Oleh : Rita Yusnita
Mediaoposisi.com- Di zaman sekarang Internet adalah suatu hal yang tak asing lagi. Bahkan, sudah menjadi kebutuhan utama setiap orang, baik tua maupun muda. Anak-anak pun tak mau ketinggalan. Dengan lihainya mereka berselancar di dunia maya hampir setiap hari.
Internet bagai dua sisi mata pisau, ada sisi positif dan negatifnya. Menurut Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementrian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Lenny N. Rosalin menilai bahwa internet di Indonesia belum layak anak karena masih ada iklan rokok yang mudah diakses dan dilihat anak-anak.
Maka dari itu, Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak sedang dalam proses mewujudkan internet yang layak anak. Salah satunya dengan memberikan edukasi kepada pihak-pihak yang terlibat di internet tentang perlindungan anak dan secara prinsip mendukung pemblokiran iklan rokok.
Pada kesempatan sebelumnya Menteri Kesehatan, Nila Moeloek menyatakan keseriusan pemerintah untuk memblokir iklan rokok di kanal-kanal media sosial guna mencegah peningkatan jumlah perokok pemula yang menyasar anak-anak.
Tetapi, saat ini belum ada regulasi mengenai pembatasan iklan rokok di media sosial. Tim dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang membahas terkait dengan regulasi tersebut.
Tetapi, dampak negatif di atas hanya sebagian kecil saja. Justeru bahaya lain dapat mengintai anak-anak tanpa kita sadari sepenuhnya, diantara dampak itu adalah :
1.Unsur Pornografi Pornografi adalah salah satu hal yang ditakuti kita sebagai orang tua, karena konten pornografi sangat mudah diakses oleh siapapun tidak terkecuali anak-anak. Meski Kementerian Komunikasi dan Informasi sudah sudah berusaha untuk menutupinya, tetapi memberantas situs-situs tersebut tidak semudah membalikan tangan.
Efek yang di timbulkan jika seorang anak kecanduan pornografi tentu sangat berbahaya karena selain dapat merugikan dirinya sendiri tentu juga bisa membahayakan orang lain, contoh banyaknya anak-anak sekolah dasar di beberapa daerah yang melakukan perkosaan karena si pelaku sering melihat video porno.
2.Unsur Kekerasan Banyaknya Game-game Online yang menampilkan adegan kekerasan adalah salah satu hal yang kita khawatirkan juga, karena ketika mereka (anak-anak) sering melihatnya maka akan tertanam di benak mereka bahwa kekerasan adalah hal yang lumrah sehingga mereka akan menyelesaikan setiap masalah dengan kekerasan, salah satu contohnya adalah tawuran antar pelajar yang sering terjadi karena hal sepele.
3.Malas belajar Munculnya berbagai konten hiburan tanpa nilai edukasi membuat anak kita menjadi terlena. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menonton konten hiburan yang mereka sukai. Apalagi, sekarang budaya K-pop sudah merambah negeri kita dengan berbagai acaranya, mulai dari drama, musik hingga reality show dengan menampilkan para anak-anak muda baik laki-laki maupun perempuan dengan penampilan yang menarik.
Akhirnya, waktu belajar mereka habis untuk menonton dan efeknya sudah bisa kita tebak yaitu menurunnya nilai prestasi mereka di sekolah. Lebih parah lagi jika mereka sampai meniru gaya hidup para Idola mereka mulai dari pakaian, penampilan bahkan gaya hidup mereka yang pastinya akan jauh dari niali-nilai Islami.
4.Sulit bersosialisasi di dunia nyata Adanya aflikasi media sosial semacam Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter dan lain-lain memudahkan untuk kita berkomunikasi dengan orang lain walau dengan jarak yang jauh. Begitupun dengan anak-anak, mereka akan asyik berbincang dengan sesamanya sehingga waktunya habis hanya untuk itu. Mereka dengan lancar berkomunikasi di dunia maya akan tetapi enggan berkomunikasi di dunia nyat.
Muncullah sikap individu karena terbiasa tidak pernah bersosialisai dengan orang sekitar. Ini tentu saja sangat mengkhawatirkan karena mereka bisa saja nyaman dan dekat dengan orang lain (asing) tapi jauh dengan kita sebagai orang tuanya. Efeknya mereka bisa dengan mudah terpengaruh pemikiran yang negatif dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Banyak kasus yang bisa kita lihat yaitu penculikan dan pemerkosaan karena korban percaya dengan orang yang baru dikenalnya di media sosial.
Meski demikian tidak bisa dipungkiri bahwa dampak positifnya juga ada ketika anak-anak kita bersinggungan dengan internet yaitu dapat memberikan ilmu pengetahuan dan juga salah satu metode untuk pembelajaran. Akan tetapi Internet yang layak anak akan sulit diwujudkan ketika negara setengah-setengah dalam menyikapinya.
Sistem sekuler demokrasi akan memberikan kebebasan kepada mereka yang mengingikan kehidupan yang serba permisif (serba boleh) ,tidak mengenal hala haram bahkanmenjauhkan peran agama dari kehidupan.
Remaja merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya, karena itu ada ungkapan dalam bahasa Arab, “ Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi” [pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang]. Karena itu Islam memberikan perhatian yang besar bagi mereka bahkan sejak dini.
Anak adalah titipan Allah dan bagi yang dititipkan memiliki kewajiban menjadikan mereka generasi yang shalih dan shalihah, dan peran itu harus diambil oleh kita sebagai orang tuanya, kewajiban orang tua adalah mendidik dan membesarkan anak-anak kita menjadi generasi yang berakhlakul karimah.
Karena akhlak yang baik akan menyamai orang-orang yang baik puasanya dan baik pula shalat malamnya, Rasulullah saw. bersabda,” Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam al-mizan (timbangan) daripada akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi & Abu Hurairah).
Di sinilah peran ibu paling besar karena seorang ibu adalah madrasah yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, keseharian tingkah pola dan ucapan kita akan menjadi teladan mereka karena itu tanamkan diri kita untuk selalu berperilaku sesuai Syariat Islam yang sumbernya dari Alquran dan Hadits, meningkatkan iman dan takwa, bersatu padu dalam payung Ukhuwah Islamiyah serta jangan pernah meninggalkan para guru agama kita.
Tekankan kepada nak-anak kita pelajaran Aqidah agar anak memiliki ikatan dengan Allah SWT, sehingga anak memahami bahwa hanya Allah tempat bersandar dan meminta sesuatu.
Dengan pola pendidikan seperti itu maka akan timbul akhlak yang baik, akhlak yang baik terhadap Allah, manusia dan lingkungan hidup yaitu berprasangka baik kepada Allah, berbuat baik ke sesama manusia dan tidak merusak lingkungan.
Semua itu tentu tidak akan mudah karena tidak adanya peran Negara dalam menjaga akidah umat dari serbuan budaya luar dengan kemajuan teknologinya, umat butuh perisai (junnah) yang akan melindungi dan menjaga kehidupan mereka dan hal ini akan tercapai jika hukum Islam diterapkan dengan berpedoman pada Alquran dan Sunnah. Wallahualam bishowab. [MO/ra]