibu Kota Manama pada tanggal 25 dan 26 Juni 2019, lantaran pertemuan itu disebutkan merupakan konspirasi Amerika untuk menjalankan tawaran perdamaian mereka, Deal of Century.
Hal ini juga mendapat komentar dari Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun mengatakan bahwa konferensi itu adalah bagian dari langkah Amerika Serikat untuk bermain licik di tanah Palestina. Palestina sendiri tidak berpartisipasi dalam lokakarya tersebut.
"Hal itu menjadi tanda yang jelas, bagaimana terdapat pernikahan, namun tidak dihadiri oleh salah satu mempelai. Bagaimana bisa pembahasan proyek-proyek yang akan ada di Palestina namun tidak diikuti oleh Palestina ?".
Menurut Zuhair Konferensi Manama yang telah berlangsung akan mengambil hak orang-orang Palestina. Tanah Palestina bukanlah tempat yang dapat diperjual-belikan.
Inisiatif ekonomi yang ada dalam kerangka proposal perdamaian Israel-Palestina ala Donald Trump juga mendapat kritik oleh para analis. Ketika dokumen proposal berjudul " Peace to Prosperity - The Economic Plan : A New Version for the Palestinian People" dirilis, banyak yang memperhatikan bahwa rencana itu mengabaikan konteks politik yang selama ini mendominasi narasi konflik Israel-Palestina. Bahkan dalam dokumen tersebut tidak ada tercantum kosakata seperti " pendudukan,kebebasan,kesetaraan, dan blokade ".
"Tidak adanya kata-kata itu sebenarnya cukup mencolok dan sangat menunjukkan apa yang mereka lihat mengenai masalah yang sebenarnya. Mereka telah menyusun rencana dengan berharap bahwa siapa yang terlibat dalam pembangunan ekonomi akan senang dengan hasilnya. Tetapi itu tidak berlaku untuk isu Palestina karena (konflik itu) telah mengambil konteks politik. " Ungkap Diana Buttu, seorang analis dan mantan penasihat hukum untuk negosiator perdamaian Israel-Palestina, mengatakan kepada Al Jazeera.
Seperti salah satu proyek spesifik yakni koridor transportasi yang menghubungkan wilayah Palestina di Gaza dan Tepi Barat dengan biaya proyek USD 5 miliar. Namun, tidak membahas isu politis seperti hambatan terhadap kebebasan bergerak yang dihadapi Palestina yang hidup di bawah blokade Israel atau pendudukan Israel di Tepi Barat yang dikelilingi oleh permukiman ilegal Israel. Pembangun koridor transportasi tersebut tak akan dapat berlangsung selama Palestina dalam pendudukan Israel.
Langkah penolakan yang dilakukan warga Palestina, Pemerintah dan fraksi Pejuang Palestina merupakan hal yang tepat. Amerika Serikat tidak layak menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina melihat dari beberapa kebijakan penting Amerika yang merongrong hak-hak warga Palestina. Seperti permindahan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem serta pengakuan Amerika terhadap kepemilikan Israel atas Yerusalem. Menunjukkan dengan jelas keberpihakan Amerika terhadap Israel. Megaproyek tersebut hanya akan merugikan Palestina dan menguntungkan pihak Kapital yang berinvestasi di dalamnya.
Apapun bantuan ataupun solusi yang diberikan negara yang memiliki paradigma rusak sekuler-kapitalis tak akan memberikan penyelesaian yang benar atas konflik Israel-Palestina. Karena ada nilai keuntungan yang ingin mereka raih. Proyek yang mereka rencanakan hanya akan memuluskan tawaran perdamaian yang selama ini Amerikan tawarkan kepada Palestina. Dengan mengikat Palestina dari sisi ekonomi terlebih dahulu, sehingga saat mereka mampu menguasai Palestina dari sisi tersebut, Negara Paman Sam akan lebih mudah mencampuri aspek politik di Palestina yang nantinya semakin mengokohkan pendudukan Israel di Palestina.
Sejatinya yang dibutuhkan Palestina ialah kemerdekaan hakiki, bukan solusi ekonomi. Permasalahan ekonomi terjadi karena konflik politik Israel-Palestina tak menemui solusi. Keberpihakan serta dukungan yang diberikan negara adidaya kepada Israel membuat Israel semakin semena-mena terhadap masyarakat Palestina. Blokade yang dilakukan Israel atas Palestina selama lebih dari 10 tahun menyebabkan kondisi masyarakat Gaza tercekik. Tak hanya ruang gerak yang terbatas, mereka juga harus hidup dengan pasokan listrik yang sangat minim. Hal itu berdampak pada kehidupan penduduk Gaza dan aktivitas perekonomian di sana.
Sehingga jika ingin memberikan solusi seharusnya membantu Palestina untuk mengusir Israel yang selama ini menjadi malapetaka bagi Palestina. Mengirimkan puluhan ribu bahkan jutaan pasukan militer lengkap dengan persenjataanya berdiri bersama para pejuang Palestina untuk memerdekakan Palestina dari blokade Israel.
Namun sayangnya, hal itu tak akan pernah dilakukan negara kafir barat yang menganut paham sekuler-kapitalis seperti Amerika Serikat. Selain nilai ekonomi yang menjadi tujuan dari negara sekuler-kapitalis, dengan menghisap sumber daya alam dan sumber daya manusia negara jajahan, Amerika juga senantiasa menyebarkan dan menancapkan ideologi mereka terhadap negara-negara jajahanya. Sehingga dengan demikian penguasaan mereka terhadap negara jajahan dapat bertahan lama.
Akan tetapi, sikap militansi para pejuang Palestina untuk meraih kemerdekaan menjadi ancaman serius bagi Amerika Serikat dan Israel terhadap kebangkitan Kaum Muslim. Bersatunya kaum muslimin di dunia untuk membebaskan tanah suci mereka dalam satu komando akan menjadi mimpi buruk bagi Amerika dan sekutunya. Maka bukan solusi hakiki yang akan diberikan Amerika tetapi sebuah perangkap beracun yang akan mematikan gerak militansi masyarakat Palestina untuk meraih kemerdekaan dan meredam persatuan kaum muslimin.
Sehingga yang mampu membebaskan Palestina dari blokade Israel, membebaskan Palestina dari perangkap-perangkap beracun dan menjauhkan Palestina dari para pengkhianat hanyalah sebuah negara yang tegak ideologi Islam di dalamnya. Negara Islam yang memiliki pemimpin seorang Khalifah yang memahami kewajibanya membebaskan tanah suci umat Islam, melindungi nyawa-nyawa kaum Muslim dari kebengisan kaum Yahudi, mengatasi krisis ekonomi dan mengomando seluruh pasukannya berjihad memerdekakan Palestina dari penjajahan orang-orang kafir. [MO/AS]